Chereads / SUAMIKU KULI BANGUNAN / Chapter 2 - Gue Mau Ditidurin!

Chapter 2 - Gue Mau Ditidurin!

~In this same way, husbands ought to love their wives as their own bodies. He who loves his wife loves himself. ~ Ephesians 5:28

_________

Satu minggu yang lalu.

Siang yang mendung di sudut kota. Namun hiruk pikuknya seakan tak mau berhenti hanya karena awan kelabu yang pekat itu. Termasuk salah satu mobil mungil berwarna merah menyala dengan gambar logo BTS hampir di setiap sisinya. Di pintu bagasi belakang ada tulisan "Jaga jarak aman, awas nyenggol bokong istrinya Jungkook!"

Tak hanya simbol-simbol yang menyatakan kalau pemiliknya adalah Army sejati. Lagu yang di putar di dalam mobil itu juga lagu-lagu milik BTS yang katanya K-pop idol paling hits tahun ini.

"Macet banget sih?!" keluh si pengemudi mobil. Rambutnya lurus sebahu, dan warnanya bikin silau, biru electric.

"Yaelah, segini doang! Kemarin lo ngantri di resto ayam tiga jam aja betah!!" ketus teman di sampingnya. Kaca mata tebalnya melorot saat melirik galak.

"Lain lah, Cia. Pas itu ada menu baru BTS!! Limited edition, ya gue pasti bela-belainlah ngantri. Secara gue kan istrinya Jungkook!" jawabnya ngaco.

"Ngehulu lu ketinggian, Oneng. Dia kenal elu aja kagak! Boro-boro jadi istrinya." Ratu Felicia Atmadja, gadis berusia dua puluh empat tahun yang baru saja mendapatkan lisensi dokternya itu menjawab sahabatnya dengan nada sarkastik.

"Bodo amat!! Penting gue happy dan gue jatuh cinta sama JK!!" Jessca Francis Wibowo, dengan kuku jemarinya yang penuh nailart gambar BT21 ia memutar volume suara speaker mobil lebih keras dan ikutan bernyanyi menirukan suara idolanya.

Felicia hanya mendengus kesal dan menutupi telinganya dengan dua boneka BT21, Jessca memiliki semua karakter boneka yang melambangkan anggota BTS itu dan menatanya di dalam mobil. Teman halu di perjalanan.

Mobil berhenti lagi karena kemacetan yang begitu panjang. Jessca masih asyik menyanyi, bersuara sekeras mungkin dan membuat Felicia semakin senewen. Seharusnya ia tak perlu nebeng ke makhluk hina nan bobrok satu ini kalau bukan gara-gara mobil kesayangannya masuk ke bengkel.

"Weekend, bukannya healing malah traveling sampai bikin sinting!" Jessca mengeluh saat melihat antran panjang menuju ke pinggir kota. Rata-rata hendak ke luar kota untuk melepaskan penat setelah bekerja selama seminggu penuh.

"Sory, Jess. Besok gue nggak akan nebeng elu lagi. Doain mobil gue cepet keluar dari bengkel." Felicia membetulkan posisinya duduk, berusaha melihat kemacetan di depannya. Masih sejauh apa?! Selama apa??

"Lu juga ngapain sih pertahanin mobil buntut lu itu?? Gantilah! Papa lu tu direktur Rumah Sakit. Terus calon Hubby lu kan juga husband material banget gitu. Kaya bin Tajir, elu tinggal minta sama dia 'kan!" Jessca mencela sifat 'nggak mau ngerepotin orang lain' milik sahabatnya yang overdose banget.

"Nggak, ah, Jess. Gue nggak mau ngerepotin, Reyhan. Kan lu juga tahu gue nggak suka ngerepotin orang lain." Felicia menghela napas panjang, apa lagi mobil buntut itu peninggalan mendiang mamanya, tentu saja Felicia ingin menjaga kenangan sang Mama dengan terus mengenakan mobilnya.

"Terus saat ini lu nggak ngerepotin gue gitu??" Jessca berdecih, lantas ini apa? Memaksa menjemput ke rumah sakit di tengah kota dan menghantarkan ke pinggir kota, pas weekend lagi! Waktu di mana seharusnya ia bisa tidur sampai siang karena tak ada kuliah.

"Kan elu bukan termasuk kategori 'orang' dalam kamus gue!" Felicia terbahak.

"Anying! Lu kata gue remukan rengginan, hah?" umpat Jessca.

"Hei, berhenti ngomong kotor!" Felicia menyumpal mulut sahabatnya dengan boneka BT21. Keduanya lantas terbahak-bahak, memang cuma mereka berdua sahabat beda frekuensi tapi bisa nyambung. Satu lebih pantas di sebut miss culun karena selalu pakai kaca mata dan t-shirt plus jean ke mana-mana. Satu lagi miss norak karena penampilannya yang terlalu cetar membahana bagai badai Katrina yang menyerang Florida 2005 silam.

