Rafael baru saja selesai dari pertemuan dengan salah satu klien penting di luar. Kini dari restoran tempat tadi mereka bertemu, sang presiden direktur tengah memutuskan untuk kembali ke kantornya. Karena masih ada pekerjaan yang menunggunya di sana.
Namun di sepanjang perjalanan dia tak terlihat rehat sama sekali. Dia masih saja sibuk membuka tablet PC miliknya guna memeriksa beberapa hal terkait pekerjaannya di sana. Mempercayakan sepenuhnya pada sopir untuk membawanya dengan selamat ke tujuan.
'Aah, kenapa banyak sekali masalah yang harus diselesaikan terkait perusahaan? Banyak sekali hal-hal yang tidak sesuai sehingga harus membuat kami bekerja dengan ekstra.'
Pria itu mengomel di dalam hati di tengah pengecekan data yang dia lakukan. Mendesah tak puas dengan banyak hal yang dilihatnya di sana.
'Harus kuakui ini semua karena kami kehilangan Gino. Dulu dialah yang mengatur segala masalah vital di perusahaan, bahkan saat kesehatanku tak terlalu memungkinkan untuk menyelesaikan segala pekerjaan. Dengannya kami bekerja sebagai otak sekaligus penggerak utama terhadap Raftech.'
Pria itu jeda bekerja karena pemikiran itu. Teringat akan mantan Wakil CEO, sahabat terdekat, sekaligus partner utamanya dalam mendirikan Raftech hingga menjadi besar seperti sekarang. Mereka merencanakannya saat bersama-sama kuliah di Amerika dulu, lantas langsung mewujudkannya begitu kembali ke Jakarta. Kerja keras dan sinergi merekalah yang perlahan-lahan terus membuka segala kesempatan demi kesempatan untuk perusahaan tersebut.
Dan itu berhasil. Bahkan semuanya terasa sempurna dengan kepemimpinan mereka berdua. Bersama Gino, Rafael mendapat banyak pencapaian besar. Bahkan saat Rafael mengalami kecelakaan parah dan harus meninggalkan bangku kepempimpinan perusahaan itu pun, Gino dengan sigap menggantikannya dalam hitungan beberapa bulan. Berkatnya Raftech bisa terus berjalan tanpa kehilangan arah walau kehilangan nahkodanya.
Tapi kemudian hubungan kerja sama itu harus berakhir.
Tepat saat Rafael akhirnya sepenuhnya sembuh, di mana dia mengetahui kalau ternyata selama ini Gino diam-diam telah mengkhianatinya. Pria itu melakukan beberapa hal yang tak bisa Rafael maafkan. Sehingga pada akhirnya dengan suka rela pria itu meninggalkan perusahaan.
'Tch, kenapa juga aku harus mengenangnya?' Rafael dengan cepat menepis pemikiran itu. 'Tak peduli betapa bagusnya pekerjaannya di masa lalu, tapi faktanya dia telah melakukan beberapa hal yang tak bisa dibiarkan. Lagipula dia sendiri yang memutuskan untuk ke luar bahkan saat belum berani menjelaskan padaku kalau semua itu hanya kesalahpahaman. Dia tinggalkan pekerjaannya begitu saja sehingga membuat krisis besar untuk kami. Untunglah aku bisa dengan cepat kembali bertindak dan membereskan semuanya kembali.'
Rafael menggelengkan kepalanya demi mengusir beberapa jenis pemikiran dan emosi yang sempat menggelayut di otaknya.
'Tak ada gunanya diingat lagi. Nyatanya kami bisa berdiri dan terus berlari tanpa dirinya. Aku juga sudah menemukan pengganti dirinya yang akan mendampingiku sebagai Wakil CEO. Dan aku yakin Pak Franky yang lebih berpengalaman akan bekerja lebih baik dengannya.'
Tepat saat dia berhenti memikirkan hal itu, mobil ini harus berhenti sejenak di sebuah persimpangan yang diatur oleh lampu lalu lintas. Saat itu Rafael mengalihkan pandangannya dari gawai di tangannya ke luar jendela mobil. Di mana seketika sejenis perasaan tak nyaman menguasai dadanya.
'Ini kan… dekat dengan lokasi kafe milik Luna?'
Satu lagi nama yang sukses membuat sang CEO terdiam. Bahkan ekspresi muram tak bisa disembunyikan dari wajahnya.
Kalau sudah membahas soal Gino, rasanya tak lengkap kalau nama Luna tidak disertakan. Di mana sebenarnya mereka bertiga memiliki sejarah tersendiri bahkan sejak mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA dulu. Karena ada beberapa kerumitan yang terjadi.
