"Oh iya, Kak. Aku lupa ada yang ketinggalan di sekolah. Itu penting banget. Kakak anter aku balik lagi sekarang. Ayo, cepet." Kadita tahu Hanabi tidak nyaman dengan sikap kakaknya.
"Tapi, Hana gimana? Kamu kan, bisa naik angkutan umum?"
"Ah, gak mau. Angkutan umum lama, terus sumpek lagi." Kadita memberi isyarat agar Hanabi cepat ke luar dari mobilnya.
"Kalau gitu, aku turun dulu. Makasih ya, udah kasih tumpangan." Hanabi pun segera membuka pintu mobil sebelum Aldous mencegahnya.
"Akh, kamu gimana, sih! Emang gak bisa liat, kalau aku itu lagi ngejar dia? Bukannya ngedukung malah nyusahin!" Aldous memakinya karena kesal.
"Udahlah, Kak, Hanabi itu gak tertarik sama kamu. Lagian aku juga gak bakal setuju dia jadi pacar Kakak."
"Apa maksud kamu?!"
"Cih! Emangnya aku gak tau, pacar Kakak ada 2. Yang satu anak kampus, yang satu anak sekolahan. Iya, kan!"
"Mendingan sekarang kamu turun!"
"Ngaku dulu!"
"Turun!"
"ENGGAK!"
...