Setelah hampir satu jam berkendara akhirnya, mobil merah mungil membawa keduanya ke sebuah kawasan perumahan elit. Jessca memarkirkan mobilnya tepat di sebuah rumah yang sudah sembilan puluh lima persen jadi. Rumah yang dibangun oleh Reyhan —tunangan Felicia— untuk menjadi tempat tinggal mereka setelah menikah nanti.

"Halo, Non." Seorang mandor lapangan tergopoh-gopong keluar dari dalam rumah untuk menemui Felicia. Pria tua botak itu menyisir rambutnya dengan jemari sebelum memakai topi.

"Emang apa yang mau disisir?" Jessca berbisik pada Felicia.

"Diem, lu, kali aja dia halu punya rambut. Kaya elu halu jadi istrinya Jungkook." Sikut Felicia.

"Kok bisa kayak gue?" Jessca mengeryit.

"Soalnya halu kalian sama-sama MUSTAHIL." Felicia menyenggol lengan Jessca lagi agar lekas mengunci mulutnya yang super bawel.

"Mari saya antar melihat-lihat, Non." Namanya Pak Usman, mandor bangunan di rumah Reyhan dan Felicia. Hormat dan cinta banget sama Felicia karena dokter muda ini pernah menyelamatkannya saat hampir mati kebanyakan suntikan insulin. Gula darahnya drop dan hampir saja nyawanya hilang kalau bukan karena Felicia saat itu menengok proses pembangunan rumahnya dan menolong Pak Usmas.

"Iya, Pak. Sudah lama nggak kemari. Mumpung ada waktu, sekalian lihat kasur yang baru saya beli, katanya di kirim kemarin, Pak. Apa sudah datang?" tanya Felicia sembari masuk ke dalam rumah modern nan mewah itu. Felicia tak sabar untuk melihat-lihat tempat tinggalnya kelak bersama Reyhan dan anak-anak mereka.

"Sudah, Non. Pak Reyhan juga kemarin sudah beli TV, Kulkas, dan Ac. Terus juga beberapa interiornya sudah terpasang semua," jawab Pak Usman. Felicia mengangguk puas saat melihat ke dalam rumah.

Pertama ruang tamu, sofa mewah, coffe table, dan juga gorden-gorden telah terpasang. Di area dalam ruang keluarga juga ada sofa empuk, coffle table dan juga TV super besar. Dapur sudah mulai terpasang dengan rapi. Terakhir ia melihat-lihat ke dalam kamar tidur utama, ranjangnya sudah datang. Interior juga sudah terpasang. Kurang prabotan lain di lantai dua dan juga kamar anak-anak kelak.

"Tiap malam selalu ada yang jagakan, Pak?" tanya Felicia.

"Iya, Non. Pasti ada yang jaga," jawab Pak Usman, para tukangnya selalu bergiliran jaga setiap hari.

"Bahaya kalau kosong, ntar barang-barangnya hilang." Felicia menimbang hal itu mengingat rumah ini masih rumah kosong dan belum ada satpam yang dia pekerjakan untuk menjaga rumah.

"Iya, Non. Sudah pasti kami jaga kok. Non Cia tenang aja. Sejak dulu dari awal pembangunan kita juga giliran jaga tidur di sini." Pak Usman mengangguk, Felicia puas mendengar jawaban Pak Usman.

"Masih kurang apa lagi, Pak?"

"Kurang taman sama car port aja kok, Non. Kemarin Pak Reyhan minta tamannya di kasih kolam ikan, mau pelihara koi katanya. Terus di cartport tinggal pasang paving bagian depannya saja," terang Pak Usman sembari tunjuk sana sini.

"Oh, gitu." Felicia paham. Ia tak memperpanjang lagi pertanyaannya dan menyusul Jessca duduk di depan meja bar. Jessca tak menggubris kedatangan Felicia karena matanya asyik melihat ke arah car port.

"Lihatin apaan sih?? Serius amat?" Felicia menyahut cemilan di tangan Jessca, gadis itu harusnya marah kayak biasanya. Tapi yang ada malah senyam senyum sendiri seakan tak mendengar gonggongan Felicia.

"Lu kesambet ya??" tukas Felicia kesal karena diacuhkan.

"Ish... gangguin aja!! Gue lagi asyik lihatin dia." Jessca menunjuk ke arah seorang kuli bangunan yang bertelanjang dada. Tubuhnya yang atletis terlihat indah karena keringatan. Dan otot lengannya yang lencir semakin bertambah kekar saat memanggul satu sak semen. Rambutnya yang mulai gondrong luruh ke depan dan menutupi wajahnya.

"Gila!! Lu lagi ngelihatin cowok?!" Felicia mendelik pada sahabatnya.

"Busyet, ternyata ganteng banget. Sumpah!! Gue mau ditidurin sama dia, Cia." seru Jessca pas kuli bangunan itu menyeka keringat dan memperlihatkan wajahnya yang TERLALU TAMPAN!!

— *****—