Chereads / Mas Arbi / Chapter 5 - MAS ARBI TIDAK SETUJU

Chapter 5 - MAS ARBI TIDAK SETUJU

Aku masih meminta waktu untuk memikirkan hal ini. Pada suatu hari Pak Haryo mengundang kami untuk makan malam di rumahnya. Kami sekeluarga dijemput sopirnya. Mobilnya sangat mewah sekali. Si kembar tampak sangat suka sepanjang perjalanan.

Gilang tidak ikut, karena dia tidak setuju dengan permintaan pak Haryo. Karena sampai saat ini dia masih menganggap pak Haryo lah penyebab Ayah sakit dan keluarga kami jadi menderita. Apalagi kalau aku harus berkorban dengan mau menikah dengan pak Haryo, dan cuma kawin kontrak.

Akhirnya sampai juga kami di rumah pak Haryo, sebuah rumah yang sangat mewah. Untuk maduk pun kami sangat sungkan, karena lantainya juga sangat mewah. Sepertinya pak Haryo memperhatikan kami yang tampak sungkan untuk melangkahkan kaki di lantai rumah mewahnya.

" Mari silakan masuk!" Ucap pak Haryo sopan. Kalau dilihat pak Haryo memang baik, tidak ada kekurangan pak Haryo, walaupun sebenarnya lebih pantas jadi bapakku. Karena anaknya juga lebih tua usianya dari aku.

Memasuki rumahnya yang sangat megah, aura kemewahan sangat terasa. Dinding rumah ini begitu tinggi, apalagi saat melihat tangga yang menjulang begitu indah. Kami langsung dipersilakan untuk menuju ruang makan. Suasana laian juga sangat terasa,karena meja makan ini begitu besar, sudah tersaji aneka makanan di atasnya. Apalagi ruang makan ini menghadap taman yang ada kolam renang yang cukup besar.

" Mari silakan duduk.!" Dengan hati-hati kami duduk, karena belum pernah sekalipun aku duduk di kursi sebagus ini, begitu empuk dan nyaman.

Kulihat aura kebahagiaan terpancar di wajah orangtua dan adik-adikku. Karena seumur hidup belum pernah kami merasakan hal ini.

Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah rumah sebesar ni hanya ditinggalivpak Haryo dan mas Arbi saja. Tapi aku tidak melihat sosok mas Arbi. Sebenarnya dalam hati sejak awal aku sudah jatuh hati dengan mas Arbi. Selain sangat tampan, ramah, dia juga baik padaku.

" Eh Arbi, ayo sini gabung!" Pak Haryo memanggil mas Arbi yang baru saja terlihat turun dari tangga. Dia sangat terkejut saat melihat aku bersama keluargaku sudah duduk di meja makan. Raut wajahnya tampak gembira saat melihat kami.

Lalu dia bergegas menuju meja makan, satu per satu menyalami dan menyapa kami. Hingga dia ada ei depanku. Entah mengapa hatiku berdegup kencang sekali, apalagi saat dia menatapku,mata kami beradu. Aku tak tahu apa yg aku rasakan. Karena belum pernah aku merasakan rasa seperti ini.

" Hai Renata, senang sekali kita bertemu lagi." Katanya sambil tersenyum manis. " Sana-sama." Jawabku. Dan hatiku semakin deg-degan saat dia mengambil tempat duduk di pas sampingku.

" Aku duduk di sini ya " ucapnya , aku hanya mengangguk pelan. Sepertinya mas Arbi belum tahu tentang rencana pak Haryo menjadikan istri.

Apalagi malam ini orangtuaku akan memberikan jawaban atas permintaan pak Haryo. Andai saja malam ini adalah malam dimana aku akan memberikan jawaban atas lamaran mas Arbi. Ah tapi itu nggak mungkin, karena kenyataannya bukan ms Arbi yang melamar tapi pak Haryo.

Pak Haryo mempersilakan kami mengambil makanan dan menyantapnya. Sepertinya pak Haryo sengaja supaya kami makan dulu dan menikmati hidangan yang sudah tersaji. Enak sekali, rasanya aku memang belum pernah makan seenak ini. Busa makan nasi sayur dan lauk seadanya saja sudah bersyukur.

Suasana terasa sangat akrab, orangtuaku juga terlihat bahagia. Hingga setelah kami selesai makan, pak Haryo tampak bersiap-siap untuk bicara.

" Bagaimana makanannya enak kan?" Kami mengangguk tanda senang akan makannya. " Terima kasih, sudah berkenan hadir di rumah ini. Bagaimana Bapak Ibu, apa sudah ada jawaban tentang permintaan saya?" Aku lihat Ayah dan Ibu, ada sedikit keraguan di wajahnya.

Lalu Ayah kulihat menarik nafas panjang, bersiap untuk bicara. " Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas kebaikan Bapak selama ini. Untuk permintaan Bapak, kami tidak berhak menjawabnya. Semua itu kami serahkan pada Renata " Deg, kok Ayah malah aku suruh menjawabnya sendiri.

Dadaku rasanya berdegup tidak karuan. Apalagi saat aku melihat wajah mas Arbi yang tampak kebingungan, pasti mas Arbi belum tahu sama sekali tentang hal ini.

Aku terdiam agak lama, lalu aku pandangi wajah orangtua dan adik-adikku. Ini pilihan yang sulit, sangat sulit. Aku tidak mungkin membiarkan mereka menderita, aku ingin mereka bahagia. Lalu dengan yakin aku menjawab. " Saya menerima."

" Apa-apaan ini?" Tak kusangka mas Arbi menggebrak meja setelah aku berkata begitu. " Pah, ada apa ini?" Dia tampak sangat emosi. " Tenang, tenang Arbi." Pak Haryo juga tamoak terkejut.

" Papa melamar Renata jadi istri Papa." Sekali lagi terdengar gebrakan meja yang sangat keras. " " Aku tidak setuju, Rena kenapa sih kamu mau? Kamu ingin harta Papaku ya." Seketika tangisku pecah. Ya kata-kata mas Arbi memang benar, aku hanya ingin harta pak Haryo.

Lslu mas Arbi pergi dwngan wajah yang sangat emosi. Ingin aku mengejarnya dan menjelaskan semuanya. Tapi aku ini siapa, aku bukan siapa-siapa. Aku juga bukan pacarnya.