TENTANG Rey yang akan memilih wanita lain hari ini, gagal. Bukan karena dia ingin membuat Bella cemburu, karena alasan itu jelas tidak akan berhasil. Tapi, Rey hanya ingin tahu saat melihat wanita lain yang sedang berpacaran dengan kekasihnya. Apakah perasaan yang sulit dijelaskan akan muncul atau tidak.
Sekretaris Rey memberi tahu soal Kevin yang sudah bangun. Mereka berdua sangat senang dan juga gugup. Terlebih Bella, dia bingung dengan undangan dadakan di atas ranjang pasien. Kevin pasti berpikir bahwa sahabatnya itu gila.
Kini, Bella sudah menghabiskan satu jam waktu yang harus dihabiskan dengan Rey untuk persiapan pernikahan, hanya berbicara basa basi kepada Kevin.
Rey menyilang dan memasukan tangannya kesal. Dia tidak percaya bahwa Bella akan selama ini. Jadwal memang tidak berubah. Tapi waktu yang berkurang.
"Apakah harus aku yang bicara?" celetuk Rey.
Di tengah-tengah basa-basi yang begitu basi, Rey memperkeruh keadaan dengan celetukannya. Karena jujur, Bella belum sanggup untuk membicarakan hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain. Diberitahu ataupun tidak, Kevin tetap akan tahu dan terkejut.
"Kevin," panggil Bella. Memegangi tangan Kevin.
Rey yang melihatnya, dengan bibir yang maju langsung menepis tangan Bella yang sedang memegangnya.
Sedangkan Bella, dia tampak kesal dengan aksi Rey itu. Membuat dirinya jantungan saja.
"Kenapa?" tanya Kevin, sambil berusaha duduk dan dibantu Sekretaris.
"Besok aku menikah."
Jleb!
Bagaikan panah yang berputar memusingkan diri dan menancap jantung Kevin paling dalam. Pernyataan tiga kata itu membuat dirinya membeku juga. Kevin bingung, terkejut dan sedih. Walaupun, seharusnya dia sudah mempersiapkan perasaannya karena dia juga sudah lama tahu. Namun entah kenapa, Kevin terap merasa tiba-tiba dan ingin menarik gadis ini.
Grep!
Kevin tiba-tiba memeluk sahabatnya itu, dengan erat. Dengan air mata yang hampir tumpah. Sekertaris sudah menahan Kevin, namun Rey mengatakan tidak apa-apa karena ini terakhir kali Kevin memeluknya.
Bella membalas pelukannya. Dengan wajah di bahu Kevin. Gadis itu juga sambil membayangkan saat dirinya bertemu Kevin. Yaitu, di depan sungai yang tidak dalam dan di kelilingi rumput hijau.
Kala itu, Rey memakai pakain serba putih dan Bella serba coklat. Mereka berkenalan karena orang tua mereka sudah lama bersahabat. Namun, baru bisa menyempatkan diri untuk memperkenalkan dua anak yang saat itu masih kecil, karena orang tua Bella tinggal di luar negeri sebelumnya.
Perkenalan yang membuat jantung Kevin berdebar, pertama kali. Kevin yang sangat dingin, membuat Bella tak menyerah untuk mengikuti dan mengusilinya. Sampai Bella bertetangga dengan Kevin, mereka pun semakin akrab sampai sekarang.
Kevin yang dingin justru berhati lembut dan hangat. Dia sudah lama memiliki separuh hatinya untuk Bella. Namun Kevin telat menyadari perasaanya saat pria lain datang lebih cepat darinya.
Entah bagusnya disebut pengecut atau apa, tapi Kevin sangat terluka karena sahabatnya itu tidak menikah karena cinta. Tapi sudah menjadi tugasnya, untuk membuat sahabatnya jatuh cinta kepada suaminya nanti, dari pada dirinya.
"Aku harap kamu bisa datang ke pernikahanku, ya. Aku juga ingin minta maaf untuk semuanya. Kita akan menjadi sahabat sampai tua, Kevin."
Sahabat sampai tua, perkataan terakhir itu ingin sekali Kevin ganti dengan yang lebih dari itu. Tapi egois, sungguh tidak perlu.
"Bisakah tinggalkan kami berdua dulu?" pinta Bella dan disetujui mereka.
Mereka melanjutkan perbincangannya.
"Aku juga berharap kamu bahagia dengan Pak Rey. Namun setelah kontraknya selesai, aku akan menunggumu, Bella. Jika terjadi apa-apa, hubungi aku, ya." bisiknya.
"Akan aku lakukan. Kevin, hari ini aku akan sangat sibuk. Bayangkan saja pernikahanku digelar besok dan kami belum mempersiapkan apa-apa. Argh! Aku bisa gila!" Bella mengeluh sambil mengacak rambutnya.
