Dengan sangat berat kedua kelopak mata Gino terbuka. Masih dalam pengaruh obat yang begitu kuar, pemuda itu memeriksa sekitar. Menemukan sebuah kamar dengan keadaan yang cukup temaram dari biasanya yang putih terang.
Dengan lemah dan bersusah payah, dia melirik ke bagian kanannya. Menemukan satu sosok yang selalu setia mendampinginya selama ini, sejak dia masih kecil hingga dewasa seperti ini. Sosok yang dia yakini adalah yang paling merasa terpukul atas apa yang menimpanya saat ini.
Namun nyatanya itu tak cukup. Sebab dia malah teringat pada satu nama yang dia harapkan juga ada di sini untuk menemaninya. Sosok yang paling membuatnya senang tak terkira karena berada di sini bersamanya saat Gino membuka matanya lagi.
Luna.