Chereads / The CEO and His First Love / Chapter 27 - Cahaya Hijau Misterius

Chapter 27 - Cahaya Hijau Misterius

"Tidak ada bukti yang mendukung sama sekali? Benarkah?"

Luna tampak terkejut mendengar informasi yang dikatakan oleh Gino kepadanya. Dengan cepat mendekati manajer dari kafe yang dimilikinya ini.

"Hm… kemarilah." Gino melambaikan tangannya dari balik meja. Meminta wanita itu untuk mendekat. "Dari semua kamera CCTV yang kita kumpulkan, hanya ada satu tangkapan saja yang menunjukkan pria dengan jaket bertudung hitam itu. Itupun ditangkap dari jarak yang jauh dan singkat, sehingga tidak menunjukkan dia benar-benar berniat jahat atau tidak."

Luna menonton video yang ditunjukkan oleh Gino dengan ekspresi serius. Dia sungguh tampak tak habis pikir. Sehingga tak heran dia sampai kehilangan kata-kata.

Memang terlihat di kamera kalau orang yang dimaksud tampak melintasi kamera dalam hitungan waktu beberapa mili detik saja. Dia tampak berlari kencang, sehingga hanya kelihatan sekilas saja. Tanpa ada bukti kalau dia telah melakukan teror dan usaha penyerangan kepada Luna.

"T-Tapi bagaimana mungkin? Kita kan tadi mengumpulkan beberapa CCTV. Arahnya juga sepertinya menuju bagian depan dari gedung kontrakan. Kenapa bisa tidak ada bukti apapun dari sana."

"Beberapa rekaman, masalahnya sama dengan CCTV kontrakan kamu. Nyatanya tidak merekam sama sekali. Bahkan pemilik CCTV nyatanya tidak menyadari hal itu, lalu memberikan salinan CCTV yang ternyata telah mati sejak beberapa bulan yang lalu. Sisanya hanya seperti ini saja. Karena tidak ada yang mengarah langsung menuju gedung kontrakan, tidak terlihat kalau dia memang melakukan tindakan kriminal. Dia hanya terlihat seperti seseorang yang menutupi wajahnya dengan tudung, lalu berjalan dan meninggalkan gedung dengan cepat. Sama sekali tidak ada yang dapat kita gunakan."

Luna mendesah sambil memandang rekaman tadi. Dia putar lagi selama beberapa kali, untuk setidaknya membuatnya mendapatkan petunjuk. Namun tidak ada yang bisa dia temukan.

Karena memang… tanpa dia sadari kalau dia berlawanan dengan para pelaku kriminal handal. Mereka sudah terlalu ahli dalam hal mengelak dari CCTV.

"Lantas bagaimana sekarang? Apa memang… tidak ada yang bisa kita lakukan? Setidaknya bukankah dia terlihat mencurigakan? Apa sebaiknya kita serahkan saja pada polisi, sehingga mereka mungkin bisa mengidentifikasi hal yang lebih dibanding kita yang amatiran."

"Aku khawatir mereka tidak akan bisa berbuat banyak. Nyatanya kan baru saja kita dengar tadi? Mereka punya prosedur mereka sendiri dalam menangani kasus. Sehingga kalau kita serahkan rekaman ini pun, aku khawatir hal itu tidak akan terlalu menganggu. Karena seperti yang kubilang… kita tidak punya banyak bukti selain chat dan nomor teleponnya. Di video ini juga… klaimnya sangat lemah dan memang tidak menunjukkan apapun yang bisa dijadikan bukti."

Luna menghela napas. Dengan lelah dia mendudukkan tubuhnya lagi, lalu memandang kosong ke depaan. Ekspresinya tampak begitu lelah.

"Lalu kita harus bagaimana? Apa memang kita hanya bisa pasrah saja dan menunggu? Kalau begini kapan aku bisa mendapatkan kehidupan normalku kembali."

Di saat itulah Gino selalu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Sebagaimana kini dia langsung berdiri, lalu mendekati wanita itu. Dengan sok penuh perhatian mengusap bahunya.

"Sabar. Kita semua kan sedang berusaha. Walau sejauh ini perkembangannya tak terlalu baik, namun yakinlah kalau kita bisa melaluinya." Gino menahan ucapannya sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi omong-omong bagaimana tadi pembicaraan kamu dengan Mia. Apa kamu sudah bilang mengenai keadaan kamu? Suaminya kan polisi, apa dia tak bisa membantu?"

