Aku kembali bernyanyi bersama teman-temanku. Namun tiba-tiba terdengar suara batuk berulang-ulang dan bersautan.
"Uhuk-uhuk..!" (Suara batuk)
"Hasiiiuuuu..!" (Suara bersin)
"slurbb…" (Suara ingus disedot.!)
Suara batuk, bersin hingga flu terdengar di telingaku.
Aku melihat disekelilingku mereka tampak seperti orang yang sakit, ada yang menggigil kedinginan, dan ada juga yang merasa demam. (mereka mengapa??) Ucapku dalam hati.
selanjutnya..
Suasana di dalam bus double decker yang aku tumpangi, yang semula nya baik-baik saja. Bahkan penuh keceriaan dan kebahagiaan kini berubah menjadi mencekam, menakutkan, dan menyeramkan.
Semua tampak tidak baik-baik saja.
"Ja, mereka mengapa??" aku berbisik pelan kepada Raja yang duduk disebrang bangku yang kududuki.
"Gue juga tidak tahu.!"
Aku, Raja dan juga Naya tampak kebingungan melihat semuanya seperti ini, wajah mereka terlihat pucat sekali.
"Raja.. lo lihat kiwil di samping lo!. Dia pingsan." Teriak Naya yang membuatku terkejut secara tiba-tiba.
"wil.. lo mengapa wil?. Wil bangun..!" Raja menggoyang-goyangkan pundak kiwil dan berusaha membangunkannya, namun Kiwil tidak merespon sama sekali.
"Aduh.. bagaimana dong ini ja.?"
"Gak tahu gue juga bingung. Coba lo periksa anak-anak di depan sana! Dan lo Naya, tolong lo bilang ke sopir dan minta bantuan sama mereka,"
"Oke ja." Aku dan Naya bergegas mengikuti apa yang Raja perintahkan "Ja, di sini ada dua orang yang aman, dia baik-baik saja dan yang lainnya, mereka terlihat pucat dan yang lainnya sudah tergeletak karena pingsan. Ucapku mengabarkan kondisi di kursi depan yang saat ini kulihat.
"Yaudah, lo bawa ke sini dua orang yang sehat itu, sekarang..!"
"Oke ja." Aku pun segera menuntun Hana dan Ruli untuk pinda ke kursi belakang. Mereka kedua temanku yang masih terlihat baik-baik saja.
"Brukk..!" bunyi pintu yang tertutup keras terdengar di telingaku.
"kamu tetap diam di sana!!"
"Iya, lo disitu saja jangan ke mana-ke mana!. Nanti yang ada lo nularin ke kita lagi!"
"Lo mengapa Nay? Dan mengapa mereka menutup pintu bus ini.?" Aku berlari ke arah Naya.
"Jadi, pas gue turun ke bawah, gue lihat keadaan mereka semuanya baik-baik saja. Mereka tampak seperti sehat-sehat. Tidak ada satu pun yang batuk, flu dan apa pun itu."
"Oke baiklah, lantas bagaimana dengan sopir dan pertolongannya.?" Tanya Raja.
"Setelah gue ceritain kejadian di sini kepada sopir di bawah, dia malah mengusir gue dan menyuruh gue kembali ke atas terus menutup pintu ini." Naya sedikit tersedu menceritakan apa yang dia alami. "Mereka yang mendengar cerita gue pun ikut mendukung apa yang sopir itu lakukan."
Aku dan Raja merasa kesal setelah mendengarkan cerita dari Naya.
"Terus bagaimana ini ja?, mereka tidak ada yang mau membantu kita di sini."
Kita semua yang berada di lantai atas mobil bus ini merasakan takut, panik, dan juga sedih.
Kulihat Raja hanya terdiam tanpa ada kata terlontar dari bibirnya. "Ja..!" Aku menggoyangkan pundaknya.
"Aku juga masih bingung Nov, aku ga tahu harus apa. tetapi kalian semuanya harus tenang yaa! jangan panik! Kalau panik kita ga akan dapat solusinya dari masalah ini." Raja berusaha menenangkan kita semua yang ada di sini.
"Gue tahu bagaimana caranya supaya kita ga tertular." Naya membacakan informasi yang dia dapatkan dari handphone genggamnya. "Nih, gue baru saja searching di mbah gegel. Untuk menghidari kita dari paparan air liur yang telah terkontaminasi virus kita harus pakai masker wajah. Ada yang bawa masker ga?"
