TIBALAH, Lisa di bawa ke Rumah Sakit yang sama dengan Bella dirawat. Annisa cukup mengantarkan Saya ke ICU. Setelah itu, Annisa duduk di pojok Rumah Sakit. Membayangkan apa yang sedang terjadi. Dia bagaikan manusia yang terdampar di tengah lapangan tanpa warna kecuali putih. Tanpa objek kecuali dirinya.
"Apa yang sudah aku lakukan?" batinnya menyesal.
Annisa memang tidak pernah marah. Tapi dia juga jarang berperilaku gegabah. Annisa melihat dengan kedua matanya sendiri kalau Lisa seperti ingin mengakhiri hidupnya. Tapi tiba-tiba, Annisa yang sedang mengacak rambutnya yang sudah kusut itu membuka matanya. Menghentikan tangan mengacak rambutnya. Lalu bergumam, "Jika tidak salah, dia bilang bahwa dia ingin membuatku takut. Apakah dia sedang mencari kelemahanku? Argh! Apa yang sudah diperbuat?!" gumamnya frustasi.
Annisa pun tetap menunggu disana. Sedangkan Lisa sedang diberikan beberapa obat untuk lukanya juga obat penenang.