Dirman berkejaran dengan nasib jeleknya sendiri. Si domba bulu kusut mengubernya tanpa ampun, dan akhirnya terdengar "bret" yang mengenaskan. Astaga! Ada yang sobek di bagian bokongnya! Pastilah celana pendeknya yang jadi korban, karena ujung tanduk domba jantan menyeruduk tepat di bagian paling rapuh dari celana SMP-nya. Persisnya ini celana lungsuran sang kakak yang kini sah jadi miliknya.
Ajaib, setelah sukses mengoyak celana Dirman, si domba lenggang kangkung, dengan santainya meninggalkan Dirman menahan malu. Jadilah Dirman mengatur-atur tas sekolahnya agar menutupi bokongnya yang berkolor polkadot. Seharusnya kolornya polkadot merah, sesuai ingatan masa lampaunya.
Lho, bukannya masa lalu SMP itu jadi masa kini sekarang? Apalah makna waktu bagi Dirman kini, karena ia sendiri setengah stres, maksudnya stres setengah mampus, memikirkan celana satu-satunya yang keok, apalagi ini hari-H duelnya dengan Ferdi katai. Apa kata dunia nanti, ya?
Gawat! Teringatlah Dirman bahwa jam pelajaran pertama bakal diisi PPKN dan biasanya Pak Dasa sang guru mewajibkan murid-muridnya baris berbaris dua tiga menit di muka kelas. Baris berbaris kan gak boleh bawa tas sekolah, jadi nih mau nutupi bokong pake apa, ya? Dirman membatin dengan cemas.
Akhirnya, Dirman memilih deret paling belakang, dirasanya aman karena bokongnya tak terpantau siapa pun juga. Nahas betul, seorang murid perempuan yang ceriwis dan penggosip datang terlambat dan ia berdiri tepat di belakang Dirman yang spontan membentengi area belakangnya dengan telapak tangan.
"Dirman! Baris berbaris sikap tubuh musti tegap! Tanganmu itu, dua-duanya di samping badan. Cepat sesuaikan!"
Tuh, kan, Pak Dasa tak mungkin diam saja. Akhirnya kena kan, gue. Dirman mengumpat sendiri, kepalanya mengangguk hormat pada pak guru PPKN, tangannya pun tak lagi melekat di tengah bokongnya.
"AAARRGHHH! ADA KODOK! ADA KODOK!" Si gadis ceriwis menjerit-jerit sejadi-jadinya.
"Mana? Mana? Mana kodoknya?" Murid perempuan lainnya menyahut, matanya menjelajah di lantai berpetak-petak kecil, bahkan sampai-sampai meninjau telapak sepatunya sendiri.
"ADA DI BOKONG SI DIRMAN! ADA KODOK IJO DI SITU!"
Bukan main suara si gadis tengil itu. Rasanya murid-murid tetangga mereka di kelas 1B dan 3A bisa mendengar live siaran suaranya yang melengking. Cuma kok ada kodok di bokongnya? Kan kolornya motif polkadot? Setengah berharap bisa melongok bokong sendiri, Dirman menoleh, karena bila diraba-raba tidak ada apa-apa di area sensitif satu itu.
"Anak-anak, harap tenang! Cuma hal sepele ribut begitu. Profesional dong kalian sebagai murid! Tertib sedikit!" Pak Dasa seketika mencak-mencak.
"Pak, maaf, kami pelajar, bukan pekerja di sekolah. Kok profesional? Maksudnya apa kira-kira, Pak?" Seorang siswa bertanya, sok kritis lagaknya.
"Belajar di sekolah seperti tuntutan profesi, tahu kalian? Ada kode etiknya, dan ada tata caranya. Sudah, baris berbaris diteruskan!"
Dirman sebisa mungkin mengabaikan cekikikan di belakang punggungnya. Baris berbaris yang cuma tiga menit termasuk sesi jalan di tempat rasanya berlangsung tiga jam dan tak pernah Dirman selega itu menduduki bangku kelasnya.
Kasak-kusuk lumayan ricuh di jam istirahat. Kebetulan, Dirman seperti membeku di jam pelajaran. Jadi waktu rehat seperti penyelamat di saat yang tepat. Malang, justru Dirman diserang gosip soal bokong kodoknya.
"Iya, kolor si Dirman motif kodok. Eh, maksudnya gini, ada kartun kodoknya. Itu lho, yang lagi kekinian, si Bakong, kodok gendut yang sok super hero tapi gagal terus lantaran tubuhnya gembrot. Malah kostum hero-nya suka sobek gegara gak muat masuk badannya."
Hah? Si Bakong? Jadi kolornya bukan polkadot bintik merah sesuai baju bekas emak dulu? Kok bisa dia punya kolor model gituan? Since when? Sejak kapan, ya?
Sekonyong Dirman terbatuk bukan tanpa sebab. Kagetlah ia, mengingat tulisannya sendiri di buku Faith Grant Order terkutuk itu. Dirman si Anak Kodok punya kolor motif kartun trendi yang kekinian. Dan ... voila! terkabullah impiannya itu. Jadilah si Bakong bertengger di bokongnya yang robek. Maaf, maksudnya celananya yang koyak, maka terkuaklah aib si Anak Kodok, yang menggandrungi tokoh super hero kodok gemoy yang suka bikin malu itu. Oalah!