Bunyi ponsel Aldino membelah kesunyian malam yang kelam itu. Dari Jessca. Aldino mengusap wajah, ia takut mendengarnya.
"Halo…"
"Jessca, di mana kamu??"
"Aku ada di rumah Cia … dan …. Dan …" Jessca tergagap.
"Kami sudah tahu Jessca. Telepon ambulan dan juga polisi. Jangan melihat mayatnya." Aldino tertunduk lemas, pasti Jessca menemukan mayat Felicia.
Kaisar melemas, ia tak mengindahkan rasa sakit dari pisau yang menancap separuh di punggungnya itu. Tenggelam dalam kesedihan. Karena ternyata, sakitnya kehilangan wanita yang berharga jauh lebih menyakitkan dari sakit fisik apa pun.
"HAHAHA!!" Vincen tertawa penuh kemenangan. Ia kira sudah berhasil menghabisi nyawa Felicia.
Tapi … jawaban Jessca justru menggemparkan mereka.
"Bukan!! Aku menemukan dirimu ada satu lagi di sini! Apa aku salah lihat??" Jessca mengubahnya menjadi panggilan video.
"Eh, apa maksudmu?" Aldino menjadi bingung. "Eh??? Fino?! Kok bisa dia di rumah Kaisar, Jess?!"