Chereads / Quarantine Tower 7 / Chapter 2 - Kesempatan ke dua: chapter 2.

Chapter 2 - Kesempatan ke dua: chapter 2.

Bab sebelumnya..

Perlahan kubuka cantelan jendela yang ada kamar ini.

'cklek..' (Akhirnya aku berhasil). Lalu tanpa pikir panjang lagi, aku langsung naik ke jendela dan bersiap-siap untuk melompat ke bawah, untunglah jarak jendela kamarku dan tanah dibawahnya tidak terlalu tinggi, sehingga aku tidak terlalu khawatir. Bilapun aku jatuh, itu tidak akan terasa sakit.

Aku siap untuk melompat lebih tinggi.

(Satu…dua.. ti--)

"Eriittt….!!" Terdengar suara mamah memanggilku.

(Aduuhhh gawat mamah memanggilku.. aku harus buru-buru melompat, dan pergi jauh dari sini).

***

Selanjutnya..

Brukkk…!!!

"Awwwhh…" aku berteriak mengeluh kesakitan, ternyata tetap terasa sakit meskipun melompati jendela yang pendek.

Namun tidak apa, karena aku telah berhasil keluar dari rumah. Dan aku harus segera berlari menjauh dari rumah agar tidak ketahuan.

(Aduhh mereka ada yang melihat diriku tidak yahh??) Diriku bertanya-tanya di dalam hati, sebenarnya aku takut sekali jika nanti aku setelah aku pulang sudah pasti aku akan dimarahi habis-habisan. tetapi yasudahlah apa pun yang terjadi itu memang risiko yang harus ku hadapi.

"Nov…!!" Suara itu, ternyata itu adalah suara Naya, teman satu kampus yang sudah menunggu di pinggir jalan, pas sebrang gerbang kompleks rumah.

Memanglah aku yang menyuruhnya untuk meunggu di sana, karena aku tidak mau bila ada ibu-ibu julid atau satpam kompleks yang melihatku dan akhirnya dia mengadu kepada kedua orang tuaku.

Aku berlari dengan kekuatan penuh untuk mendekatinya, "lo udah dari tadi di sini..?" tanyaku kepada Naya.

Naya adalah satu satunya teman yang bisa akrab dan diterima dengan sepenuh hati oleh keluargaku termasuk mamah. Karena selama aku mengenyam bangku pendidikan mulai dari SMP hingga kuliah, mamahku selalu melarangku untuk bergaul, apalagi jika aku bergaul dengan teman yang terlihat seperti anak nakal atau berandalan.

Padahal jika di dalam prinsipku, teman yang terlihat nakal dan berandalan adalah tipe teman yang setia, royal, dan solid.

Lain halnya bila aku berteman dengan seorang teman yang terlihat kalem, pendiam, dan baik-baik saja. Mereka adalah tipe teman yang tidak setia kawan, pelit, dan mau nya menang sendiri bahkan terkadang menusuk dari belakang.

Karena aku pernah mengalaminya sendiri, dahulu aku pernah berteman dengan temab yang sebangku denganku di bangku SMP. Dia adalah anak yang baik, sopan, pintar bahkan dia tidak pernah neko-neko. Dia selalu menjadi anak yang berprestasi di kelasku. Namun, satu yang tidak aku suka darinya. yaitu dia pernah menikungku dari belakang.

Saat itu, aku memiliki seorang kekasih yang aku sayang. Sekitar satu tahun aku memiliki hubungan dengannya, hubunganku terasa baik-baik saja. Tidak ada sama sekali pertengkaran-pertengkaran kecil hanya karena masalah salah paham dan sebagainya.

Namun ketika aku mengenalkan Delisa, teman sebangku yang terlihat baik dan sopan, diam-diam ternyata dia telah merebut kekasihku. Mereka jalan bersama di belakangku, namun betapa bodonya aku. Aku masih berteman akrab dengan Delisa meskipun dia ada main dibelakangku.

Suatu ketika, disaat aku sedang pergi bersama teman-temanku yang lain. Aku memergoki Delisa dengan Egi mantan kekasih masa SMP, mereka sedang jalan berdua, bermesraan di tempat yang biasa aku kunjungi bersama Egi.

Sedari itulah aku tidak mau lagi berteman dengan teman yang telihat baik dari penampilan dan sikapnya, namun busuk hatinya. Meskipun sebenarnya tidak semua seperti itu. Karena semua itu

berbeda halnya dengan pribadi seperti Naya, teman yang telah bersamaku sedari aku duduk di bangku SMA hingga aku kuliah, dia selalu baik kepadaku, tidak pelit, dan juga teman yang selalu ada disaatku susah ataupun senang.

Dia adalah anak dari sahabat mamah ku namanya tante Erna, itulah sebabnya, mengapa dia bisa diterima oleh keluargaku.