"Gue ga bawa!!" Aku menggeleng.
"Lo Ja?" Naya bertanya kepada Raja.
"Gue ga kepikiran bakal kaya begini. Jadi gue ga bawa."
"Gue bawa nih!! tetapi gue cuma bawa tiga, bagaimana?" Ruli bergegas mengambil masker wajah yang dia punya di dalam tas nya.
"Yaudah. Naya, Novel, Hana lu pake semua masker itu!" Seru Raja.
"Lah.. kan itu punya gue! Terus gue nya pakai apa.??" Ruli masih mementingkan dirinya sendiri karena dia merasa dirinyalah yang membawa masker tersebut.
"Tunggu!!" Raja berjalan menuju ke bangkunya sembari menutup hidung dan mulutnya menggunakan tangan. Karena dia tahu bahwa Kiwil, teman sebangkunya sudah terinveksi Virus korona.
Set.. sat.. set..
"Nih pake! kita yang cowok pakai kain ini saja untuk menutupi mulut kita" Raja memberikan sehelai kain kepada Ruli "Seenggaknya ini bisa melindungi kita agar tidak terpapar percikan air droplet dan yang lainnya dari mereka"
"tetapi itu??" Ruli menunjuk ke arah ku dan yang lainya yang sedang memakai masker.
(uhukkk... uhukkk!)
(Hacciewww!)
"Udah lo cepat pakai! lo mau tertular?" Raja menaikkan sedikit nada bicaranya. "Mereka itu kan cewek. Sedangkan kita cowok, biarkan mereka saja yang memakai maskernya. Lo jangan egois begitu dong jadi cowok! Tolong mengalah dahulu untuk kali ini saja"
Ruli yang merasa ketakutan dengan sikap Raja, akhirnya mengalah juga. "Oke deh, yaudah biar gue pakai ini saja.!"
"Bagus..!" Puji Raja.
"…"
(🎶... bagai bintang di surga dan seluruh warna) Suara dering handphone Raja berbunyi.
"Haloo…! Siapa nih??" Tanya Raja kepada seseorang yang berada di sebrang telepon itu.
"Siapa ja.." Bisiku.
Raja menggerakkan bahunya, memberikan isyarat bahwa dirinya tidak kenal siapa yang menghubunginya.
"Halo ja, ini gue Jeason!" Raja mengeraskan volume teleponya agar terdengar oleh kita semua.
"Iya jes, Jes bantu gue dong. Kita semua mau keluar dari sini. Gilak lo semua!! Masa kita yang baik-baik saja disuruh tetap bertahan dengan orang-orang yang sakit ini." Raja meninggikan suaranya karena geram dengan apa yang mereka lakukan kepada kita yang ada di sini.
"Iya..iya, lo tenang dahulu!"Jeason dengan sikap dinginnya merespon omongan Raja. "mangkanya gue menghubungi lo, karena gue mau membantu lu semua yang ada di sana biar bisa keluar. Cuma prosedurnya dari sana nyaranin kita untuk tidak membiarkan orang yang ada di atas untuk turun. Karena saat ini yang kita duga-duga adalah mereka itu positif tekena virus korona. Dan lo dan yang lainnya meskipun terlihat baik-baik saja, lo semua itu suspect korona! Atau orang yang telah beresiko terpapar virus"
"Ahh.. gila lo!!, yang benar saja. Gak mungkin lahh mereka itu positif covid-19.!!"
"LO DENGERIN GUE GAK SIH?! Gue bilang tadi, mereka itu diduga positif covid-19. Itu masih dugaan sementara lohh.. lo lihat saja si Bona dan si Andit!! mereka berdua sampai jatuh pingsan dan mengalami batuk yang parah, itulah sebabnya gue dan teman-teman yang lain, meminta pendapat pihak medis dan mereka menyangkanya lo semua yang sakit itu terkena covid-19!"
"Ehh tunggu.. kok lu tahu kalau si Bona dan Andit pingsan dan batuk parah??" Tanya Raja kepada ka Jeason dalam teleponnya
"Hmm.. yaa.. cewek itu, cewek yang tadi turun dari atas menceritakan semuanya kepada kita!"
"Oh…Oke yaudah, terus apa solusinya untuk kita semua yang ada di sini.?. Masa kita harus terus-terusan di sini."
