Mengandung adegan dewasa bereksplisit. Bagi yang belum cukup umur dilarang membaca!! Mohon bijak dalam memilih bacaan dan menyikapi, Happy reading!
******
[ Kakek kecelakaan. Dia akan di operasi sore ini.]
[Operasi Kakek Berhasil.]
Kaisar sedang membaca pesan di layar benda pipih miliknya. Fokusnya terbagi karena ia pun tengah menikmati secangkir kopi hitam pekat yang baru saja diseduh dengan air panas. Hanya kopi tubruk yang biasa diminum oleh kuli bangunan lain yang ada di sana.
"DASAR REYHAN BAJINGAN!!"
Belum sempat Kaisar menyesap kopinya, suara cempreng nan lengking yang memekakkan telinga membuatnya tersentak dan kopi panasnya tumpah.
Ah, sialan, Kaisar bergegas melepaskan kaosnya yang basah.
Pemuda itu menengok ke luar, ternyata benar dugaannya Felicia sedang menjerit dan berjingkrak bak orang gila karena Reyhan memutuskannya. Kaisar mendengus dan beranjak untuk menolong Felicia.
.
.
.
Seperti itulah permulaan dari kejadian malam ini. Niat Kaisar hanya menolong agar Felicia tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan para tetangga yang lain. Tapi, sebuah kejadian tak terduga membuat hidup Kaisar yang penuh kerumitan menjadi semakin kusut saja.
Kaisar menatap kedua bola mata yang penuh dengan linangan kristal bening. Tampak jelas kesedihan dan juga kekecewaan di dalam binaran mata Felicia. Entah kenapa Kaisar justru terpesona pada netra sayunya. Hidung mancung Felicia memerah, bibirnya yang tipis bergetar karena terlalu banyak menangis. Rambut acak yang sedikit basah karena keringat dan air mata. Oh ... pemandangan ini entah kenapa membuat Kaisar begitu ingin melindunginya.
Binaran pada bola mata itu membuat dunia Kaisar seakan berhenti berputar. Kaisar sama sekali tak menghiraukan cicitan Felicia yang curhat panjang lebar mencurahkan isi hatinya yang kecewa pada sosok Reyhan Dirgantara.
"Hiks ... kenapa? Apakah sungguh alasanmu hanya karena seks??" Felicia menarik leher Kaisar semakin turun. Kaisar tersentak sadar dari lamunannya begitu hidungnya telah menyentuh hidung Felicia, tinggal hitungan mili meter saja maka bibirnya akan menyentuh bibir Felicia.
Kaisar bisa merasakan napas Felicia yang hangat menyentuh wajahnya. Aroma wine, sedikit tajam karena alkohol.
"Baiklah kalau memang itu mau mu!! Kamu pikir hanya Fiona saja yang bisa?? Aku juga bisa!! Benar, fuck sex after marriage!"
Tanpa ijin dari Kaisar, Felicia mendaratkan sebuah ciuman ke atas bibir Kaisar dan melumatnya dalam-dalam. Kaisar terbelalak, ia kaget karena rasa yang basah, hangat, dan kenyal itu megalun terus di atas bibirnya.
Kaisar mendorong tubuh Felicia, ia tak mau menjadi pria bajingan yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kaisar bergegas menjaga jarak, takut naluri prianya bangkit. Meski pun punya akal sehat, ia tetaplah pria normal yang bisa berdiri tegang bila mendapatkan rangsangan.
Felicia menyipitkan matanya, mencoba melihat dengan jelas tanpa kaca mata. Wajah tampan dengan bola mata gelap dan alis tebal itu menatapnya dengan khawatir. Felicia berusaha mengenali pria di depannya. Siapa yang punya tubuh atletis dengan kulit coklat eksotis penuh tatto kalau bukan …
"Kaisar?!" Panggilan lembut Felicia membuat Kaisar kembali menoleh. Ia melihat Felicia berjalan mendekatinya, melepaskan kuncir ekor kuda dan membuat rambut panjangnya tergerai indah. OMG!! Bagaimana bisa rambut acak-acakkan itu terlihat begitu seksi, membuat Kaisar kesusahan menelan ludah.
"Ayo bercinta denganku, aku ingin tahu seperti apa rasanya bercinta. Kenapa Reyhan begitu menginginkannya sampai rela menduakanku?!" Masih dalam keadaan mabuk, pikiran kacau, dan sakit hati, Felicia melangkah mendekati Kaisar. Gadis itu bergerak maju sembari menanggalkan satu per satu pakaiannya.
Pertama sepatu heel, lalu atasan, dan kemudian rok. Menyisakan satu stel pakaian dalam polos warna putih. Payudaranya yang mulus, putih, dan sintal terlihat begitu penuh mengisi bra dengan ukuran cup C. Belahan dadanya terlihat menggiurkan. Oh, sayang sekali, selama ini Felicia memilih untuk menutupi semua asetnya yang indah dalam balutan kaos buluk.
Gluk!
Jakun Kaisar naik turun dibuat olehnya.
