Sayangnya apa yang ditakutkan, malah menjadi kenyataan. Petra membalikan badannya dan menatap Olivia yang masih berbaring di atas sofa.
Olivia menyipitkan matanya saat memeriksa. Dia melihat bola mata amber Petra sudah berubah warna menjadi merah menyala. Kulit wajah dan seluruh tubuh Petra menjadi pucat seakan tidak ada aliran darah yang mengalir di dalamnya.
Olivia menelan saliva dalam-dalam saat Rex menatapnya penuh kebencian. Bola mata merah itu membuat Olivia tak berani menatapnya lama-lama.
"Siapa kamu? Bukan sekali dua kali aku melihatmu," ucap Rex dengan rahang tegasnya.
Kenapa dia bertanya begitu? Apa dia benar-benar tidak tahu aku siapa? (Batin Olivia)
Rex melihat penampilan Olivia dari ujung kaki hingga kepala. Olivia mengenakan baju seksi yang begitu menggoda, tapi wajahnya terlihat ketakutan. Petra sudah melakukan apa pada wanita ini?
"Apa hubunganmu dengan Petra? Kamu kekasihnya?" tanya Rex sambil duduk di samping Olivia tanpa segan.
Olivia beringsut menjauh karena dia seperti duduk dengan malaikat maut. Tegangnya bukan main.
Olivia tidak berani mengeluarkan suara, dia hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk dengan menjepit pahanya.
"Lalu, siapa kamu? Pakaianmu seperti ini, apa kamu sedang menghibur Petra?" tanyanya lagi sambil mengaitkan rambut Olivia yang berantakan pada celah telinga.
Olivia langsung menjepit lehernya, dia tak mau disentuh Rex. Takut sekali.
Dia tidak akan membunuhku, kan? Aku tidak membawa obat bius bahkan cincin batu hitam. Bagaimana ini? (Batin Olivia)
Rex bukannya menjauh, dia malah mencium aroma rambut Olivia dengan mata terpejam nikmat.
"Terakhir kali bertemu, kamu mengingatkanku pada ibuku," ucapnya lirih.
Olivia tidak mau dengar dan juga tidak mau menanggapi apa-apa. Dia merasa tercekik dengan keadaan karena Rex yang seharusnya dipenuhi emosi, tapi malah menjadi lembut seperti ini. Sikapnya sangat meresahkan.
"A-aku ... permisi dulu," kata Olivia sambil beranjak bangun.
Rex tersinggung atas perlakuan Olivia yang seakan tidak menghargainya. Matanya langsung melotot, keningnya menjurus tajam. Dia menarik lengan Olivia dengan kuat. Keseimbangan Olivia pun terguncang, dia terjatuh dalam pelukan Rex.
Olivia dan Rex saling bertatapan. Olivia menelan saliva dengan wajah tegang saat melihat ekspresi Rex. Dia buru-buru menundukkan pandangannya sambil berusaha melepaskan diri. Namun, Rex tidak akan membiarkan Olivia kabur begitu saja.
"Kamu takut atau jijik padaku? Tahu aku siapa?" bisik Rex di telinga Olivia yang langsung membuat Olivia merinding ketakutan.
Olivia mengangguk dan hanya bisa diam tanpa pemberontakan karena tubuhnya terkunci rapat oleh Rex.
"Tidak ada yang boleh melawanku, kamu harus ingat itu. Tapi, sekarang tubuhmu telah menggoyahkanku," bisik Rex sambil menatap lapar pada tubuh seksi Olivia yang kini dalam pelukannya.
"E-ehem, ka-kamu belum makan malam. Aku akan menyiapkannya untukmu." Olivia tidak mengerti maksud kata-kata Rex. Dia semakin menghindarinya dan malah membuat Rex bertambah marah.
"Selama ini tidak ada yang berani menyela atau membantah perkataanku. Karena aku akan memberikan orang seperti itu pelajaran." Tangan Rex mulai merayap naik ke leher Olivia dan mencengkeram lehernya.
Tubuh Olivia seketika gemetar hebat, lututnya mendadak lemas, wajahnya pun pucat. Dia mulai kesulitan bernapas saat tangan Rex mencekiknya dari pelan hingga kencang.
"A-aku minta maaf, aku tidak akan mengulangi kesalahanku," ucap Olivia gelagapan. Matanya mulai berkaca-kaca karena takut sampai ingin menangis.
"Ho, aku akan melakukannya dengan lembut, jadi jangan terlalu takut." Rex tersenyum jahat bagaikan seorang Joker. Membuat Olivia ketar-ketir tidak tenang.
Namun, perkataan Rex tidak dapat dipercaya. Rex malah mencekik leher Olivia semakin kuat.
"A-akh! Re-Rex hentikan, aku ... aku mengaku aku salah, a-aku mi-minta maaf. Akh ... lepaskan!" rintih Olivia sambil berusaha melepaskan tangan Rex dari lehernya.
"Setiap aku berganti jiwa dengan Petra, kamu selalu ada. Jangka waktuku tidak pernah lama saat kamu menyentuhku. Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan dengan Petra? Kamu ingin melenyapkanku, kan?!" geram Rex dengan rahang menggertak sambil terus mencekik leher Olivia dengan penuh emosi.
