"Gila, Lu lagi ngelihatin cowok?" Felicia mendelik pada sahabatnya.
"Busyet, ternyata ganteng banget. Sumpah!! Gue mau ditidurin sama dia, Cia." seru Jessca pas kuli bangunan itu menyeka keringat dan memperlihatkan wajahnya yang TERLALU TAMPAN!!
Felicia otomatis menggerakkan ekor matanya ke arah luar untuk melihat penampilan si kuli bangunan. Jessca memang benar, wajahnya tampan. Dia punya alis yang tebal dan rapi, hidung mancung, dan garis tulang rahang tegas. Kedua matanya terlihat tajam namun juga berbinar. Rambutnya sedikit panjang, meski terlihat kusam karena debu, rambutnya tebal, dan hitam.
Tubuhnya nggak besar, tapi juga nggak kurus, cukupan lah. Otot perut dan lengannya begitu atletis, well ... mungkin karena lama tertempa dengan keadaan. Pekerjaannya sebagai kuli bangunan tentu saja membuatnya terus mengangkat beban berat seperti semen, batu, pasir, bata, dan banyak hal lain. Otot-otot lencirnya berhiaskan cukup banyak tatto. Pertama di tengkuk, ada tatto mata serigala. Di lengan kiri sampai dada ada tatto tribal. Di pergelangan setiap ruas jari ada tatto huruf-huruf namanya. K-A-I-S-A-R-H-E-R-O. Dan terakhir di kaki kanan ada tatto tribal dengan gambar scorpio.
"Gemesh banget sama kulitnya yang kecoklatan itu, Cia. Bang, gue rela di tidurin berkali-kali sama Abang." Jessca sungguh tak bisa berkedip saat melihat kejantanan seorang Kaisar. Ototnya yang berkilat karena keringat sungguh menantang jiwa nakal dalam diri gadis ini untuk semakin meronta-ronta.
"Elo sudah lupa sama Jungkook? Katanya sudah fix ga akan selingkuh ke lain hati?? Lihat badboy pakai tindik selusin aja langsung ngiler," ledek Felicia.
"Ck, cerewet ah, lu. Perawan mah nggak tahu enaknya hupla-hupla sama cowok model bad boy kayak dia." Jessca berkata seolah dia telah berpenglaman, yah, memang sih, gadis ini sempat kuliah satu tahun di luar negeri, tapi karena Papanya dikabarkan sakit akhirnya Jessca memutuskan untuk pulang. Budaya barat jauh lebih bebas di bandingkan budaya Timur. Meski sekarang seiring dengan kemajuan zaman di era globalisasi banyak negara Timur yang terpengaruh dengan paham ini.
"Gue perawan dan gue bangga kok!" Felicia membetulkan letak kaca matanya yang super tebal.
"Cih, kasihan banget si Reyhan, pacaran dua tahun nggak pernah dapet jatah. Elo nggak takut Reyhan pindah ke lain hati?" Jessca bergeleng.
"Enggak, buktinya dia ngajakin gue nikah. Kalau dia nggak cinta dia nggak bakalan serius sama gue, Jess. Lagian lu kan tahu sendiri ekspetasi gue tentang malam pertama. Betapa sakralnya malam pertama yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Momment itu harus jadi mommet paling indah dan romantis dihidup gue. So ... Gue bakalan kasih selaput dara gue sama pria yang bakalan jadi suami gue dan menikmati tiap detiknya dengan penuh cinta dan keindahan," tutur Felicia dengan mata berbinar, ia memang mengagungkan seks yang indah dan sakral. Penuh cinta dan bukan nafsu.
"Boring ah, lu. Dasar cewek kolot. Bicara lu kek nenek-nenek." Jessca menyangga wajah dengan malas, ia lebih memilih mengamati lagi pria dengan anting pipih hitam itu lamat-lamat. Dasar sahabat lucknut emang.
"Siapa ya namanya??"
"Kaisar, Kaisar Hero Samudera," jawab Felicia.
"Eh, lu tahu namanya?" Jessca menoleh.
"Tahulah, Jess. Dia bangun rumah gue hampir satu tahun! Gue hapal semua nama tukang di sini." Felicia mendengus dengan kebodohan sahabatanya. Benar kata orang, biasanya otak berbanding terbalik dengan penampilan. Di balik penampilan Jessca yang super cantik pasti ada otak sebesar biji sawi.
"Yah, siap tahu dia anak baru," sahut Jessca tak mau kalah.
"Ya udah ayo kita pulang, yuk. Besok gue harus shift pagi di ICU."
"Eh?? Tapi besokkan hari Minggu, masa kerja lagi??" Jessca tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Entah gila kerja atau memang kurang kerjaan, sahabatnya itu sungguh tak mengenal kata 'lelah' ya?
"Emangnya ada hari libur buat dokter training kayak gue?? Kerja baru tiga bulan nggak mungkin ngajuin cuti. Bisa-bisa gue dikasih cuti seumur hidup alias dipecat." Alis Felicia menyatu.
"Yah, padahal gue belum puas lihatin si Kaisar," tukas Jessca namun beranjak juga.
Keduanya keluar dari rumah, Felicia mendorong tubuh Jessca yang dengan malas-malasan meninggalkan area carport. Jessca sempat mengerling pada Kaisar dan membuat pemuda itu kebingungan.
Lalu tatapan pemuda itu beralih menatap Felicia, pandangan mereka bertemu, saling mengunci. Felicia bisa melihat betapa cerahnya bola mata hitam Kaisar di balik kaca mata tebalnya. Sedang Kaisar langsung menundukkan kepala dan tersenyum manis sebagai bentuk rasa hormat pada majikannya.
"Pak saya pamit dulu. Nitip rumah kami, ya, Pak." Felicia pun pamit pada Pak Usman.
"Siap, Non. Tiap hari bakalan ada yang jaga kok. Jadi Non Cia tenang aja," jawab Pak Usman dengan nada bahagia.
"Oke. Selamat bekerja, Pak."
Kaisar menatap punggung Felicia sebelum gadis itu menghilang masuk ke dalam mobil merah terang. Kaisar hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
[Kok kasihan, ya. Apa aku kasih tahu saja? Eh …. Tapikan masalah mereka bukan urusanku,] batin Kaisar.
—*****—