Mata Kaisar mencoba untuk melihat ke bawah, berusaha menghindari bagian atas tubuh Felicia. Tapi … ia justru melihat perutnya yang ramping dengan pusar panjang yang seksi, pinggul lebar yang konon katanya bisa mudah melahirkan anak, dan bokong semohai yang pasti bisa menjadi bantalan empuk saat mereka bercinta. Yang ada Kaisar malah semakin terrangsang, ketar ketir dibuat oleh kemolekkannya.
[Gila!! Kaisar!! Jangan jadi sampah.] batin Kaisar bergejolak, napasnya memburu sangat berat, tercekat oleh luapan nafsunya sendiri. Pikiran liar Kaisar mulai membayangkan bercinta dengan Felicia. Tapi hati nuraninya masih meminta Kaisar pergi dari sana.
Kaki Kaisar bagaikan tertanam di dalam Bumi. Begitu berat dan tak bisa bergerak maju barang selangkah pun. Felicia benar-benar membiusnya, Kaisar kesusahan mengendalikan diri dengan libido yang begitu meluap saat ini.
"Kaisar," bisikan panas Felicia saat mengelus naik ke dada telanjang Kaisar membuat pertahanannya runtuh.
Kaisar langsung memeluk Felicia dan mengulum bibirnya dalam-dalam. Keduanya mulai saling melumat, berpanggutan tanpa jeda. Bahkan tak peduli bila hanya mampu bernapas patah-patah. Rasa manis yang terkulum, terlalu sayang untuk dilewatkan.
Kaisar mulai menggerakkan tangkupan tangannya yang kasar dan kapalan, berpindah dari pinggul dan naik ke atas punggung Felicia. Gadis itu menggetar saat merasakan sentuhan Kaisar.
Kaisar membuka kait bra yang menutupi payudara Felicia dan melemparkannya ke lantai.
"Ugh!!" Felicia memejamkan mata saat merasakan tangan kasar itu mengusap dan meremas-remas kedua gunung kembarnya. Aset berharga yang selama ini dia jaga untuk suaminya itu diambil oleh seorang kuli bangunan.
"Ah … ah …" Felicia mendesah, suhu tubuhnya memanas saat jari telunjuknya memutar puting merah jambu yang telah mengeras. Sesekali Kaisar menghadiahkan cubitan atau putaran pelan di ujung itu sampai tubuh Felicia menggelinjing.
"Enak nggak, Mbak? Atau malah sakit?" tanya Kaisar, ia tak ingin menyakiti Felicia dengan cubitan yang terlalu kasar. Felicia bergeleng, sentuhan tangan Kaisar pas sekali.
"Jangan panggil Mbak! Panggil aja gue, Cia. Gue udah bukan boss elo lagi, Kai. Nggak usah pakai formalitas." Felicia mengerutkan alisnya. Kaisar mengangguk, ia menciumi pundak Felicia sebelum akhir memutar tubuh gadis itu.
Kaisar memeluk Felicia dari belakang, mengecup garis tulang punggung dan naik untuk menjilati lehernya yang jenjang. Tangan Kaisar menangkup payudara kiri sementara tangan kanan Kaisar mulai turun masuk ke dalam celana dalam Felicia.
"Licin, lo udah basah banget, Cia." Kaisar menggesekkan ujung jarinya pada inti kewanitaan Felicia. Membuat tubuh Felicia panas dingin dibuat olehnya.
"Ah … ah, Tuhan, rasa apa ini!! Ugh!! Aku serasa ingin meledak, Kai." Felicia menggelinjing, sepertinya tangan kapalan itu berhasil membuatnya merasakan organsme untuk pertama kali dalam hidupnya.
"Lo mau keluar, Cia?" Kaisar bertanya, ia semakin mempercepat tempo gesekan tangannya dan juga cubitan di puting susu Felicia.
Felicia menjawabnya dengan desahan berat, napasnya tersenggal hebat dan degupan jantungnya begitu cepat. Sebagai dokter ia tahu kalau seks itu indah, namun begitu mengalaminya sendiri, Felicia tahu bahwa ternyata rasanya jauh dari bayangannya. Rasanya begitu nikmat sampai membuat sekujur tubuh dan jiwanya seakan meledak dalam keindahan. Denyutan-denyutan itu membuat Felicia terbang ke langit ke tujuh, merasakan ledakan hormon kebahagiaan mengalir sampai ke ujung syaraf terkecilnya.
"Kakiku lemas, Kai."
Kaisar merebahkan tubuh Felicia ke atas tumpukan kair gorden yang jatuh di lantai. Kaki Felicia bergetar hebat setelah pelepasan pertama yang begitu menakjubkan.
Kaisar mulai menyesap puting susunya bergantian, membuat rancauan bergulir-gulir keluar dari bibir tipis Felicia.
Bibir Kaisar berpindah, mengecupi pusar, dan semakin turun ke arah celana dalamnya yang basah. Tangan besar dengan banyak tatto itu mulai menurunkan celana dalam Felicia.
"Are you sure?" tanya Kaisar saat surga itu terlihat.
—*****—