"T-tidak, kamu salah ... paham. Sa-kit ... lepaskan! Aku ... ti-dak bisa ber-napas!"
Olivia hampir kehabisan napas, wajahnya mati rasa dan begitu pucat. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang sekarat. Dia tidak boleh mati begitu saja. Cepat pikirkan cara agar emosi Rex mereda.
Tiba-tiba, Olivia meraih tengkuk leher Rex dan berusaha menarik kepalanya untuk mendekat, lalu tanpa diduga Olivia mengecup bibir tipis yang sedang menggerutu itu dengan mata terpejam.
Sebuah keajaiban muncul, perlahan cekikan di leher Olivia mengendur. Rex terdiam sambil melirik ke sana kemari bingung. Bibirnya terasa lembut dan hangat, hatinya meletup-letup di dalam. Inikah rasanya berciuman?
Begini cara menenangkannya? Ah, apa yang kamu lakukan, Olivia! (Batin Olivia)
Olivia buru-buru melepaskan ciuman itu dan segera mengambil napas karena dadanya sesak tak tertahan. Dia sampai terengah-engah.
Namun, tiba-tiba saja Rex membalikan kepala Olivia dan berbalik mengecup bibirnya, seakan ketagihan. Kini Olivia yang terkejut. Barusan dia hanya coba-coba saja karena instingnya yang menggerakkan dirinya sendiri.
Tangan Rex merayap naik bukan untuk mencekiknya lagi, tetapi untuk merengkuh leher Olivia agar membalas ciumannya.
Ada rasa ingin menolak, tapi jika benar-benar dia lakukan, tangan yang kini menyentuh lembut lehernya bisa berubah menjadi ancaman dengan kembali mencekiknya. Olivia tak bisa membiarkan itu terulang lagi, rasanya hampir mati kehabisan napas.
Baiklah, hanya ciuman saja. Lagipula dia adalah suamiku. (Batin Olivia)
Olivia mempersiapkan dirinya dan mengikuti instingnya dengan melingkarkan tangannya di leher Rex. Mereka mulai saling bersahutan, membiarkan tubuhnya bergerak sesuai naluri. Olivia membuka mulutnya dan Rex memasukan lidahnya ke dalam. Padahal ini kali pertama mereka melakukannya sedalam itu. Ada perasaan meledak dari dada saat melakukannya. Rasanya ingin sekali Olivia menggenggam jantungnya untuk menahan agar tidak berdetak terlalu kencang.
Wajah mereka memerah, darah terasa mengalir dengan panas ke seluruh tubuh. Mereka saling hanyut dalam perasaan masing-masing.
Rex mendorong tubuh Olivia agar berbaring di atas sofa, lalu dia tindih dari atas sambil terus mengulum bibirnya. Dia menyesap nikmat lidah Olivia dan mengeksplor isapannya pada bibir bawahnya yang begitu lembut dan kenyal seperti squishy. Olivia menikmati dengan pasrah sambil menyentuh lembut dada bidang Rex dari bawah.
'ah, mm ....'
Terdengar desahan kecil yang menggelitik dari mulut Olivia yang membuat Rex semakin bergairah.
Tangannya merayap turun menuju perut Olivia dan menyelusup masuk ke dalam baju seksinya. Rex mengecup tengkuk leher Olivia sampai ujung bahu dengan gairah yang terbakar.
Kecupannya turun ke tulang selangkanya. Olivia terlihat sangat menikmati sentuhan dan belaian Rex sampai matanya sayu. Dia lupa diri karena begitu bergairah, tak bisa dikontrol.
Saat sesuatu meremas salah satu dadanya dari dalam baju. Olivia tersentak kaget dengan mata membulat. Dia sadar dengan apa yang sedang Rex lakukan.
Olivia kelimpungan menghentikan Rex. Dia mendorong tangan Rex diam-diam agar Rex tidak tersinggung lagi.
Dengan tangan gemetar, Olivia mencoba melepaskan kancing demi kancing kemeja Rex untuk mengalihkan tindakannya.
Rex malah melamun menatapnya dengan mata sayu. Dia membiarkan Olivia melepaskan kemejanya sambil memperhatikan bibir merah muda berair Olivia yang bengkak atas isapannya yang kuat barusan.
Dada bidang dan perut kotak-kotak Rex pun terekspos dengan jelas. Membuat air liur Olivia hampir menetes.
"Tidak ada rencana untuk mandi?" tanya Olivia yang masih berbaring di atas sofa dan menatap kesempurnaan ciptaan Tuhan dari bawah.
"Rencanaku hanya menyelesaikan apa yang harus diselesaikan," ujar Rex sambil menyunggingkan senyumnya.
"E-ehem! Aku ... akan menyiapkan air untukmu," ujar Olivia sambil beranjak bangun.
Namun, Rex segera menarik lengannya. Dia sengaja membuat Olivia terjatuh dalam pelukannya. Demi memberi jarak, tangan Olivia menyentuh kulit dada Rex yang bidang serta perutnya yang kotak-kotak. Oh, sungguh menggelapkan mata.
"Mandi bersama?" usul Rex sambil menyeringai menatap Olivia yang matanya sedang tertuju pada keindahan tubuhnya.
...
BERSAMBUNG!!