William dan Danica terpaku di hadapan ayah William yang tiba-tiba. Tidak ada kata yang tersisa di mulut mereka. Mereka hanya bisa melihat Alex memasuki ruangan tanpa mempertanyakan perilakunya yang tak menghargai pemilik kantor. Sekalipun dia adalah bosnya.
Pria yang mengenakan setelan abu-abu desainer mendekati meja putranya, membawa surat undangan pestanya. Mata hijau zamrudnya menatap tajam ke arah pemilik kamar, membuat orang tahu dengan jelas dari siapa William mewarisi mata indah itu. Mereka berdua memang sangat mirip.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya akan sangat tepat menggambarkan rupa mereka. Namun, tidak dengan sikap dan sifat keduanya yang sangat berlawanan. Alex lebih ambisius dalam hal pekerjaan. Sedangkan William, dia lebih merasa urusan keluarga, relationship, dan persahabatan lebih penting.