Chereads / Kekasihku Penghuni Gunung Keramat / Chapter 27 - Kenapa enggak dari dulu

Chapter 27 - Kenapa enggak dari dulu

Melissa merasa terganggu ketika itu, jelas-jelas Panji menghiraukan dirinya begitu saja hanya untuk mengambil perhatian Putri. Ia cukup kesal dengannya.

"Put, lo pulang sendirian? Ayo pulang bareng. Ada yang mau gue omongin." ucap Panji tiba-tiba. Tentu saja Putri kaget dengan sikapnya yang mendadak mau mengantarnya pulang.

Apalagi Nara yang sejak tadi berada disampingnya terlihat tidak nyaman. Putri dengan cepat melepas tangannya dari Panji. "Sori Pan..."

Belum selesai bicara, Sultan tiba-tiba muncul dari belakang mereka dan berkata.

"Karena Putri akan pulang bareng saya sekarang. Put ada yang ingin saya bicarakan sama kamu." ucap Sultan. Putri dan kedua temannya itu kaget bukan kepalang.

Kenapa bisa-bisanya orang sekelas direktur seperti Sultan ingin mengantarnya pulang?! Itu pikir Putri. Ia benar-benar gugup dan merasa ini tidak masuk di akal.

Terlebih ekspresi Nara saat itu sangat tidak terima. Putri bingung, kalau Nara marah lalu pergi lagi seperti kemarin dan tidak pulang-pulang ke rumahnya, Putri bisa merasa kebingungan lagi mencarinya.

Putri pun mau tak mau mengatakan ini pada mereka. "Plis maaf banget Pak Sultan atau Panji. Saya harus pamit pulang duluan. Permisi!" ucap Putri lantas berlari meninggalkan mereka.

Nara mengikutinya, berlari mengejar. Hingga tiba saatnya di tempat parkir, Nara menjangkau tangan Putri dan menghentikan larinya. "Tunggu, Put."

Putri melihat ke arahnya.

"Kamu kenapa pergi gitu? Kamu enggak takut dimarahi sama direktur kamu itu?" tanya Nara.

"Ya lo sendiri emang enggak ngerasa risih gue dekat sama dia? Gue mikirin elo Nar. Bukan mereka." ucap Putri. Nara terdiam memandangnya lalu berakhir tersenyum. Entahlah, kenapa ya ia merasa seperti diutamakan oleh wanita ini.

"Kamu mau langsung sampai?" tanya Nara. Putri keheranan dengan perkataannya. "Maksudnya?" tanya wanita itu.

"Pegang tangan saya dan pejamkan mata." ucap Nara. Putri masih keheranan. Ia tidak mengerti apa maksudnya.

Nara pun segera memegang tangan Putri lalu menyuruh Putri untuk memejamkan mata. Wanita itu pun mau tak mau memejamkan matanya.

Tiba-tiba mereka sudah sampai didepan pagar rumah Putri lengkap juga dengan motornya. Putri pun bukannya kaget lagi bahkan sampai ternganga karena saking tidak percayanya.

"E-elo. Kok bisa sih! Langsung nyampe ke rumah hahaha. Keren banget!" ucap Putri tidak menyangka.

"Lo beneran bakat Nar jadi pesulap hahaha." tawa Putri begitu senang, melihat Putri sesemringah itu pun tak pelak membuat Nara ikutan senang.

"Kalo tahu gini mah gue enggak usah capek-capek naik motor Nar, cuma tinggal di tringin sama lo aja langsung nyampe haha." tawa Putri, Nara ikut tertawa.

Masih di sekitaran kantor. Panji dan Melissa saling jalan berdampingan menuju tempat parkir. Mereka saling terdiam satu sama lain, Panji mendadak teringat dengan perkataan Melissa tadi.

"Oh iya, lo tadi mau ngomong apa Mel?" tanya Panji.

"Gue pengen minta maaf sama lo, karena waktu itu gue udah ngebentak kalian semua." ucap Melissa.

"Oh, iya enggak apa-apa. Santai aja lagi. Cuma emang si Doni pasti masih agak-agak kesal sama lo. Cuekin aja ya." ucap Panji. Melissa tersenyum.

"Iya Pan." ucapnya merasa cukup senang dengan respon baiknya.

"Kalo boleh gue tau. Lo tadi mau ngomong apa Pan sama Putri?" tanyanya penasaran.

"Oh itu, gue mau ngomong tentang keanehan Putri belakangan ini. Elu ngerasa gak sih dia belakangan ini aneh banget? Suka ngomong sendiri. Gue yakin ada apa-apa sama dia." ucap Panji, Melissa tersentak.

