Chereads / SUAMIKU KULI BANGUNAN / Chapter 4 - Dasar B*jingan

Chapter 4 - Dasar B*jingan

Tiap hari, satu atau dua orang kuli bangunan di rumah milik Reyhan dan Felicia berjaga malam untuk mengamankan rumah. Tiap weekend, Kaisar, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun selalu mendapatkan jatah jaga. Kebetulan, semalam pun dia bertugas ronda di rumah, menginap di sana.

"Siapa, ya, malam-malam gini?" Kaisar menengok dari jendela balkon di lantai dua saat mendengar dencitan rem mobil berhenti di depan rumah. Sebuah mercedes S-class warna hitam dengan plat nomor polisi berakhir inisial huruf RD, sudah bisa dipastikan mobil itu milik Reyhan Dirgantara.

Reyhan keluar dan membukakan pintu untuk seorang gadis. Gadis itu cantik, berpotongan rambut lurus sebahu. Dari caranya berdandan dan berpakaian sangatlah modis, apa lagi ditunjang dengan bodynya yang langsing dan berisi di bagian pantat. Body buah pir.

Kaisar hanya menatap kedatangan mereka dari lantai dua dengan tatapan datar. Tak lagi kaget sama seperti saat pertama kalinya mereka datang, memang sudah beberapa kali Reyhan mengajak gadis itu datang ke rumahnya dan bahkan bercinta di sana.

"Bagaimana? Aku sudah minta mereka memenambhkan kolam ikan sesuai permintaanmu." Reyhan menggandeng gadis cantik itu masuk ke dalam rumah. Sebagai pemilik rumah Reyhan dan Felicia punya kunci masing-masing. Mereka tak harus menggedor pagar untuk masuk ke dalam.

"Wah, makasih, Kak Rey. Kakak memang yang terbaik." ucapnya manja sembari bergelayutan di lengan Reyhan.

"Interiornya juga aku pesan sesuai keinginan kamu, Fiona. Lalu lihat, aku juga sudah menyingkirkan gorden pilihan Felicia dan menggantinya dengan warna lilac kesukaanmu." Reyhan mengelus dagu Fiona dengan lembut dan penuh kasih sayang. Mereka seperti pasangan kasmaran pada umumnya. Reyhan menuruti semua permintaan Fiona, dan bukannya permintaan Felicia yang notabene adalah calon istrinya.

"Tapi apa fungsinya mengganti semua interior dan menambahkan kolam kalau Kak Rey akan menikah dengan Kak Cia dan bukan dengan Fiona?!" Fiona mengerucutkan bibirnya, masih dengan wajah manjanya yang manis, ia merajuk pada Reyhan.

"Tenang aja, Fio, aku akan segera memutuskan Felicia dan menikahimu." Reyhan mengecup pipi Fiona dan kemudian berpindah untuk melumat bibir merahnya.

Dari lantai dua, Kaisar hanya bisa bergeleng saat mendengar pembicaraan itu. Jujur saja ia merasa sedikit kesal dengan sikap Reyhan yang berselingkuh dengan calon adik iparnya sendiri di belakang Felicia. Well ... tapi memang bukan ranah Kaisar untuk ikut campur urusan si pemilik rumah. Dia hanya kuli bangunan yang bekerja setiap hari senin sampai sabtu dan mencari bonus tambahan dengan berjaga di malam jumat-malam minggu.

Kaisar semakin kesal tak kala desahan kedua sejoli itu terdengar sampai ke lantai dua. Mereka tanpa malu bercinta di atas sofa tanpa mempedulikan Kaisar yang kebetulan berjaga di rumah itu malam ini.

"Dasar bajingan," lirih Kaisar sembari menghisap rokoknya. Mengusir ketegangan.

.

.

.

Dan keesokan harinya, Felicia datang untuk mengecek rumah. Gadis itu tidak tahu bahwa kemarin malam tunangannya menghabiskan waktu yang panas dan penuh gairah dengan wanita lain.

[Kasihan.] batin Kaisar saat melihat Felicia sibuk berbincang dengan sahabatnya, yang entah kenapa begitu genit. Saat Felicia melirik ke arahnya tanpa sadar tatapan mereka berdua bertemu. Pandangan mata Kaisar menelusuri Felicia, mulai dari ujung rambut sampai kaki.

Rambut panjang ikal sepunggung, dikuncir ponytail ke belakang dengan kuncir rambut biasa. Anak rambutnya cukup banyak dan membuat leher jenjang Felicia terlihat seksi. Wajahnya tidak jelek, namun juga tidak cantik, mungkin karena tersembunyi di balik kaca mata tebal itu. Tubuhnya semampai, 165 cm, lengkap dengan dua tonjolan besar di balik T-shirt v-neck warna hitam. Pantatnya yang bulat dan sintal juga tidak terlalu terlihat di balik celana jeans panjang. Dan yang paling menggelikan, gadis itu masih memakai serandal selop dari rumah sakit tempatnya bekerja.

[Kalau dibandingkan dengan wanita semalam mereka memang jauh berbeda.] Kaisar mengusap wajahnya yang berkeringat karena lelah.

Tak lama Felicia pergi meninggalkan rumahnya. Kaisar menatap punggung Felicia sebelum gadis itu menghilang masuk ke dalam mobil merah terang.

[Apa aku kasih tahu saja? Tapikan bukan urusanku,] batin Kaisar.

—*****—