Lelah?
Tidak ada kata lelah dalam kamus si gadis kolot bernama Ratu Felicia. Sudah menjadi kebiasaan baginya dari kecil sampai sebesar ini hidup mandiri. Kehilangan sosok ibu saat masih bayi membuat Felicia berubah menjadi sosok wanita tangguh.
Rangga Atmadja, seorang dokter spesialis bedah pencernaan akhirnya kembali mengambil seorang wanita menjadi istrinya setelah Felicia berusia dua tahun. Wanita itu bernama Anjani Patria, seorang wanita cantik yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit di unit spesialis bedah. Keduanya saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah, apalagi Felicia kecil butuh sosok ibu yang bisa menyayangi dan membimbingnya.
Anjani mengasuh Felicia, namun ia tak peduli dengan anak itu sama seperti ia mempedulikan anaknya sendiri. Yah, begitu Fiona lahir, Anjani hanya peduli pada Fiona. Ia ingin yang terbaik bagi putri semata wayangnya itu. Sayangnya, meski sudah berusaha sekeras apa pun memacu sang putri, tetap saja untuk urusan prestasi, Felicia jauh di atas Fiona.
Rangga semakin menyayangi Felicia yang lulus kuliah kedokteran dan bahkan diterima di rumah sakit besar. Di tambah dengan lamaran seorang Rayhan Dirgantara yang begitu tampan dan berasal dari keluarga kaya raya.
Rangga tak henti-hentinya memuja sang putri sulung sementara ia mengabaikan si bungsu. Membuat Anjani kebakaran jenggot (padahal dia nggak punya jenggot), Fiona semakin tersisih tak kala Rangga mewariskan banyak uang mereka untuk modal pernikahan Felicia. Kalau begini terus, Fiona hanya akan menjadi anak yang tersisih yang tak mendapatkan bagian apa pun.
"Kamu rebut saja Reyhan dari tangan Felicia, Fio. Lakukan apa saja agar dia berpaling dari kakakmu!" Anjani mencetikkan api semangat supaya Fiona tidak tertinggal dari Felicia.
"Tapi, Ma. Memangnya apa yang bisa Fio lakukan agara Kak Rey menoleh ke Fiona?" tanyanya, secara Felicia jauh lebih unggul dalam segala hal ... kecuali.
"Kamu lebih cantik, Fio. Lihatlah dia seperti Upik Abu. Sedangkan kamu seperti model Victorian Secret! Siapa lelaki yang tak bertekuk lutut bila diperhadapkan dengan wanita secantik dirimu??" Anjani menyentuh dagu Fiona, mencubitnya gemas. Fiona tersenyum licik, sama seperti ibunya.
.
.
.
Jadi bagaimana Reyhan bisa jatuh dalam pelukan Fiona? Benarkah semua ini salah Felicia juga karena tak mengenal arti kata lelah??
"Cia, Cia!! Woi!! Ngelamun apa?" Reyhan menggoyangkan tangannya di depan wajah Felicia yang melongo saat melihat betapa besarnya rumah yang Rehyan bangun untuk rumah tangga mereka.
"Masih enggak percaya, Rey. Kita bakalan nikah." Felicia menutup mulutnya.
"Kamu sukakan??"
"Suka banget, Rey. Serius ini tuh beneran rumah yang aku mimpi-mimpikan, Rey. Thanks a lot, Babe." Felicia memeluk Reyhan mesra.
"Syukurlah kalau kamu suka, jadi duit empat milyar nggak kebuang sia-sia." Reyhan berkacak pinggang, ia juga bangga dengan rumah yang dia bangun untuk rumah tangganya.
Kring ... kring ...
Tiba-tiba telephone dari rumah sakit terdengar.
"Sorry, Rey. Masalah pekerjaan." Felicia meminta izin, Reyhan mengangguk sambil tersenyum. Satu kali, itu hal yang wajar 'kan?
Keesokan harinya, mereka sedang makan siang bersama, tapi lagi-lagi ponsel Felicia berbunyi. Dari rumah sakit, dan Felicia mengangkatnya.
"Rey, sory, ada pasien kecelakaan." Felicia menyatukan telapak tangan di depan dada meminta maaf.
"Tapi kita baru makan siang, Cia. Perusahaan mana yang bahkan tak mengizinkan karyawannya makan?" Reyhan menunjuk meja, hidangan bahkan belum tiba.
"Aku tak bekerja di perusahaan, Babe. Aku bekerja di Rumah Sakit. And … the patients can't wait." Felicia tersenyum dan membereskan tasnya.
"Aku antar." Reyhan ikut bangkit.
"No need, Babe. Kamu makan aja, kamu masih harus ngantorkan?" Felicia tersenyum dan menolak perhatian Reyhan, seperti biasa, gadis ini tidak suka merepotkan orang lain.
"Perusahanan itu milikku. Aku mau datang sore pun tak ada yang protest, Cia!" Reyhan mendengus kesal.
"Not yet, Babe. Masih punya Om … eh … Papa Bisma." Gadis itu tersenyum manis dan bangkit berdiri. Ia pun mengecup mesra pipi Reyhan sebelum meninggalkan restoran.
Reyhan kesal bukan main, Felicia hampir-hampir tak pernah ada waktu untuknya begitu ia bekerja di Rumah Sakit.
