"Coba kamu liat gih, katanya itu rumah bosmu?" suruh ayahnya.
Putri pun mengangguk dan segera berlari keluar dari rumahnya, menuju rumah mewah diseberangnya disusul oleh Nara dibelakangnya.
Disaat Putri berniat akan membuka pintu rumah Sultan, pintu itu sudah dibuka duluan oleh sang pemilik rumah.
Mereka berdua sontak saja sama-sama kaget dan saling berteriak ketika tubuh saling bertubrukan satu sama lain. Dan mereka terjatuh.
"Bapak?" tanya Putri.
"Put, kebetulan... Itu barusan ada kuntilanak Put. Saya gak bisa tidur kalo gini, bisa-bisa kayak semalem lagi nanti. Ogah deh saya mending tidur di kantor lagi." ucap Sultan.
Putri diam-diam tertawa mendengar penjelasannya, lucu saja seorang direktur malah takut hantu. Kirain hantu juga ikut hormat selama dia menjadi direktur.
"Dih, kenapa kamu ketawa? Senang kamu saya digangguin gini?" tanya Sultan merasa dihina karena ditertawai.
"Iya Pak, maaf. Tapi apa bapak udah coba hubungin orang pinter kayak kyai atau apa gitu buat ngerukyah rumah ini?" tanya Putri.
"Belum sih. Saya belum sempat, terlebih saya enggak punya kenalan yang ahli supranatural kayak gitu. Udahlah saya minta bantuan kamu aja. Kamu punya kenalan ahli supranatural kan? Atau ada tetangga sini yang bisa ngatasin hal-hal kayak gitu?" tanya Sultan.
Putri terdiam berpikir, entah kenapa seluruh matanya kini beralih pada Nara yang ada disebelahnya, lantas saja Nara yang dilihat seperti itu bertanya heran. "Apa?"
Putri berbisik sedikit. "Kamu bisa bantu ngusir hantu di rumah ini gak?" tanya Putri.
"Saya sih lebih suka melihat dia ketakutan seperti ini hehehe." ucap Nara.
"Tega banget sih kamu. Udah sih, bantuin." bisik Putri. Sultan kembali melihat Putri berbicara sendiri. Ia diam-diam memperhatikan Putri saat itu dengan perasaan heran.
"Gimana? Ayo dong kasihan dia, nanti enggak bisa tidur repot." tanya Putri.
"Yaudah, saya akan coba." ucap Nara.
Putri pun langsung berkata. "Yaudah Pak, oke. Bisa hehe."
"Oke? Bisa apa maksudnya?" tanya Sultan heran.
Putri cengengesan.
"Eh, hehe... Bi-bisa... Saya bisa mengusir hantu dari rumah bapak." ucap Putri.
"O-oh beneran?" tanya Sultan.
"Iya Pak. Saya masuk ya sekarang?" ucap Putri. Sultan mengiyakannya dan mempersilakan Putri untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
Putri jalan langkah demi langkah memasuki rumahnya, kalau saja tidak ada Nara memandunya didepan tentu ia tidak akan berani memasuki rumah itu, apalagi mengaku-ngaku jika dirinya bisa mengusir hantu itu.
Disamping itu Sultan juga terus mengikutinya dibelakang.
"Pembantu bapak kemana? Kok enggak ada?" tanya Putri dengan mata menerawang ke atas, depan maupun sekitar, memasang mata khawatir hantu itu tiba-tiba muncul.
Sultan menjawab. "Dia udah pulang, dia pulang pergi soalnya. Bukan menginap." ucap Sultan yang masih takut-takut melangkah.
"Ngomong-ngomong tadi bapak ngeliat hantunya dimana?" tanya Putri yang cukup terpukau ketika melihat luas, besar dan rapihnya rumah tersebut. Rumah orang kaya memang beda ternyata.
"Di kamar saya, di lantai atas. Kamu mau cek kesana?" tanya Sultan.
"Iya Pak saya mau cek kesana." ucap Putri.
"Yaudah kamu aja ya, saya tunggu dibawah sini. Masih trauma soalnya." ucap Sultan.
Putri mengiyakannya, ia mengekori Nara yang sudah duluan naik ke atas tangga.
"Nar, jangan cepet-cepet dong." ucap Putri yang kewalahan mengikuti tempo jalannya. Nara segera memelankan jalannya. Ia tetap berjalan ke depan, menuju satu kamar yang terbuka disana dan ada beberapa bantal tergeletak diatas lantai.
Sepertinya Sultan saking paniknya sampai melempar bantal-bantal itu hingga tergeletak di lantai.
Nara segera mendekati pintu kamar itu perlahan, Putri ketakutan disana, ia mencengkeram pergelangan tangan Nara selagi mereka terus mendekati ke arah pintu.
"Nar, tunggu dulu. