Nilai Anita di tiga mata pelajaran itu selalu punya skor sempurna. Namun … justru di jurusan seni melukis yang ia ambil, Anita justru kehilangan skor. Anita tak bisa berpikir jernih, di dalam otaknya hanya ada seks seks dan seks. Bukan kecanduan karena ia ingin. Namun karena ia merasa harus terus melakukan hal itu agar bisa mempertahankan nilainya.
Sekujur tubuh Anita remuk redam, banyak luka sabetan yang belum sembuh namun sudah ditambah lagi, di tumpuk lagi, di tindih lagi. Tak jarang Anita harus memakai sweater lengan panjang untuk menyembunyikan luka yang ada di tangannya.
Anita menjadi muram, tak punya teman, aura gelap membuatnya kehilangan semangat hidup. Lukisan-lukisannya menjadi jelek, tak punya nyawa. Lukisan Anita penuh dengan warna-warna gelap, segelap hatinya saat ini.