Dan puncaknya saat ulang tahun jadian mereka yang ke dua. Reyhan mengajak Felicia makan malam di hotel miliknya. Reyhan menyulap kamar presiden suit menjadi kamar layaknya pasangan pengantin baru. Penuh dengan kelopak bunga dan juga aromatherapy yang begitu manis.
"Bersulang untuk hari jadi kita, Sayang." Reyhan mendentingkan gelasnya ke gelas Felicia.
"Kenapa bengong?" tanya Reyhan saat mendapati Felicia menatap ke sekeliling sembari menenggak winenya pelan-pelan.
"Enggak, aneh aja, nggak biasanya kamu setting kamar semanis ini." Felicia sedikit tidak nyaman.
"Itu karena aku sayang sama kamu, Cia." Reyhan mengambil gelas wine dari tangan Felicia dan menaruhnya di atas meja. Tangan Reyhan mulai menggenggam erat kedua tangan Felicia dan mengecupinya.
"Aku sayang sama kamu, aku sudah nggak sabar ingin membangun rumah tangga sama kamu, Cia." Reyhan menatap Felicia dengan sorot penuh cinta. Wajah Felicia pun memanas. Gadis itu diam saja saat Reyhan mulai mendaratkan bibirnya ke atas bibir Felicia. Keduanya berciuman dengan lembut, namun lama kelamaan, Reyhan keburu nafsu dan mempercepat tempo ciumannya menjadi deep kissing yang begitu panas dan penuh gairah.
Felicia kesusahan mengikuti rytme permainan bibir dan lidah Reyhan. Ia bahkan tak punya jeda untuk sekedar menarik napas. Reyhan mulai panas, suhu tubuhnya meningkat seiring dengan hasrat lelakinya yang bangkit untuk bercinta.
Reyhan memasukkan tangannya ke dalam kemeja Felicia. Gadis itu kaget saat tangan besar Reyhan masuk dan meremas-remas payudaranya.
"Rey!! Apaan sih??!" Felicia menolak, ia melepaskan diri dari Reyhan.
"Kenapa? Kita kan akan menikah?" Reyhan sedikit memaksa, ia mengecup leher Felicia yang jenjang dan kembali meremas tonjolan indah itu.
"Rey, berhenti!! Reyhan!!" Felicia mendorong tubuh Reyhan sampai pemuda itu tersentak. Reyhan menjadi kesal, namun masih menahan diri karena menginginkan seks yang panas dengan calon istrinya.
"Sory, aku nggak mau, Rey! Bukan karena nggak cinta sama kamu. Tapi malam pertama seharusnya kita nikmati setelah menikah. Kita lakukan dengan momment yang romantis." Felicia menolak dengan alasan klise seperti orang kuno zaman dinosaurus yang membuat Reyhan tertawa.
"Serius kamu, Sayang?? Jadi selama ini kamu enggak pernah mau aku sentuh karena kamu punya impian naif itu?? Ya ampun, lihat ke sekelilingmu, Cia. Apa settingan dekorasi ini masih kurang romantis??"
"Tapi kita belum menikah, Rey! Aku nggak mau kalau bukan suamiku yang menikmati selaput dara milikku."
"Demi Tuhan, Cia, kita akan menikah sebentar lagi. Lihat saja cincin di jemarimu, aku sudah resmi melamarmu. Baik keluargaku dan kelurgamu sudah setuju. Lantas apa bedanya besok atau pun sekarang?" Reyhan masih berusaha meyakinkan Felicia. Namun gadis itu tetap kekeh pada kekolotannya dan menolak ajakan seks before marriage dari Reyhan.
Felicia menggigit bibirnya gusar, ia tetap enggan untuk bercinta sebelum waktunya. Namun tak ada alasan pasti yang bisa membuatnya menolak ajakan Reyhan. Pemuda itu selalu berhasil menjawab dengan wasis.
[Apa yang harus aku katakan untuk meninggalkan suasana canggung ini?] batin Felicia, tiba-tiba suara deringan ponsel menyelamatkannya. Felicia menerima panggilan dan bercakap sebentar sebelum berpamitan,
"Sory, Rey. Peke—"
"Pekerjaan!! Huft … sudah pergilah!" Reyhan yang kesal menyahut, ia hanya bisa melepaskan si gadis kolot dengan ikhlas.
"Sory. Aku akan naik taxi saja. Kamu istirahat, ya." Felicia bergegas mengecup pipi Reyhan dan meninggalkan kamar hotel.
"Kamu ju— ah, sudah pergi!" dengus Reyhan kesal.
Saat itu, Fiona yang terus mengikuti dan memeriksa kebiasaan Reyhan baru sadar kalau inilah sebuah kesempatan. Melihat keduanya sering bertengkar karena masalah seks membuat Fiona memiliki ide dan merayu Reyhan dengan gaun lingerie merah. Ia menginap di hotel yang sama dan berpura-pura ingin meminta bantuan.
"Wajahmu kusut, Memangnya Kak Cia tak pernah memuaskanmu, Kak Rey?" Fiona sengaja memelorotkan kimono mandinya dan memperlihatkan gaun tipis merah.
"Gluk!" Reyhan menenggak ludahnya kasar saat melihat tubuh molek Fiona hanya dengan lingeri seksi yang begitu menggoda.
Kejantannya kembali menegang. Tak ada rotan akar pun jadi. Tak ada Kakak masih ada adik. Yang penting Reyhan mampu menuntaskan hasratnya.
"Apa kamu mau masuk ke kamarku, Fio?"
—*****—
Cih … Reyhan bikin sebel