PADA saat itu, Nanda mendengarnya langsung terkejut. Tidak. Bukan karena Nanda akan pingsan di situ juga. Tapi karena dia senang. Menurutnya, mimpinya kali ini akan berjalan lebih cepat.
"Tapi nanti. Saat usiamu sudah 17 tahun," sambungnya.
Seketika, badan yang merasa sedang melayang, jatuh di bebatuan yang tak datar. "Papa!" teriak Nanda kala itu. Dia menjauhkan tubuhnya. Memeluk tubuh dengan tangan sendiri.
Melihat reaksi Nanda kala itu, sang Papa terus tertawa sambil bilang, "Bermimpilah setinggi langit, Nak. Karena ketika kamu sukses, kamu bukan hanya bisa menyetir mobil saja. Tapi kamu dapat membelinya. Tidak hanya itu juga. Kamu bisa mengajak Papa dan Mama jalan-jalan dengan mobilmu, 'kan? Tidak hanya itu juga. Kamu bisa melakukan apa saja. Membeli apa saja. Tapi ingat pesan Papa. Ketika kamu sukses, janganlah membusungkan dada. Janganlah besar kepala—"
"Kata Ibu guru, besar kepala itu artinya sombong. Berarti, Nanda tidak boleh sombong, ya?" potong Nanda.