"Tadi Mia sempat menelepon suaminya di depanku, ternyata memang jawabannya sama. Kasusku dianggap sebagai kasus yang tidak mendesak, sehingga kita perlu menunggu karena tim penyidik yang akan berusaha menemukan identitas dan keberadaan pelaku. Namun walau begitu dia janji akan melihat kasusnya dengan lebih rinci. Jadi memintaku untuk merekam pengakuan pengalaman, sehingga nanti bisa dia dengarkan di rumah."

"Sebaiknya sertakan saja rekaman ini. Walau lagi-lagi sepertinya memang tak terlalu membantu… namun setidaknya dia mungkin tahu apa yang harus dia lakukan untuk mempercepat proses penyelidikan."

"Hm…." Luna kembali mengangguk lesu. "Akan kusampaikan setelah ini pada Mia."

Gino kembali tersenyum kecil. Dengan perhatian, terus mengusap bahu wanita itu untuk menenangkan emosinya.

"Tapi apa kamu masih begitu ragu untuk pindah ke tempatku. Sudah kubilang tidak apa-apa. Nggak perlu cemas. Jadi berhentilah untuk terlalu memikirkannya," kata Gino sambil bercanda. Luna lagi-lagi hanya memberikaan jawaban sungkan kepadanya.

"Bukannya begitu. Tapi tetap saja… aku menginginkan kehidupan normalku kembali. Aku nggak bisa terus hidup ketakutan seperti ini, bukan?"

***

"Catatan kecelakaanku memang wajar. Kecelakaan tunggal yang terjadi karena faktor pengendara. Di mana mungkin aku mengantuk karena pulang terlalu larut malam setelah lembur berjam-jam."

Rafael menyimpulkan data dari kepolisian yang dia baca. Di mana ekspresinya tampak tidak terlalu puas saat ini.

"Tapi kenapa ada rasanya yang janggal. Sial, kenapa aku masih tak bisa mengingat detik-detik tabrakan itu ya? Padahal ingatanku hampir semuanya pulih, namun… malam kejadian itu masih terasa abu-abu."

Namun ada sesuatu yang dipegangnya belakangan ini. Dia merasa pernah melihat sesuatu saat beberapa hari yang lalu melewati tempat itu lagi.

"Silau. Aku merasa, ada sesuatu yang terang ditembakkan ke mataku."

Rafael membuka laptopnya, lalu mulai mengeluarkan beberapa flash disk yang ikut berada di dalam map kuning tersebut. Menurut polisi yang tadi memberikan kepadanya, ini adalah rekaman dari beberapa CCTV di tempat kejadian.

"Semoga filenya masih utuh dan bisa ditonton." Rafael bergumam sambil memeriksa USB pertama.

Dari USB tersebut ditemukan rekaman saat kejadian. Tapi semuanya diambil dari sudut yang nyaris sama. Tiga kamera dari bagian atas, tempat kendaraan Fabian hilang kendali. Kamera atas menggantung pada badan dari jembatan fly over yang ada di atasnya.

Dan sesuatu menangkap perhatian Rafael.

"Cahaya hijau apa ini?"

Pria itu bergumam saat menemukan hal yang aneh dari kamera atas tadi. Karena sekilas, memang ada sebuah cahaya hijau yang menukik menuju kaca mobilnya di detik-detik hendak melewati kaki jembatan.

Cahaya itu aneh. Memang menyatu dengan lampu jalanan ibu kota yang terang benderang, namun cahaya ini datang begitu saja. Dengan singkat sebelum kembali menghilang begitu saja. Serta posisi kamera yang cukup jauh mungkin tidak menangkap hal itu dengan jelas, namun kalau kita memperhatikan pantulan pada kaca depan mobil, sesuatu jelas terlihat janggal.

"T-Tunggu? Jangan bilang kalau apa yang kulihat itu benar adanya? Kalau ada sebuah cahaya tajam, yang malam itu diarahkan padaku untuk merusak konsentrasiku?" Ekspresi Rafael semakin serius memikirkannya. Aura wajahnya gelap karena adrenalin dan kemarahan bercampur di sana. "J-Jadi kalau ini benar… maka kecurigaanku bisa jadi benar? Kalau ada seseorang yang dengan sengaja merencanakan kecelakaan itu terhadapku? Dalam artian, kecelakaan ini merupakan sebuah tindak percobaaan pembunuhan?"

***