Chereads / NASKAH DIHAPUS / Chapter 15 - Pura Ismoyo Pantai Balekambang

Chapter 15 - Pura Ismoyo Pantai Balekambang

Langit sudah sangat terik saat Damai dan kawan-kawan tiba di Pantai Balekambang. Pukul sebelas siang para pengunjung sudah lumayan ramai memenuhi sepanjang jalan di tepi pantai. Banyak penjual jajanan yang berjajar, warung, toilet, sampai mushola. Pantai Balekambang adalah pantai yang tergolong paling diminati oleh wisatawan. Baik warga dari Jawa Timur sendiri atau dari luar kota. Banyak juga yang menyebut pantai yang satu ini dengan "Tanah Lotnya Jawa" karena pemandangan yang mirip dengan Tanah Lot yang ada di Bali. Dan itulah alasan Aska membawa teman barunya itu kesana. Tempat pertama yang didatangi Damai sebagai acara liburan keliling di Malang Raya.

"Waw… Pantai!" Raya berseru riang. Setelah turun dari motor, dia langsung melepas sepatu, berlarian di pinggir pantai. Berkejaran dengan ombak yang tiba di tepi pantai, dan menghampiri tubuhnya. Kemudian menarik Aska untuk mengikuti. Kedua teman Aska. Rama dan Yudha mengikuti. Semua terlihat bahagia.

Tas dan sepatu mereka letakkan begitu saja di bawah pohon besar yang teduh. Dan sudah bisa dipastikan yang akan menjaga kumpulan sepatu dan tas itu adalah Senja.

Damai tersenyum melihat ke empat temannya bermain di tepi pantai begitu mereka tiba. Dia sendiri masih tenang di bawah pohon besar yang teduh bersama Senja. Matanya mengedar ke pemandangan di sekitar sana. Mengamati keindahan yang begitu memanjakan indera penglihatan itu.

"Itu apa Nja?" Tangan Damai menunjuk ke arah sebuah Pura di tengah laut. Pura yang berada di tengah pulau berjarak sekitar tujuh puluh meter dari tepi pantai. Ada sebuah jembatan yang menghubungkan pulau tersebut dengan daratan tepi pantai.

Ada tiga pulau membentang yang nampak dari tepi Pantai Balekambang. Salah satu pulau memiliki bangunan pura tinggi bagian tengahnya yang sekarang sedang menarik perhatian Damai.

Senja mengikuti arah tangan Damai. "Pura itu?" Senja balik bertanya.

"Hmm." Damai mengangguk. Dari tempatnya berada sekarang Pura itu sangat menawan bagi Damai. Dia ingin sekali ikut bergabung bersama dengan para wisatawan lainnya yang berada di atas jembatan dan berjalan menuju Pura tersebut.

"Itu namanya Pura Ismoyo," jawab Senja santai. "Itu dibangun buat ibadah para umat hindu jaman dulu," imbuhnya. Senja memang jarang bermain di Pantai, atau di tempat wisata lainnya. Tapi, dia mempelajari banyak hal dari buku-buku yang sudah dia baca di perpustakaan ataupun buku pelajaran sejarah dan sejenisnya. Bahkan mungkin Senja lebih tahu dari beberapa temannya yang sekarang berlarian di pinggir pantai sana. Mereka kesana memang hanya untuk bersenang-senang. Tidak untuk belajar sejarah.

Senja juga menjelaskan pada Damai bangunan pura tersebut adalah referensi dari Pura Tanah Lot yang berada di Bali, dan sudah terkenal terlebih dahulu. Itulah mengapa banyak yang menyebut Pantai Balekambang adalah Tanah Lot di Pulau Jawa.

"Kalau kamu kesana, ada tulisan di bawah Pura tentang kapan dan siapa yang meresmikan Pura itu Mai," imbuh Senja.

Damai menahan tawanya mendengar penjelasan panjang lebar Senja. Dia tidak seperti sedang menjelaskan pada seorang teman. Lebih seperti guru yang menjelaskan pada muridnya. Diakui oleh Damai, Senja memang gadis manis yang pintar, mungkin jika dia bertanya pada Raya saja tidak akan dijelaskan secara mendetail seperti barusan.

"Kenapa?" tanya Senja polos. Menatap Damai yang jelas sedang menahan tawa di depannya.

Damai segera menggeleng cepat. "Enggak. Kalau gitu ayo kita kesana! Gue pengen lihat tulisan yang lo bilang tadi," kilah Damai.

Senja terdiam. Mematung menatap Damai. "Kesana? Sekarang?" Menunjuk arah Pura yang baru saja dijelaskan secara mendetail pada tetangga barunya itu.

"Iyalah masak tahun depan. Keburu ujian kelulusan Nja," gurau Damai.

Senja tersenyum mendengar gurauan Damai. "Trus tas mereka?" Mengarahkan dagunya pada empat buah tas dan empat pasang sepatu yang tergeletak sembarangan di sebelah mereka.

