Chereads / Kekasihku Penghuni Gunung Keramat / Chapter 34 - Restu yang diterima

Chapter 34 - Restu yang diterima

Di kerajaan jin lapisan pertama.

Nara membuka kedua matanya dan tersentak saat melihat dihadapan selnya ada seorang gadis yang terus terduduk seraya menontonnya, berpangku tangan.

Tidak lain itu adalah adik perempuannya, Arum, yang masih berusia belasan tahun.

"Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Nara heran.

"Aku ngikutin Kak Dewi, aku udah yakin pasti dia bakal ngelakuin hal aneh sama Kak Nara. Bener kan dugaanku?" ucap Arum sedikit bangga. Nara tersenyum tipis.

"Terus kamu tahu kemana kak Dewi sekarang?" tanya Nara.

"Kayaknya sih pulang, yah gak tahu deh. Apa mungkin nyari berondong?" tebak Arum.

Nara menggeleng tertawa. "Enggak ada yang mau sama kak Dewi, galak begitu. Nanti dimakan lagi." ucapnya, mereka berdua saling tertawa.

"Terus kamu kesini mau ngapain? Percuma deh. Udah kamu pulang lagi."

"Bener nih kakak nyuruh aku pulang? Enggak mau kunci ini?" tanya Arum seraya mengeluarkan kunci sel dari dalam saku celananya. Nara melotot. Ia langsung hampiri selnya, mendekati Arum.

"I-itu kunci sel ini?!" tanya Nara antusias.

"Bukan kak, ini kunci hatikyuu." ucapnya kemayu.

"Ayo cepetan buka selnya Ar. Keburu kak Dewi muncul." pinta Nara.

"Bilang dulu kalau Arum adik paling cantik sedunia." ucap Arum. Nara menaikkan sebelah alisnya. Pede banget sih adiknya ini?

"Ayo kak, cepetan. Nanti keburu ada kak Dewi loh." ucap Arum. Mau tak mau pun Nara terpaksa mengatakannya, meski sedikit merasa alay.

"Arum adik paling jelek sedunia."

"Cantik!!!"

"Arum adik paling cantik sedunia." ucap Nara tidak ikhlas. Arum pun kegirangan bukan main, ia segera masukkan kunci ke lubangnya dan putar kunci tersebut.

Akan tetapi tiba-tiba muncul Dewi Ayu dari belakangnya dengan menepuk tangan.

"Hebat ya. Udah belajar jadi pembangkang juga ternyata. Kamu berniat mengikuti jejak kakak lelakimu itu heh?!" tandas Dewi ayu yang langsung membuat syok mereka berdua, bahkan dari ayunan tangannya kini keluar energi merah mengarahnya dan menghempasnya hingga terjatuh.

Kunci itu terlepas dari lubangnya dan terjatuh ke depan sel. Nara dengan sigap mengambil kuncinya dari celah sel dan masukkan ke dalam lubang sel.

Akan tetapi Dewi ayu segera ayunkan tangannya mengarah Nara dan seketika Nara merasakan tangannya seperti ditekuk, ia kesakitan bukan main. Arum segera bangkit dan menggigit tangan Dewi ayu, wanita itu menjerit kesakitan.

Nara mengambil situasi itu sebagai kesempatan, ia kembali putar kuncinya dan buka pintu selnya. Nara keluar dari sel dan segera ayunkan tangannya ke arah sang kakak, hempaskan angin ke arahnya hingga dirinya terjatuh.

Nara dengan cepat merebut Arum dari tangannya, memegang pundaknya dan menghilang.

Dewi ayu geram, ia mendecih. "Sialan."

Tak lama kemudian Arum dan Nara sudah ada depan kerajaan jin lapisan pertama.

Nara segera menghadap sang ayah dan ibunya yang terduduk di singgasananya. Nara terlihat cukup lelah karena habis lari-larian bersama sang adik. Kedua orang tua mereka pun terheran. "Ada apa dengan kalian?" tanya Dewi Arum.

Arum segera menjawab.

"Ibu, Kak Dewi mencoba mengejar kak Nara Bu. Kak Dewi dengan tega mengurung Kak Nara selama berhari-hari di sebuah gua." adunya.

Dewi Arum dan Surya kencana langsung tidak percaya. "Apa?!"

"Jadi selama ini kamu pergi bukan ke dunia manusia Nar? Tapi masih ada di dunia ini dan kamu dikurung?!" tanya Dewi Arum. Nara mengangguk.

"Kenapa dia melakukan hal itu?!" tanya Dewi Arum.

Tiba-tiba muncul Dewi ayu ke hadapan mereka. Nara dan Arum langsung kaget, Arum segera berlindung dibalik Nara karena ketakutan.

"Kemari kamu anak kecil! Akan kakak hukum kamu!" tandas Dewi ayu yang berniat mengambil paksa Arum. Arum menolak berkali-kali. Ia merasa sangat ketakutan, Nara keburu mencegahnya dan melindunginya.

