"Bertahanlah. Awal aku bekerja juga sepertimu, tapi aku menyingkirkan pikiran itu karena aku sangat butuh uang. Jika kamu ingin menyerah sekarang juga masih sempat," kata Cika sambil berbisik.
"Ck, uang sudah di depan mata, mana mungkin aku menyerah," kata Olivia dengan terpaksa. Dia tidak bisa pergi sekarang karena sudah tidak memiliki cara lain lagi. Tidak tahu pria tua seperti apa yang akan dia temani minum di dalam sana nantinya. Dia harus mempersiapkan mentalnya bulat-bulat dari sekarang.
Olivia melihat di seberang lorong ada beberapa wanita penghibur juga yang sedang berbaris seperti dirinya dengan pakaian seksi, sedang menunggu masuk sambil membawa nampan berisi botol dan gelas minuman. Mereka semua bernasib sama seperti Olivia. Dia menjadi sedih karena melihat dirinya yang begitu rendah malam ini.
"Ternyata banyak sekali wanita yang bernasib seperti kita," gumam Olivia.
Cika melihat ke arah mana Olivia menatap. "Benar, mereka tidak memiliki cara lain lagi untuk menghasilkan uang banyak. Tapi, aku iri pada mereka. Mereka akan menemani pelanggan di ruang VVIP. Sekali menemani minum bisa menghasilkan uang berkali-kali lipat, karena di ruangan VVIP itu bukan orang kaya biasa. Mereka semua bangsawan kelas atas. Apalagi jika berhasil menarik perhatian salah satu dari mereka. Wah, pasti langsung bisa jadi Nyonya, hihi...," gurau Cika sambil membayangkan hal yang tidak mungkin terjadi padanya.
Namun, tiba-tiba kening Olivia mengernyit tajam. Dia menyipitkan matanya dan memperjelas penglihatannya.
"Apa aku tidak salah lihat?" guamamnya sambil mengedipkan mata dengan cepat. "Bukankah itu Sera?!"
"Kamu pernah dengar tidak para Tuan Muda Kota A yang tampan seperti para dewa? Merekalah yang sekarang berada di dalam ruangan itu. Bisa kamu bayangkan tidak, jika kamu -"
Perkataan Cika terhenti saat melihat Olivia yang tiba-tiba berjalan begitu saja menghampiri para wanita penghibur di seberang sana. "Eh, eh, Olivia! Olivia! Kamu mau pergi ke mana?!" teriak Cika cemas.
"Apa yang kamu ributkan! Cepat masuk!" geram seorang penjaga bermuka sangar pada Cika yang hendak mengejar Olivia.
Pada akhirnya Cika terpaksa mengurungkan niatnya, pekerjaan lebih penting sekarang. Dia dan para wanita penghibur lainnya pun masuk ke ruangan yang sudah ditentukan.
Para wanita penghibur di depan Sera sudah masuk ke ruangan VVIP dengan membawa nampan serta isinya. Ketika bagian Sera yang akan masuk, Olivia langsung menghentikannya.
"Sera!" panggilnya dengan mata melotot.
Deg!
Sera yang sedang menggenggam nampan terlonjak kaget setengah mati melihat keberadaan kakaknya di sana. Tangannya sampai gemetar hebat.
"K-K-Kakak?!" ucapnya gugup dengan wajah pucat.
"Apa yang kamu lakukan?! Sedang apa kamu di sini?" tanya Olivia tak ramah.
"A-aku ... a-aku …." Sera sampai sulit berkata-kata saking paniknya. Dia melihat penampilan Olivia yang juga persis seperti dirinya. "Kakak juga sedang apa di sini dengan pakaian seperti itu? Ah, jangan-jangan pekerjaan seperti ini yang Kakak lakukan sampai tega meninggalkan Ibu, ya?" sindirnya, berusaha mengalihkan pembicaraan.
Olivia bungkam seketika. Dia tidak bisa menangkal perkataan adiknya karena memang benar. "Pergi dari sini sekarang, ayo. Kamu tidak boleh ada di sini."
Olivia menarik paksa lengan Sera untuk pergi, tapi Sera sangat bersikukuh. Tingkah mereka sampai di perhatikan oleh dua orang penjaga ruang VVIP.
"Kenapa aku tidak boleh? Kakak saja bisa berada di sini," bantah Sera.
"Sera, kamu bisa mendapatkan pekerjaan lain, tapi jangan di sini."
"Aku juga ingin mendapatkan uang banyak seperti Kakak. Jangan melarang sesuatu yang ingin aku lakukan! Aku sudah bosan merawat Ibu dan ingin mencari kesenanganku sendiri. Enak saja Kakak bersenang-senang di sini meninggalkanku dengan seorang Ibu yang berpenyakitan," geram Sera dengan mata berapi-api.
"Sera, kamu -" Olivia syok mendengar Sera bicara sekasar itu.
"Ibu itu sudah tua, bisa mati kapan pun. Kakak jangan sok-sokan berjuang membiayai pengobatan Ibu sampai seperti ini. Jika tubuh Ibu sudah tidak kuat, mati ya mati, hidup juga cuma menghabiskan biaya pengobatan," lanjut Sera tanpa segan.
Plak!
Tiba-tiba saja tamparan keras mendarat di pipi kiri Sera. Olivia menggertakan giginya hingga rahangnya mengeras kuat. Dia tak sangka Sera bisa bicara sekasar itu mengenai ibunya. Hatinya hancur berkeping-keping mendengarnya.
Olivia segera merampas nampan dari tangan Sera sambil berkata, "Pulang sekarang juga, Kakak tidak ingin lihat wajahmu. Pikirkan perkataanmu barusan baik-baik dan minta maaf pada Ibu! Kalau sampai Kakak dengar kamu bicara seperti itu lagi mengenai Ibu, Kakak tidak akan berbelaskasihan padamu sebagai adik!"
Sera menyentuh pipinya yang merah berdenyut dengan mata berkaca-kaca. Dia marah dan kecewa pada kakaknya karena sudah berani menamparnya di depan umum. Olivia tak memberikannya muka sedikit pun sampai dilihat oleh beberapa penjaga.
"Kakak, kamu harus mengingat perlakuanmu hari ini!" geram Sera sambil berlalu pergi dengan tatapan penuh kebencian.
"Persaingan antara kakak dan adik yang sangat menarik," ujar seorang penjaga sambil menyunggingkan senyum. "Kamu sudah berhasil menyingkirkan adikmu. Sekarang kamu harus bertanggung jawab dengan menggantikannya. Ayo, masuk. Para Tuan Muda sudah menunggu dari tadi."
Tunggu! A-apa? Tuan Muda? (Batin Olivia)
Olivia di dorong masuk ke dalam ruang VVIP begitu saja, untung nampannya tidak jatuh. Padahal suasana hatinya masih belum membaik, matanya pun masih berkaca-kaca akibat perkataan Sera. Ada rasa sesal setelah menampar Sera.
Pintu tertutup dengan rapat. Mata Olivia mulai berbaur dengan suasana temaram ruang VVIP serta gelak tawa dan obrolan para penghuni. Namun, tiba-tiba saja...
Deg!
Sekujur tubuh Olivia mati membeku. Bahkan sepertinya jantungnya berhenti memompa darah ke seluruh tubuh sampai membuat wajah Olivia pucat layaknya mayat hidup.
Oksigen di ruangan terasa menyusut saat melihat keberadaan Petra di sana yang sedang menatapnya bulat-bulat.
Rasanya masih belum cukup membuat Olivia syok. Dia baru menyadari kalau beberapa pria di dekat Petra yang sedang dihibur beberapa wanita seksi adalah pria yang dia kenal.
Olivia? (Batin William, Lucas, Erfan dan Jerry)
Mereka semua tidak ada yang berani memanggil namanya, termasuk Petra. Mereka sangat terkejut melihat Olivia dengan penampilan seksi layaknya wanita penghibur lainnya.
Olivia meremas keras nampan di tangannya sambil menahan malu. Sudah tertangkap basah, tidak mungkin bisa menutupinya.
Bagaimana bisa mereka semua berkumpul di sini? (Batin Olivia ketar-ketir)
Noah segera menyingkirkan wanita penghibur yang sedang menggodanya di samping, lalu menggerakkan tangan, menyuruh Olivia mendekat dengan hasrat menggebu.
Dengan langkah gontai, Olivia berusaha berjalan menuju Noah-Tuan Muda Keempat. Kakinya terasa berat sekali diseret karena lututnya mendadak lemas saat makin dekat dengan para pria yang dia kenal.
Semua mata pria itu tertuju pada Olivia, dia bisa merasakannya dengan jelas. Namun, Olivia tidak ingin pandangan menusuk mereka mempengaruhinya lebih buruk lagi.
Olivia meletakan nampan di atas meja dengan jantung berdegup kencang seperti genderang mau perang. Mungkin jantungnya ingin melompat ke luar dan pergi meninggalkannya sampai mati.
Karena lututnya yang lemas, keseimbangan Olivia terguncang. Dia terjatuh dalam pelukan Noah. Tentu saja Noah langsung menangkap ikan segar yang melemparkan diri ke arahnya dengan sukarela.
Petra, Willian dan Jerry diam-diam mengepalkan tangannya kuat-kuat saat melihat Noah melingkarkan tangannya di pinggang Olivia.
"Karena aku sudah menangkapmu, jangan harap kamu bisa lolos," ucap Noah sambil menebarkan pesonanya melalui senyuman dan kedipan mata kanannya yang mematikan.
...
BERSAMBUNG!!