"Trus lo mau disini sampai mereka selesai main-main? Lo mau berteduh gini aja sambil nunggu tas?" Masuk akal juga pertanyaan Damai, tapi pada kenyataannya memang Senja tidak berminat untuk bermain-main di pantai yang sangat terik itu. Berteduh seperti ini membuatnya tenang, dan sejuk.

"Kamu tunggu aja mereka, nanti juga kalau mereka capek balik kesini. Baru mereka kamu ajak ke Pura deh," jawab Senja enteng.

Damai melepas masker hitam yang sejak tadi menutupi separuh wajahnya. Ternyata rasanya pengap menggunakan benda itu pada wajahnya, apalagi di cuaca panas seperti sekarang ini. Senja membelalak menatap Damai, lalu memperhatikan sekitarnya. Dia masih terbayang akan banyak orang yang berkerumun di sekitar Damai seperti di sekolah. Pikirannya sudah sangat was-was.

Tapi ternyata dugaannya salah. Tidak ada yang mendekat ke arah Damai. Di pantai yang sangat luas itu, semua orang sedang asyik bermain dengan keluarga, ataupun teman mereka masing-masing. Senja baru bisa merasa tenang setelah beberapa saat Damai melepas masker dan tidak ada yang mengenalinya seperti saat di sekolah. Aman setidaknya tidak ada yang mengenal Damai si selebgram yang sekarang berada disini.

Setelah Damai melepas Masker, dia berganti menggunakan kacamata hitam. Senja hanya berharap sepanjang Damai berada di dekatnya tidak ada yang mengenali anak laki-laki itu. Dia terlihat sangat mencolok sekarang.

"Udah yuk!"

Damai tidak sabar menunggu jawaban Senja, ataupun menunggu teman-temannya yang lain kembali ke arah mereka. Tangannya meraih sebelah tangan Senja lalu menariknya berjalan menuju ke Pura yang ingin sekali didatangi sekarang juga.

"Woy, Aska! Gue tinggal bentar. Urus sendiri tas lo!" teriaknya pada Aska dari kejauhan. Senja terkejut. Dia terpaksa menyeimbangkan langkahnya dengan Damai. Cowok itu sedang memegang pergelangan tangan Senja dan menariknya menuju jembatan yang menghubungkan tepi pantai dengan Pura Ismoyo. Sepertinya Damai tidak ingin Senja menolak atau tiba-tiba kabur saat dia melepaskannya.

"Damai, lepasin aku!" pintanya pelan. Setengah berbisik. Malu kalau sampai di dengar banyak orang.

Sebenarnya Damai mendengarnya, namun dia memilih untuk tetap meneruskan langkah dan berpura-pura tidak mendengar Senja. Sambil tersenyum. Gadis di belakangnya ini bukan hanya memiliki wajah yang manis, tapi sikapnya juga.

Damai juga mendengar Senja menghela nafasnya. Langkah Senja sudah seimbang dengan Damai, hanya saja dia ingin melepaskan tangannya dari genggaman Damai. Damai sudah tahu alasannya, hanya satu. Senja malu. Apalagi jika sampai diperhatikan oleh orang banyak. Padahal sebenarnya tidak ada yang berminat memperhatikan mereka. Semua orang yang ada disana sedang sibuk dengan dirinya masing-masing.

Sampai di jembatan dengan lebar satu setengah meter tersebut, Damai menyusurinya. Bergantian dengan para pengunjung yang sedang berlalu lalang di sana. Sekali lagi mata Damai terpana dengan apa saja yang bisa dilihatnya sepanjang jembatan menyeberang menuju Pura Ismoyo. Kemudian Damai menghentikan langkahnya di tengah jembatan. Pada saat itulah Damai melepaskan genggamannya pada tangan Senja. Kedua tangannya memegang besi bulat pembatas jembatan dan menikmati sejenak pemandangan laut, karang-karang yang diterpa ombak. Dan beberapa hal yang dijelaskan Senja padanya tadi. Sungguh membuat matanya puas.

"Lo sering kesini Nja?" tanya Damai.

Senja menggeleng. "Enggak. Aku cuma dua kali kesini. Waktu wisata SMP, dan wisata keluarga."

"Lo jarang main?"

Kali ini Senja mengangguk. Damai menatap gadis manis berwajah polos yang sekarang menyipitkan matanya karena terik matahari yang sangat kuat, sekarang tepat berada di atas kepala mereka. Matanya pasti sakit, pikir Damai.

Damai melepas kacamata hitamnya, kemudian memakaikannya pada Senja begitu saja.

"Pakai itu aja Nja biar gak silau."

Senja pasrah menerima kacamata hitam yang menyelamatkan indra penglihatan itu. Rasanya sangat teduh. Matanya tidak sakit lagi karena silau.

"Tapi Lo tau banyak hal. Contohnya sejarah Pura itu," kata Damai sambil menunjuk Pura yang saat ini berada di sebelah kanan mereka.

"Karena aku sering baca buku."

Damai kembali menyunggingkan senyum di bibirnya. "Kalau gitu mulai sekarang lo harus tunjukin ke gue tempat-tempat yang sering lo baca di buku. Lo harus temenin gue keliling dan melihat keindahan di Malang Raya," kata Damai.