"Ck, tenang saja. Rey bukan orang sembarangan. Pelayannya sangat banyak. Walaupun pernikahan digelar sekarang pun, akan berhasil acaranya," balasnya sambil tersenyum.
"Aish, tapi tetap saja mengerikan. Kevin, setelah pernikahanku selesai, mari bertemu di rumah Bibi. Aku ingin kamu jujur sebagai sahabatku, bukan sebagai Sekretaris Rey. Dah! Aku pergi dulu, ya," pamitnya.
Bella berjalan dengan cepat menemui Rey untuk mempersiapkan pernikahan. Meninggalkan Kevin dengan berat, sebenarnya. Tapi Kevin mengatakannya tidak apa-apa. Sekretaris pengganti Kevin saat sakit ini, cukup baik dan membantu Kevin banyak.
Sedangkan saat Bella berjalan, Rey sudah ada dalam mobil. Bella pun masuk dan supir langsung tancap gas.
Mereka tidak berangkat bertiga. Namun dengan puluhan orang berjas hitam yang akan membantunya.
Kunjungan pertama adalah gaun pernikahan. Alasannya karena Bella akan cukup lama memilihnya. Lalu untuk undangan dan dekor gedung, beberapa staf pilihkan saat Bella mencoba beberapa gaun.
"Bagaimana dengan yang ini?" tanya Bella.
"Ganti yang lain," jawabnya.
Sudah belasan gaun yang Bella tunjukan kepada Rey. Tapi Rey selalu menyuruhnya untuk ganti. Dengan alasan jelek saat dipakai Bella, padahal dia selalu cocok memakainya. Alasan sebenarnya adalah, karena Bella selalu memilih dengan kain terbuka sedikit di bagian dada. Atau terbuka di bagian paha dan punggung.
"Jika kamu menolaknya, aku akan mencabik-cabik mulutmu," ancam Bella.
Setelah Rey banyak menyuruhnya ganti dengan wajah yang merah dan selalu dipalingkan, kini Rey terdiam dan tersipu dengan terus memandangnya.
"Itu saja," balasnya pura-pura kecut.
Akhirnya, pemilihan gaun sudah selesai. Dan kini, Bella mengarahkan persoalan sisanya dengan beberapa staf lain. Beberapa staf diperintah untuk segera menguruskan gedung, dan beberapa diperintah untuk memanggil koki ke rumah Rey setelah ini. Rey menginginkan sajian yang mewah dan enak. Dari mulai makanan lokal sampai luar.
"Kamu terlihat lelah," kata Rey sambil mengajak Bella masuk.
Rey bahkan tidak membukakan pintu atau memegang tangannya. Pemandangan seperti ini, memang terlihat seperti Bos dan bawahan biasa. Tapi bukan hal ini yang memberatkan pikiran Bella. Dia hanya bingung dengan reaksi Simon yang akan dihadapinya.
Bella sudah meminta Kevin untuk memberitahunya. Namun karena kejadian kala itu, pesannya mungkin belum sampai.
Hingga tiba-tiba, saat Bella sampai di rumah Rey, Simon sudah ada di depan rumahnya.
Bella dengan segera turun dan mobil dan memeluk adiknya. Pelukannya jelas dibalas Simon. Ternyata Simon tidak marah ataupun kecewa seperti yang ditakutkan Bella. Dia malah melihat Bella cukup bangga dan lega.
"Aku tidak tahu jika kakak punya pacar dan akan menikah secepat ini," ujarnya dengan haru.
"Apakah kamu marah?" tanya Bella ragu-ragu.
"Kenapa aku harus marah? Kakak menikah dengan orang tampan dan kaya! Aku sangat bahagia. Kakak tidak perlu membayar hutang lagi setelah ini. Aku senang karena sudah ada yang mau mencintai dan melindungi kakak sekarang," ucapnya kembali riang.
Bella hanya membalasnya dengan senyum palsu. Jelas sekali jika Rey tahu kenyataannya, dia akan marah dan menghabisi Rey. Cinta tidak ada di dalam hati keduanya. Pernikahan ini hanyalah bisnis. Dan bentuk bahagia yang Bella dapatkan, hanya karena dirinya tidak perlu hidup susah dan terbebas hutang.
Andai Simon tahu, Bella hanya bahagia sampai bagian itu saja.
Drrt!
"Hm? Apa kabar?" kata Rey. Saat menjawab panggilannya.
Disela obrolan Bella dan Simon, seorang wanita dengan nada centil menghubunginya. Rey juga tampak menjauhinya saat mengangkat panggilan itu. Membuat Bella curiga walaupun seharusnya tidak perlu.