"Hindari tanganmu itu! Kakak tidak berhak menyiksa Arum!"

"Diam kamu! Ini semua gara-gara kamu! Memangnya kakak marah ke dia karena siapa?!" tandas Dewi ayu yang langsung membungkam Nara dengan rasa bersalah.

"Sudah cukup! Kalian ini kakak beradik, jangan saling bertengkar! Apa kalian tidak malu menjadi pusat perhatian banyak orang? Dewi! Nara! Saling minta maaf kalian! Cepat!" tandas Dewi Arum. Mereka masih saling terdiam.

"Cepat!" pekiknya lagi. Akan tetapi Dewi ayu langsung berkata. "Tapi Bu, Dewi kayak gini karena ingin memberi pelajaran buat dia! Karena sudah berurusan terlalu lama dengan manusia! Bahkan berniat menikahinya!" tandas Dewi ayu.

"Kamu apa lupa dengan identitas ayahmu dulu yang juga seorang manusia? Kalau kamu membenci Nara, berarti kamu juga ikut membenci ibu!" tandas Dewi arum yang langsung membungkam Dewi ayu saat itu juga.

"Dibanding bersikap kasar seperti ini, kamu mestinya bersikap bijak atas ini. Karena hal seperti ini pernah terjadi dengan kedua orang tuamu sendiri dulu." ucap Dewi Arum.

Dewi ayu hanya terdiam menunduk. Seakan menyesali perbuatan yang telah ia lakukan.

"Biarkanlah apapun yang Nara lakukan menjadi keputusannya sendiri. Kita tidak bisa mengelak." ucap Dewi arum.

Nara tersentak. "Apa maksud ibu, ibu dan ayah memberikan restu Nara menikah sama Putri bu?" tanya Nara tampak senang.

"Itu sudah jadi keputusanmu." ucap Dewi Arum.

"Itu artinya... Ibu dan ayah rela Nara tidak lagi pulang kesini?" tanya Nara.

Dewi Arum Sari tersenyum lirih dan mengangguk. Nara merasa sangat senang hingga ia tidak mampu mengucapkan apapun dengan kata-kata.

Dewi Ayu tidak percaya, ia langsung protes.

"Tapi Bu, bagaimana kalau nanti terjadi apa-apa dengan Nara di dunia itu? Nara jadi tidak bisa melihat dan menggunakan kekuatan lagi! Apa ibu rela membiarkan ini semua? Bagaimana kalau manusia-manusia itu malah berbalik menyakiti dia?" ucap Dewi ayu.

"Kalau hal itu terjadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung Nara sendiri dari keputusan yang dibuatnya." ucap Dewi Arum.

"Untuk hal itu, ayah akan memastikan Nara baik-baik saja. Ayah akan selalu memantau Nara dari sini." ucap Surya kencana.

Nara merasa begitu senang dengan sikap mereka. Syukurlah...

Ia merasa sangat bangga dengan mereka hingga tak mengatakan apapun kecuali...

"Terima kasih Bu, Yah..."

Sore harinya. Nara kembali mendatangi kantor Putri akan tetapi dirinya tidak melihat ada Putri di ruang kerjanya. Semua orang juga sudah banyak yang meninggalkan ruang kerja tersebut untuk pulang.

Setelah sekian hari dirinya dikurung di dunia berbeda. Ia benar-benar tidak sabaran untuk menemui Putri kembali.

Sang kekasih pasti sangat kebingungan beberapa hari ini. Dirinya pasti akan memaki-maki dirinya karena hobi sekali kelayapan tidak jelas.

Nara pun memejamkan kedua matanya dan coba mencari dimana keberadaan Putri saat ini dan ternyata sebuah gambaran Putri sedang berjalan keluar dari lift lantai satu melintas di kepalanya. Putri dalam perjalanan keluar kantor saat itu.

Nara pun tersenyum dan segera membuka kedua matanya, ia segera beranjak dari sana dan pergi menyusulnya ke lantai satu.

Ketika sampai di lantai satu. Nara melihat Putri yang jalan didepannya, ia segera memanggil namanya dan melambai tangan.

Akan tetapi dirinya langsung menurunkan tangannya perlahan saat melihat sang kekasih sudah keduluan dialihkan atensinya oleh seorang pria berjas yang berlari ke arahnya. Dia adalah... Sultan.

Mereka saling jalan berdampingan bahkan tampak sangat akrab dari belakang. Apakah mungkin Putri secara diam-diam sudah berselingkuh dibelakangnya?

Tapi memang wajar sih, manusia mana yang mau dengan makhluk sepertinya. Hanya orang konyol yang mau dengan kekasih yang tembus pandang sepertinya.

Putri pasti akan sangat bahagia kalau dirinya memiliki seorang kekasih yang nyata seperti Sultan. Bukan sepertinya.

Nara pergi menghilang ketika itu juga.