Si Bakong jadi perbincangan gara-gara kolor Dirman yang terekspos polos. Untung Pak Dasa bermurah hati, meminjamkan celana olahraga tak terpakai, entah punya siapa yang ketinggalan di sekolah dan tak diklaim pemiliknya, agar Dirman tak perlu repot menutup-nutupi pantatnya tiap waktu.
Apa lacur, kabar burung terlanjur bertiup kencang. Semua manusia di SMP Dirman tahu soal si Bakong di bokong Dirman. Tak terkecuali Ferdi cebol, yang bersuit-suit keras ke mana pun Dirman beranjak. Emosi Dirman memuncak manakala si jagoan katai mengatainya Super Hero Kodok Junior.
"Sambutlah si Koju, Kodok Junior kita yang anaknya Super Hero Bakong. Pantas dia pake-pake kolor bapaknya buat ke sekolah. Hohoho." Ferdi menggeret kemarahan Dirman ke level yang lebih tinggi.
Alhasil, disulut amukan tak terbendung, Dirman nekat menyembur Ferdi dengan air minumnya, seakan tidak disengaja. Ferdi merasa ditantang duel, dan Dirman pun menanggapinya berapi-api.
Akhirnya, singkat cerita, di sebuah lorong yang sepi Ferdi bertolak pinggang dengan kehormatan sang jagoan kandang, menantikan serangan Dirman yang berstatus penantang dan kuda hitam yang disepelekan. Krek krek. Ferdi melalukan pemanasan dengan mematah-matahkan buku-buku jarinya.
Dirman yang bercelana olahraga kedodoran memastikan tali celananya utuh, sebelum menggesek-gesek kakinya di lantai berdebu. Ini seperti gaya banteng diadu sama matador, pikir Dirman geli. Namun, duel yang dilakoninya urung membuatnya tertawa karena kehormatannya dipertaruhkan secara sengit.
Dengan banyak lagak, Dirman membuka serangan dengan setengah berlari, maksudnya agar mirip adegan silat yang dramatis. Tak dinyana, celana olahraga pinjaman merosot tiba-tiba, tak tertanggulangi Dirman yang terlanjur eksyen. Alhasil, Dirman tersandung celananya, tentu kehilangan keseimbangan. Kepalanya menukik ke arah Ferdi katai, tak terbendung menyosor area perut lawan, yang kontan memekik "argghhh" mirip siswi cewek yang histeris.
Adegan selanjutnya terlalu dramatis untuk diceritakan. Ferdi yang tak siap diseruduk tiba-tiba, terjengkang ke belakang, sementara Dirman dengan kaki tersangkut celana turut jatuh, akibatnya menimpa perut Ferdi yang telentang tak berdaya. Suara gedebuk yang terdengar menyakitkan, sampai-sampai para saksi duel maut memalingkan mukanya tak tega.
Yes, gue menang! Kesenangan sesaat Dirman berubah kepanikan, karena Ferdi dinyatakan semaput dan lekas-lekas dilarikan ke rumah sakit. Sambil menahan celana agar tak melorot, Dirman tertatih-tatih karena lututnya memar saat jatuh tadi. Tiba-tiba ia merasa ditubruk dari belakang, oleh kekuatan tak kasat mata, dan sekejap kemudian, matanya dibutakan kain putih nan misterius.
Dirman mendengkus kencang. Kain putih itu ditepisnya seketika. Hah? Kok ini kolor Bakong yang famous itu? Berarti gue telanjang dong tanpa kolor? Dirman buru-buru meraba, mendapati celana panjang yang robek di jahitannya, lha ini kan piyama tidur miliknya yang lecek? Setahunya waktu masa-masa SMP dulu, dia tak punya model piyama panjang begini?
"Ayah! Sudah waktunya Ayah bangun! Ayla juga hampir telat, nih."
Ada Ayla? Dirman mengusap-usap matanya kebingungan, mendapati ia tidur memegang bolpoin, dan buku Faith Grant Order tergeletak di sisinya, menuliskan kisah nasib Dirman yang masih saja ngenes meski waktunya diulang berkali-kali.
Si Anak Kodok diskors karena melukai sesama siswa dan berkelahi di sekolah. Ia tidak diperkenankan meminta ulangan susulan atas kenakalannya, dan akhirnya rapornya kebakaran lumayan parah. Hikmahnya ia berutang kemenangan atas Ferdi pada kolor kodok ijo yang dinamakan si Bakong. Sekian sampai di sini dan terima nasibmu.
Bisa ditebak, masa lalu Dirman berlalu, berganti masa kini di mana umurnya 27 tahun dan tetap saja semiskin dulu. Ternyata kembalinya ia ke masa lalu cuma untuk membuatnya semakin malu saja? Bukannya makin baik ke depannya? Eh, salah, maksudnya bukan makin baik ke belakangnya?
Sungguh, hidup ini memang serba terbalik bagi mereka yang takdirnya prihatin! Amboi!