Luna adalah mantan kekasih Rafael di masa lalu. Bahkan bukan hanya wanita yang dia pacari dengan iseng, perempuan itu nyatanya adalah seseorang yang patut dilabeli sebagai cinta pertamanya. Mereka sempat menjalani hubungan pacaran selama kurang lebih empat tahun. Waktu yang cukup lama untuk sebuah hubungan yang mereka sebut cinta monyet. Karena nyatanya memang hal itu membekas di kehidupan Rafael, karena nyatanya dia masih sangat menyukai perempuan itu walau satu dasawarsa telah berlalu.
Namun ternyata, baru-baru ini saja Rafael mengetahui kalau ternyata sahabatnya Gino juga memendam perasaan yang sama. Dia juga selalu menyukai Luna, bahkan saat dia selalu jadi perantara dalam hubungan Rafael dan Luna. Cinta pria itu ternyata juga bukanlah hal yang bisa dilabeli cinta monyet semata. Sebab hatinya pun juga masih mengingat dan menginginkan sosok Luna hingga melewati satu dasawarsa bersama Rafael.
Lalu katanya inilah titik permasalahannya. Ternyata saat Rafael sibuk mencurahkan segala pemikirannya pada Raftech tepat saat kembali dari kuliahnya di Amerika, Gino malah menemukan hal lain yang ingin dia lakukan sambil bekerja. Kabarnya dia langsung mencari keberadaan Luna. Lantas setelah beberapa kali pendekatan, kabarnya mereka pun jadian.
Ini yang paling tak bisa Rafael terima.
Padahal Gino selalu mendampinginya. Pria itu adalah orang yang paling tahu tentang perasaannya terhadap Luna, bahkan saat sang CEO harus terus menepis hal itu demi kelangsungan hidupnya. Ia tahu kalau Rafael masih sangat mencintai Luna dan terus mengenangnya.
'Ya. Aku tahu kalau saat itu aku menjadi seorang pengecut. Nyatanya aku masih mencintainya dan tak juga bisa melupakan hubungan kami dulu, namun aku terus bersikap seakan semua itu tidak apa-apa. Sehingga saat akhirnya Gino memutuskan untuk memperjuangkan cinta dan perasaannya sendiri… tak seharusnya aku memusuhinya dalam hal itu.'
Namun Gino tak pernah terbuka padanya, bahkan saat beberapa kali dia menemani Rafael mabuk dan mendengarkan keluh kesahnya. Gino sangat tahu bagaimana pria itu masih terus mengenang sang cinta pertama. Namun Gino hanya diam dan malah sok memberikan saran terhadapnya, ketika nyatanya di saat itu mungkin dia telah menyandang status sebagai kekasih baru Luna. Sehingga membuat Rafael merasa seperti dipermainkan oleh pria itu.
Tak hanya di situ saja.
Belakangan Rafael dengar kalau akhirnya Luna dan Gino bersekongkol di belakangnya. Saat kecelakaan terjadi dan sang CEO kehilangan seluruh ingatannya, mereka memanfaatkan hal itu untuk mendapatkan keuntungan. Mereka mengirim Luna dengan memperdayakan Mamanya. Mempekerjakannya sebagai asisten pribadi yang mendampingi Rafael ke mana-mana, seraya dengan perlahan melatih ingatannya kembali.
Metode itu berhasil. Segala metode diam-diam yang diterapkan oleh Luna, melatih Rafael untuk mulai kembali mengingat masa lalunya. Dia menggunakan kenangan-kenangan mereka dulu untuk memancing memori sang CEO. Tak heran hal itu membuahkan hasil yang baik. Namun selain amnesia, pada nyatanya perasaan yang terkubur selama ini pun kembali.
Rafael jatuh cinta lagi pada Luna. Dia bahkan telah memimpikan sebuah masa depan baru dengannya, sebab sang asisten pribadi membuatnya kembali tergila-gila. Namun semua berantakan saat ingatan itu kembali. Saat dia menyadari betapa banyaknya kebohongan dan kejanggalan atas tingkah kedua orang itu di belakangnya selama ini.
'Mereka sebenarnya tak benar-benar ingin membuatku sembuh. Niat mereka hanya membuatku jatuh cinta lagi pada Luna, sehingga memberi kepercayaan terhadapnya. Mereka berniat untuk menguras hartaku melalui semua itu. Lalu mungkin meninggalkanku saat aku kehilangan segalanya.' Rafael bergumam di dalam hati. 'Namun untunglah pada akhirnya ketahuan, sehingga mereka tak sampai melancarkan rencana itu. Walaupun pada akhirnya mereka masih sempat memeras uang kedua orang tuaku hingga miliaran.'
Di saat itulah mobil ini melewati sebuah bangunan yang bernama kafe 'Dear Moon'. Hal yang sejenak membuat sorot mata Rafael menjadi lebih dalam dan penuh dendam.
'Lalu kemudian uang itu mereka gunakan untuk membina kehidupan sendiri. Mereka membangun kafe itu berdua dan menjalankannya bersama. Mereka mungkin juga akan menggunakannya untuk pernikahan mereka di masa depan.'
***