Petra ke luar dari mobilnya dengan membanting pintu. Wajahnya pucat, bola mata ambernya pun berubah menjadi merah menyala, keningnya mengernyit tajam. Itu menandakan jika Rex sudah mengambil alih tubuhnya.
Rex melihat dengan mata berapi-api bagian mobil sportnya yang tergores. Dia berjalan cepat menghampiri mobil ford ranger dengan kedua tangan mengepal kuat.
William, Lucas dan Noah berhamburan ke luar dari mobil dan berusaha untuk menghentikan Rex. Namun, Rex sudah berhasil menyeret pengemudi mobil ford ranger itu ke luar.
Semua yang ada di situ terkejut saat melihat ternyata pengemudi mobil ford ranger adalah seorang wanita yang sedang mabuk. Hal tersebut lebih membuat ketiga para Tuan Muda panik dan cemas karena Rex tidak akan memandang wanita ataupun pria.
"Aku tidak membawa obat penenang. Lucas, bantu aku menahan kakakmu," kata William.
William dan Lucas berusaha menahan Rex karena matanya sudah tertutup emosi. Namun, Rex mendorong mereka sampai mereka terjatuh. Dia tak melepaskan tatapannya dari wanita yang sedang merintih sambil menyentuh kepala dan perutnya, terlihat sangat tersiksa oleh alkohol. Itu adalah Olivia!
Dengan cepat Rex mencekik leher Olivia dan mengangkat tubuhnya sampai tubuh Olivia melayang di udara.
"A-akh...! L-lepaskan! Aku ... aku tidak bisa bernapas!" teriak Olivia sambil meronta kesakitan dengan menyentuh tangan Rex di lehernya, kakinya sampai menendang-nendang angin karena sangat sesak. Rambut berantakan yang menghalangi wajahnya pun tersingkap.
Deg!
"Olivia?" gumam William dengan mata membulat.
William berlari untuk kembali menghentikan Rex dengan kecemasan tinggi. "Rex, dia bisa mati! Kamu bisa melampiaskan amarahmu padaku. Lepaskan!" bentak William sambil berusaha menarik lengan Rex.
"Kakak, dia seorang wanita. Berbelaskasihlah sedikit padanya. Astaga, apa yang harus kita lakukan?! Mustahil kita bisa menghentikan Rex tanpa obat penenang," gerutu Lucas sambil mondar-mandir tidak tenang.
Tiba-tiba saja...
Bruk!
Rex melepaskan cekikan di leher Olivia dan tubuh Olivia pun terjatuh ke aspal.
"Uhuk, uhuk!" Olivia terbatuk sambil terengah-engah mengambil napas.
Suatu keajaiban muncul secara mendadak. Rex terdiam dengan pandangan kosong. Kulit pucatnya perlahan berubah normal, bola matanya pun berubah menjadi amber. Petra sudah kembali dan Rex menghilang begitu saja.
William, Lucas dan Noah melongo melihatnya karena seharusnya butuh berjam-jam untuk menjinakkan Rex dan mengembalikan kesadaran Petra.
"Mustahil!" ucap Lucas dan Noah.
William yang melihat Olivia kesakitan tidak bisa tinggal diam. Dia segera memeriksa denyut nadinya dan melakukan pertolongan dasar dengan merobek sedikit kerah kaosnya agar Olivia bisa mengambil napas penuh. Namun, William yang kelewat cemas malah membuat robekan menjadi besar sampai belahan dada bulatnya terlihat.
Astaga, William, apa yang kamu lakukan! (Batin Wiliam)
Wajah William langsung memerah. Dia segera menutupi robekan di dada Olivia dengan melepaskan jaketnya.
"Petra kamu sudah sadar sepenuhnya?" tanya William sambil merangkul tubuh Olivia yang lemah.
Petra mengangguk dengan wajah bengong. Dia akan menjadi seperti orang linglung beberapa saat ketika sadar.
"Bagaimana mungkin aku bisa sadar dengan cepat?" ucap Petra penuh tanya. Matanya melirik ke sana kemari mencari jawaban.
Ketika Petra melihat dengan jelas siapa yang sudah Rex lukai, dia terkejut bukan kepalang melihat wajah wanita yang tidak asing lagi di matanya.
I-itu ... apa dia yang mengendarai mobil ford ranger ini? (Batin Petra)
"Lucas, kawal kakakmu sampai pulang. Aku akan bertanggung jawab mengenai gadis ini," ucap William sambil menggedong tubuh Olivia yang lemah dan berniat membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Namun, tiba-tiba Petra menghentikannya.
"Aku yang harusnya bertanggung jawab." Petra mengambil alih tubuh Olivia dari tangan William begitu saja. "Aku akan membawanya ke Phylax, kamu bisa menanganinya di sana. Noah, ford ranger ini aku serahkan padamu."
"Tunggu, Kak!" teriak Lucas, tapi sayangnya Petra sudah membawa masuk Olivia ke dalam mobilnya dan pergi dari situ.
William menyipitkan matanya ketika melihat mobil sport Petra semakin menjauh. Olivia adalah mantan kekasihnya ketika William sedang bertugas sebagai dokter di daerah terpencil.
Gadis kecil yang pada saat itu masih berstatus sebagai siswi SMA sering membawa ibunya yang sakit untuk berobat padanya. Bukan hanya karena wajahnya yang cantik nan ayu saja, tapi Olivia memiliki hati yang tulus dan murni. Sering kali kebaikan dan ketulusannya menggerakkan hati William hingga tidak sadar William telah jatuh cinta padanya.
Sayangnya cinta mereka kandas, sebab William harus terpaksa meninggalkan Olivia demi menjalankan tugas sebagai pewaris keluarga. William sengaja menghilang begitu saja dari kehidupan Olivia karena takut jika orang tuanya tahu hubungan mereka, mereka akan menyakiti Olivia.
...
Mansion Phylax.
Petra menggendong Olivia yang tak sadarkan diri masuk ke dalam sebuah kamar yang begitu luas. Dia meletakkan tubuh Olivia di ranjang empuk, lalu melepaskan jaket William dan berniat menyelimuti tubuhnya. Namun, tiba-tiba Petra terdiam dengan mata membulat saat dia tak sengaja melihat belahan dada Olivia di balik robekan kaosnya.
Pipinya langsung bersemu merah, dia buru-buru menyelimuti tubuh Olivia dengan selimut dan melempar pandangan ke arah lain.
Bau alkohol dari tubuh Olivia semakin menyeruak ke dalam hidung, membuat penciuman Petra terganggu. Saat Petra akan pergi, dia baru menyadari ada bekas cekikan di leher Olivia. Petra merasa bersalah, karena sudah tahu pasti Rex yang melakukannya.
"Rex, dia berada dalam pengaruh alkohol. Haruskah kamu melukainya seperti ini? Sampai kapan kamu akan terikat terus denganku dan melukai semua orang?!" gumam Petra berbicara pada diri sendiri.
Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Petra menoleh dan melihat William yang sedang berjalan menghampiri.
"Will, apa aku mencekiknya sangat kencang? Sampai ada bekasnya seperti itu?" tanya Petra dengan rasa bersalah.
William terlihat kaget melihat jaketnya sudah terlepas dari dada Olivia. Petra pasti sudah melihatnya.
Tidak mau pikir panjang, William mengecek kembali denyut nadi Olivia sambil menganggukkan kepala.
"Itu ulah Rex. Dia melihat mobilmu lecet karena wanita ini dan menjadi sangat marah. Petra, kamu akan membiarkannya tinggal di sini?" tanya William sambil bersandar di nakas dengan kedua tangan dilipat di atas perut.
Petra menganggukkan kepalanya sambil menatap wajah Olivia yang sangat pucat. "Bisakah aku tidak bertanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan? Rex tidak akan muncul jika aku bisa mengontrol emosiku pada saat itu."
Seketika saja Petra teringat akan kejanggalan pada dirinya yang tidak pernah terjadi sekali pun. Rex telah menguasai tubuhnya, tapi dalam beberapa menit saja Petra sudah kembali sadar.
"Oh ya, Will, apa kamu tahu penyebab aku sadar dengan sangat cepat? Seperti yang kamu tahu, menyadarkanku membutuhkan waktu lama," ungkap Petra dengan kening mengernyit.
Wajah William berubah menjadi serius seperti seorang profesor yang sedang memikirkan penelitian yang sangat membingungkan. Sepanjang jalan ke mansion ini dia tidak memikirkan itu sama sekali, kecemasannya berfokus pada Olivia seorang.
....
BERSAMBUNG!!!
Tinggalkan komentar pendukung...