Aku mendegarkan semua, apa yang mereka bicarakan dalam telepon. Karena Raja sengaja mengeraskan volume handphonenya agar kita semua bisa mendengar obrolan mereka. Aku merasakan ada yang aneh ketika mendengar ka Jeason tahu bahwa Bona dan Andit pingsan. Sedangkan aku dan Naya saja belum tahu siapa saja yang pingsan dan bagaimana keadaan mereka yang duduk di bangku depan.
Karena kita masih belum berani untuk memeriksa keadaan mereka.
"Nay… lo kasih tahu ke mereka, bahwa ada orang yang bernama Bona dan Andit pingsan?"
Naya menggerakkan bahunya ke atas "Gue juga ga tahu, mengapa si ka Jeason bisa berkata seperti itu, padahal gue gak nyebutin nama-nama orang yang pinsan. lo semua di sini juga tahu, hingga saat ini kita belum berani untuk mengecek keadaan mereka.!"
"bagaimana ja menurut lo?, kalian kepikiran hal yang sama ga sih dengan gue?" Tandas Raja.
"Iya benar sih, gue jadi curiga dengan Jeason dan mereka semua yang ada di bawah.!" Ruli menambahkan omongan Raja dan Naya.
Seketika obrolan kita terhenti, aku fokus memikirkan apa yang sesungguhnya terjadi, kulihat raut wajah Naya, Raja dan Ruli pun seperti sedang berpikir keras.
'ttuuuuttt…..!!' Ketika suasana tiba-tiba hening, ada suara seperti kentut terdengar pelan.
"hmm.. Ruli lo kentut? Gilakk bau sangat sihh!! Abis makan apasih lo?" Tanyaku sembari menutup hidung yang sudah terbalut masker.
"Iya, parah nih si Ruli.. kentut lo terbuat dari apasih bau sangat begini.??".
Kulihat Hanna tampaknya diam saja, dan tidak merasa tergubris dengan bau yang sedari tadi kita ributkan.
"Han, lo baik-baik saja kan" Tanya Raja, sepertinya dia juga menaruh curiga kepada Hanna.
"Iya nih, lo gak mengapa-mengapa? Lo kok kaya datar sangat, kayanya lo ga merasa kebauan karena kentutnya Ruli deh.." Tanya Naya yang ikut menimpali pertanyaan Raja.
"Hmm.. gak kok, orang gak ada bau apa-apa kok." Hanna merespon petanyaan mereka, namun kulihat mukanya Hanna pucat sekali dan matanya terlihat memerah. "Han, lo beneran baik-baik saja kan.?" Tanganku mendarat di pahan Hanna.
"I.. iya gue baik-baik saja kok."
"Tunggu..!" Teriak Naya, dia menggenggam handphone miliknya
.
"Apaan sih lo?, Ngagetin gue saja deh." Ruli ikut kaget mendengar suara Naya.
Perlahan-lahan Naya membacakan informasi yang dia dapatkan dari berguru di mbah gegel
"Sebagian orang yang terpapar virus COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang. Salah satu gejala yang paling umumnya dirasakan oleh pasien penderita COVID-19 ini adalah, demam, batuk, pilek, hingga kehilangan rasa atau bau. Jadi bisa dikatakan bahwa Hana itu.." Mata kita tertuju pada satu titik yaitu Hanna.
"Ehhh.. tunggu!! Gue ga mungkin COVID lah, enak saja lo..!!" Hana mengelak merasa bahwa dirinya bukanlah penderita yang terpapar virus COVID-19.
Raja mengeluarkan sejumlah permen yang berbeda-beda rasa dari kantung celananya.
"Okehh begini saja..!! daripada kita berdebat hanya karena tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, mendingan kita coba tes saja. "Semuanya ambil satu-satu permen ini dan tutup mata kalian, permen ini memiliki rasa yang berbeda-beda, jadi kita akan tahu rasanya setelah kita memakannya!!.
Kita semua harus sportif, tidak ada yang boleh membuka mata ketika mengambil permenya.!!. bagaimana setuju??"
"Okee.. siapa takut..!!" Sahutku.
"…"
Aku, Hanna, Naya, dan juga Ruli mengambil masing-masing satu permen yang ada di tangan Raja dengan mata yang tertutup. Aku membuka pelan-pelan bungkus permen nya sambil menutup mata, dan memikirkan wajah Raja yang masih terlihat tampan dan memesona meskipun dalam keadaan yang genting seprti ini.
