LISA sebenarnya sudah cukup malu saat tangan yang di perlihatkan. Banyak sekali garis-garis tangan dengan bekas pisau tersebut.
Setelah itu, Lisa istirahat sebentar. Ditemani oleh Annisa. Obrolan ringan mereka lakukan lagi.
"Kenapa tidak bekerja?" tanya Lisa kepada Annisa.
"Aku cuti hari ini saja. Karena kamu tidak ada yang menemani. Papa—"
"Dia tidak mungkin menjengukku, kak. Kamu bisa bekerja saja. Aku bisa menjaga diriku," kata Lisa sambil berbaring ke arah kanan menghadap Annisa.
Anisa tiba-tiba merasa bersalah. Dia juga sebenarnya sudah sangat lelah karena jadwalnya cukup sibuk. Hampir tidak istirahat. Tapi Annisa mengatakan, "Tidak apa-apa. Karena inilah caraku satu-satunya," batinnya bergumam.
"Memang benar aku mau bekerja besok. Sudah pasti kamu harus menjaga dirimu," celetuknya.
Perkataan dari jawabannya sungguh diluar ekspektasi Lisa. Harusnya Lisa tidak perlu memikirkan yang lain. Sifatnya ternyata tidak berubah.
"Huh. Baiklah." Lisa mendesis.