Termasuk di terima oleh mamahku yang super pemilih dan diktator.

Naya juga seorang gadis yang memiliki paras yang cantik, imut, dan anggun. dia terlihat seperti anak yang baik-baik saja di mata mamah. Padahal sebenarnya di belakang mamah dan tante Erna kami kerap melakukan hal gila dan juga nakal. Namun kenakalanku dengan teman-teman masih terbilang kenakalan yang wajar, hanya sekadar bolos dari sekolah, lalu pergi hunting ke tempat-tempat yang ekstrem, dan sempat tidak naik kelas hanya karena aku malas untuk belajar.

Sebab aku bukan tipe orang nakal yang bodoh, aku tidak akan mau merugikan diriku dan juga merusak masa depanku hanya karena kenakalan pada masa remaja.

Teman-temanku tahu itu semua, meskipun aku bergaul dengan mereka tetapi mereka tidak mau merusak temannya sendiri. Mereka sangat menjagaku, mereka tahu aku adalah tipe anak yang susah untuk diajak ke hal-hal yang menjerumuskan diri sendiri ke jurang kesalahan.

"Ayo nay, kita harus segara pergi dari sini!!." Ajakku kepadanya.

"Ehh.. tunggu dahulu, lo nyuruh gue tunggu di sini bukan karena lo kabur dari rumah kan??" Naya menarik tanganku.

"Ehh.. kabel gosong!!.. ya iyalah gue memang kabur dari rumah, mangkanya gue nyuruh lo tunggu di sini. Karena gue memang dilarang untuk keluar-keluar sama bokap gue." Hardikku kepada Naya dengan nada di atas rata-rata. "Kalau bukan karena dilarang ngapain juga gue suruh lo tunggu sini. Kan biasanya juga gue suruh lo tunggu di rumah." Aku berbalik badan dan melangkah pelan meninggalkan Naya.

"Wahhh.. parah lo, gue gak mau ikut-ikut terseret dengan masalah lo dan juga keluarga lo yahh..!!" Naya menghentikanku, matanya naras melihatku. "Udah lahh mending lo balik lagi gihh sanah!!, keluarga lo itu taunya, gue ini anak baik-baik yang gak akan menjerumuskan temannya sendiri ke hal yang gak bener. lo malah yang mengubah citra gue di depan keluarga lo sendiri."

"Ahhhh.. udah dehhh lo gak usah kebanyakan drama, lo gak kasian Kalau gue gak bisa ikut pergi sama kalian." Aku memasang muka melas "Terus nanti bagaimana sama anak-anak yang lain, mereka pasti sedih karena gak ada gue." Aku terus membujuk Naya agar mau membawa diriku bersamanya.

"Lo dengerin gue ya! lo pikir dengan tidak adanya lo di sana. mereka gak bisa pergi tanpa lo. heeiii.. lo siapa??" Mata Naya hampir saja terlepas dari kerangkanya karena dia menatapku dengan sorotan mata yang tajam dan menukik.

" Hahaha.. Ahh orang...! ayolah tolong bantu gue untuk kali ini saja, Please yaa bantu gue! please….please…please!" Aku terus membujuk Naya dengan membungkukkan badanku.

"Baiklah, gue turutin lo untuk kali ini. tetapi gue ga mau bertanggung jawab sama keluarga lo karena gue bukan dalang dari rencana lo untuk kabur." Tangan Naya berada dipinggangnya, terlihat seperti mengancamku. "Dan lo harus janji untuk selalu berada bersama gue, pokoknya lo gak boleh jauh-jauh dari gue.!"

"Assiiaapp!!! Aku akan selalu berada disampingmu tidak akan pergi jauh-jauh darimu.!" Aku memeluk manja Naya dan berterimakasih kepadanya. "lo memang sahabat yang paling baik.. dan sangat bisa gue andalkan."

"yeyeye…" Aku tertawa melihat ekspresi Naya seperti meledekku dan berjalan meninggalkanku.

"Heeii tungguin gue dong..!" teriakku sambil berjalan mengejar Naya.

Aku dan Naya jalan berdua menuju kampus dengan hati penuh riang gembira "Hari ini cerah sangat ya Nay.!" Ucapku sembari mendongak ke atas langit melihat langit yang berwana biru dan awan yang berarak mengikuti kami.

Aku berniat untuk melunakkan hatinya dengan mengajaknya mengobrol. Namun Naya masih tidak menggubris obrolanku. Akhirnya aku pun mencari cara agar dirinya berhenti merajuk.

"Oyahh, kamu kok bisa keluar hari ini. Apakah kamu mendapat izin dari tante Erna?" Tanyaku kepada Naya. "Tante Erna tidak melarangmu untuk pergi?! Padahal saat ini kan situasinya sedang genting dan menakutkan karena virus korona sudah sampai di Indonesia." Tandasku lagi.

Mendengar pertanyaanku kepadanya membuat Naya tertawa terbahak-bahak. Aku terkejut dan merasa khawatir terhadapnya, karena tiba-tiba saja dia tertawa. "Kamu mengapa Nay?." Tangku menggerakkan tubuhnya kedepan dan kebelakang, aku sangat khawatir melihat tingkahnya.

"Nay.. ihh eling atuh Nay, jangan buat gue takut seperti ini dong.!"

"Hahaha..Asal lo tahu?? Gue juga kabur dari rumah tanpa sepengetahuan mamah dan yang lainya."

"Ahh.. parah lohh Nay.. Jadi lo ga bilang dari tadi kalau ternyata lo juga kabur dari rumah!" Tuding ku kepadanya

"Gue sengaja ga bilang sama lo, takut lo aduin gue ke tante Nouva. Abis itu tante Nouva bilang ke nyokap gue, jadi yaa gue diam saja. Ckckck"

"Jadi dari tadi lo tutup-tutupin itu dari gue. Hahaha, jadi kita berdua sama dong!!. Kabur dari rumah karena orang tua ga izinin kita keluar."

"Yapp..! betul sekali."

"…"

***

Setelah sekitar lima belas menit di dalam perjalanan. Aku dan Naya pun sampai di depan kampus.

"Oii Nov… kita ada di sini." Aku mendengar suara laki-laki memanggil namaku. Aku pun berjalan mendekati arah suaranya. sesampainya di lapangan, ternyata mereka semua sudah banyak yang kumpul.

"Ja lo udah dari tadi di sini?" Tanyaku kepada Raja.

Raja kaka tingkat yang menjadi laki-laki idamanku di kampus ini. Tampan dan memesona. Wajahnya? Tak perlu diragukan lagi. Jika boleh dideskripsikan dengan benar. Raja laki-laki paling keren yang ada di antara semua laki-laki di kampusku. Hidung mancung, dengan kumis tipis yang merata dibawahnya. Bibirnya yang sedikit tebal berbentuk hati. Tatapannya tajam bagai elang yang mampu membidik. Alisnya hitam legam tak menyiku. Bentuk wajah diamond membuat kesan 'manly' yang begitu pas jika dipadukan dengan fisiknya yang jangkung dan tubuhnya yang sedikit berbentuk. Raja terlihat berkilau! Dalam hal fisik maupun eksistensinya.

Kaka tingkat yang memiliki usia yang sama denganku itu turut menjadi cowok idaman bagi semua wanita dikampusku ini.

Tak hanya idaman karena ketampanannya, namun juga karena prestasinya yang pintar dalam akademik maupun non akademik, aktif di semua kegiatan yang ada di kampus, ditambah keperibadiannya yang amat mengesankan. Sopan dan saleh, itulah dia.

"Eh... Jangan panggil gue kaka dong.! Kan umur gue ga jauh beda sama umur lo." Sahut Raja yang tidak ingin dipanggil kaka oleh adik tingkatnya, karena merasa usianya tidak jauh berbeda dengan usia ku dengan teman-teman lainnya.

"Raja... ya ampun aku tuh nyariin kamu tahu ga..!" Suara nenek lampir salah satu cewek sainganku yang juga menyukai Raja di kampus ini. Dia merangkul tangan Raja di hadapanku, membuatku menjadi panas saja.

Sebenarnya aku ingin mengobrol banyak kepada Raja, namun ada seekor pengganggu dia sejenis makhluk hutan yang suka bergelantungan di dalam hutan. Kera, sebenarnya nama wanita itu adalah Era. Namun karena aku tidak suka padanya, jadi aku sering memanggilnya dengan sebutan Kera.

Aku mengajak Naya untuk duduk dan menjauh dari mereka berdua. "Ayo Nay kita pergi dari sini!. Sumpek gue semenjak ada kera hutan nyamber di sini."

"Ih.. iri saja deh lohh!" umpet wanita itu kepadaku. "Gak bisa lo ya lakuin kaya gue begini? mesra mesraan dengan ayang mbeb gue"

Aku berlalu pergi meninggalkan mereka tanpa menghiraukan omongan Era.

"Mohon perhatian semuanya..!!" Suara seseorang laki-laki terdengar dari sebuah alat pengeras suara. dia berjalan membelah kerumunan dan berdiri di tengah-tengah kita.

"Perkenalkan Nama gue Jeason Hederwick, kalian bisa paggil gue Jeason. kedatangan gue di tengah-tengah kalian, karena gue diberi mandat oleh ketua tim kalian, untuk menggantikan dia yang tidak bisa ikut hadir di kegiatan kita hari ini.. Untuk itu gue minta kerjasamanya sama kalian semua, agar kegiatan kita hari ini bisa terlaksana dan berjalan dengan lancar."

"Baik ka.!" Semua yang ada di sini menyaut

Kulihat Raja menghampiriku kembali tanpa si Kera yang tadi menggelayutinya.

"Nay, lu dibolehin keluar?, kata Ruli, lo ga dibolehin keluar sama ibu lo" Raja bertanya kepada Naya, namun matanya sempat melirik ke arahku.

"Iya gue pake jalur kesatria baja hitam, mangkanya gue bisa cabut dari rumah. sama nohh kaya si Novel." Sahut Naya sembari menyenggol siku aku.

Raja melirik ke arahku kembali dan kali ini dia menatapku dengan tatapannya yang tajam. (Ya ampun, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu dong. Jantungku rasanya seperti mau copot nihh) gumamku dalam hati.

Raja masih terus menatapku dan seperti ingin mengatakan sesuatu. Tangannya mulai bergerak ingin menyentuh pundakku. Aduh dia mau ngapain sih..? pundakku dia cengkeram dengan tanganya yang kekar. Lalu di tarik agar mendekat kepadanya. Aku tak tahu dengan apa yang dia ingin lakukan kepadaku. Aku merasa gugup dan hampir mau pingsan.

Wajahnya makin lama makin mendekat kearahku, aku bisa dengar hembusan nafasnya yang hangat mengenai wajahku

Aku mulai menutup mata, namun tanganku sudah siap untuk mendorong tubuhnya yang dua kali lebih kuat dari diriku.

'kringg... kringg..' suara handphone genggamku berbunyi. (Ya ampun…! Ternyata aku hanya sedang melamun memikirkan Raja. uchhh bodoh sekali sih lu Nov..! mana mungkin Raja akan melakukan itu sama lo.)

Tanganku merogoh kantung celana hendak berusaha menggapai sesuatu yang berbunyi itu di dalam sana.

"Nov, ayo lo mau jadi ikut ga sih.!" Ucap Naya yang sembari menarik tanganku yang sedang berusaha mengambil handphone.

Kami pun masuk ke dalam bus double decker yang sudah terparkir di depan gerbang kampus.

dan sesampainya di dalam aku berjalan di tengah-tengah antara kursi yang tersusun rapihh.

Aku menyisir setiap bangku, mencari bangku yang kosong. Namun bangku bus yang ada di bagian bawah sudah terisi penuh, hingga pada akhirnya aku, dan Naya memutuskan untuk naik ke lantai dua mobil bus tersebut.

"Kita duduk di sini saja Nay" Kataku, mengajak Naya untuk duduk di bangku paling belakang agar lebih dekat dengan pintu keluar masuk.

"Hai..!!" Raja menegurku.

"Loh.. Duduk di sini juga lo?. Mana tuh si Kera pacar lo itu" Mataku mencari-cari keberadaan Era.

"Gak tahu gue juga, biar saja lah! toh dia juga bukan pacar gue."

"Yakin tuh bukan pacar lo??"

"..."

Aku mulai membereskan barang-barang bawaan, di mulai dari tas ransel dan juga perlengkapan yang ku bawa.

Canda dan tawa terdengar dari lantai bawah bus yang yang aku tumpangi. Mereka bernyanyi bersama dengan riang gembira. Disaat alunan musik dinyalakan suaranya sangat kencang hingga terdengar sampai ke lantai atas, dan mengalahkan suara hanphone genggamku yang ternyata berbunyi. Aku mengeceknya dan ternyata telepon itu berasal dari papah dan mamah. Mereka menghubungiku berkali-kali.

"Duhh gaawatt..!!" keluhku, membuat Naya yang duduk di samping kursiku bertanya.

"Kenapan lo Nov??"

"Bokap dan nyokap gue menghubungi gue berkali-kali, tetapi ga keangkat. Bagaimana ini Nay?"

Kulihat Naya tampak tenang menanggapi keluhanku.

"Udah ga apa-apa, biarkan saja jangan diangkat! Kamu tahu?, sedari tadi nyokap gue juga telepon gue. tetapi ga gue angkat." Ucap Naya dia berusaha menenangkanku, hingga pada akhirnya aku mengikuti apa yang dia katakan.

Aku tidak lagi mempedulikan telepon itu dan kembali bernyanyi bersama teman-temanku.

Namun tiba-tiba terdengar suara batuk berulang-ulang dan bersautan.

"Uhuk-uhuk..!" (Suara batuk)

"Hasiiiuuuu..!" (Suara bersin)

"slurbb…" (Suara ingus disedot.!)

Suara batuk, bersin hingga flu terdengar di telingaku.

Aku melihat disekelilingku mereka tampak seperti orang yang sakit, ada yang menggigil kedinginan, dan ada juga yang mengeluh pusing dan demam. (mereka mengapa??) Ucapku dalam hati.

Bersambung..