"Nah sekarang kita kunyah. Semuanya!!" Seru Raja.
Aku memasukkan permen yang telah terbuka kedalam mulutku. Perlahan-lahan aku mengunyah permen ini, dan makin lama permen ini menempel dilidahku. Rasa yang ada di dalam pemen ini pun mulai terasa, menyebar kesuluruh mulutku.
Setelah aku bisa merasakan rasa mangga di dalam permennya, aku pun lansung memberi tahu kepada mereka. "Gue makan permen ini rasanya mangga!"
"Gue rasa melon." Suara Naya mulai terdengar.
"Kalau gue, rasa jeruk." Ruli menambahkan tebakkan kita.
Saat ini, hanya tersisa Raja, dan Hanna yang belum bisa menebak rasa apa yang ada di dalam permen yang mereka makan.
Hatiku dag dig dug. karena Raja belum juga bisa menebak permen rasa apa yang dia makan. Aku takut menerima kenyataan kalau memang Raja ikut-ikut terpapar virus COVID-19.
(Ja… ayo dong..!! masa lo ikut kena juga kaya mereka) Gumamku dalam hati.
Raja mulai membuka mulutnya sepertinya dia sudah menemukan jawabannya. "Gue tahu! permen yang gue rasakan ini permen rasa kopi."
"Syukurrrlahh…!!" Aku kelepasan.
"Ehhh.. syukur mengapa lo? Dihh lo suka ya sama Raja?" Ruli si bencong reseh terus-terusan meracau menanyakan apa maksud dari kata-katak yang keluar dari mulutku.
"Yaa.. ya maksud gue..ya gue senang lah..! artinya Raja, teman kita baik-baik saja. Lo juga pasti senang kan, secara teman lo gak mengapa- mengapa." Aku sedang beralasan.
"kalau gue sih biasa saja. Lo saja kali tuh yang baper sama Raja ckckc" (dasar bencong reseh) aku merasa geram dengan mulut Ruli yang bawel seperti wanita. Rasanya aku ingin sekali menjitak kepalanya.
" Udah.. udah gak usah ribut! Han..sekarang tinggal lo sendiri yang belum menebak permen rasa apa yang lu makan." Raja menatap tajam ke arah Hanna.
"Gue gak tahu, gue gak bisa merasakan apa pun di dalam permen ini."
Mendengar Hanna berkata seperti itu, seketika saja naluriku bermain, aku segera menggeser tubuhku agar menjauh dari Hanna.
Aku membalikkan badan dan menengok ke belakang, ternyata Ruli dan Naya pun sudah lebih dahulu menjauh.
"tetapi lu masih bisa merasakan permen itu manis, atau tidak ya kan?" Raja bertanya sekali lagi kepada Hanna sambil melangkah mundur menyusulku dengan teman-teman yang lainnya.
"Tidak, aku tidak bisa merasakan apa pun dari permen ini.!!" Hanna gugup menjawab pertanyaan Raja.
"Kalau begitu fix, sayang sekali gue harus katakan ini! Han, lo ikut terpapar virus COVID-19. Gejalanya, lo gak bisa mencium, serta gak bisa merasakan makanan." Tuduh Raja.
"Tidakk…!! Tidak mungkin.." Hanna menangis setelah mengetahui bahwa dirinya ikut terpapar virus.
"Please, buat kebaikan kita bersama. Dan untuk menekan penyebarannya. Tolong lo kembali ke bangku lo semula, dan menjauh dari kita semua!" Seru Raja sembari menunjuk ke bangku depan.
"Yang sabar ya Han, gue yakin lo pasti bisa sembuh Han..!" Ucapku dari jauh untuk menenangkannya.
"Cuuhh.. gue ga sudi mendapatkan rasa kasian dari lo.. Rasakan ini! gue gak akan ngebiarin lo semua tenang-tenang saja di sana. Lo semua harus merasakan juga apa yang gue rasakan!" Hanna menyemburkan permen yang ada dimulutnya kearahku, permen itu dan percikan-percikan air liurnya mengenai tanganku.
Aku merasa sangat marah kepada Hanna, dia adalah teman yang egois. dia tidak menerima bahwa dirinya sudah terpapar virus, dan dia tidak rela bila kita semua yang terlihat sehat tidak ikut terkena virus.
"Heeii... sialan kau Hanna!" Teriakku memekik.
bersambung..