"Hah? Putri ngomong sendiri? Gue enggak ngeh sih soalnya enggak dekat dia juga belakangan ini. Tapi emang itu benar ya? Apa mungkin ada hubungannya sama hal mistis waktu itu?" tanya Melissa.

"Iya kayaknya. Tapi udahlah nanti aja gue tanya lagi ke dia. Oh iya, lo pulang sendirian?" tanya Panji.

"I-iya sendiri." ucap Melissa sudah pede saja kalau dirinya bakal ditawar antar pulan dengannya.

"Yaudah hati-hati ya. Gue duluan." ucap Panji yang langsung pergi dari sana, meninggalkan Melissa dalam keadaan patah hati. Ia gemas sendiri jadinya.

"Ish! Ngeselin banget sih, kirain mah mau nganterin gue! Tau-taunya pergi gitu aja! Dasar Panci!" gerutunya empet.

Di rumah Putri.

Malam harinya Putri sedang duduk berduaan dengan Nara diatas balkon. Dari atas sana juga Putri bisa melihat rumah diseberangnya, rumah mewah milik Sultan.

Putri tahu kalau Sultan sama-sama sudah pulang ke rumahnya, itu terlihat dari mobil yang sudah terparkir di garasinya.

"Nar, kalo misal nih ya. Gue lagi enggak sama elo, misal ke kamar mandi atau ganti baju pas elo enggak ada. Gimana kalo misal tiba-tiba muncul makhluk nyeremin kayak waktu itu terus neror gue dan makan toh gue?! Gue takut sumpah Nar." ucap Putri trauma.

"Ya mau gak mau saya harus terus berada disamping kamu." ucap Nara.

"Hah? Maksudnya lo ikut masuk ke kamar mandi gitu pas gue lagi didalam?!" tanya Putri.

"Mungkin, hehe."

"Gila kali ahhh."

"Kalo enggak saya bisa tutup mata deh, atau saya berjaga diluar kamar mandi kamu. Gimana?" usul Nara.

Putri terdiam, mempertimbangkan perkataannya sejenak. "Terserah deh." ucap Putri.

"Maaf ya, kamu udah lelah ya sama semua ini? Apa sekarang kamu berniat ingin memutus kontrak diantara kita?" tanya Nara.

"Enggak Nar. Bukan gitu. Gue enggak niat mengakhiri kontrak diantara kita. Gue cuma ngerasa bingung aja. Gue ini penakut banget soalnya. Lo tahu sendiri kan gue emang sifat bawaannya begini. Gue parnoan, suka mikir yang enggak-enggak, terus sukanya nyusahin elo." ucap Putri.

"Enggak kok kamu enggak nyusahin saya. Bahkan saya selalu siap kapanpun untuk melindungi kamu. Bahkan hingga kamu tidak bernafas lagi, saya akan selalu setia di samping kamu. Saya berjanji." ucap Nara, Putri tersentuh ia ikut tersenyum memandangnya.

Tanpa sadar muncul keinginan didalam hatinya untuk memeluk Nara ketika itu.

"Nar... Gue nyesel banget baru ketemu lo sekarang-sekarang, kenapa enggak dari dulu gue ketemu dan kenal sama lo. Dan satu hal terakhir yang gue pengenin dari lo adalah... Gue pengen bisa menikah sama lo salam keadaan nyata, bukan ghaib. Apa itu bisa Nar? Dimana semua orang bisa melihat lo termasuk orang tua gue." ucap Putri.

Nara tersenyum dan membelai lembut poni rambut Putri. "Saya akan memastikan keinginan kamu itu menjadi kenyataan. Jangan khawatir, asalkan kamu mau menunggu dan bersabar. Saya pasti akan mewujudkannya." ucap Nara.

Putri semakin gemas dengan makhluk tampan ini. Ia pun memeluknya kembali dengan erat.

"Naraaa... Gue suka banget sama looo!" ucap Putri dibalik benaman pelukannya dengan perasaan antusias.

Tiba-tiba saja suara teriakan Sultan terdengar dari seberang rumah sana.

"PERGI!!"

Putri dan Nara sepintas langsung menyudahi pelukannya. "Nar, kayaknya itu suara Sultan deh. Apa mungkin ada hal buruk terjadi sama dia?" tanya Putri cemas.

"Ayo kita kesana." ucap Nara segera bangkit, Putri pun mengikutinya. Mereka pergi dari sana.

Ketika menuruni tangga rumahnya, ternyata entah ibu, ayah atau kakaknya juga mendengar suara teriakan itu. Mereka juga ikut-ikutan kepo dan cemas.

"Itu kayaknya dari rumah depan deh." ucap Kirana.

"Apa jangan-jangan dia ngeliat penampakan?" tanya Ratih.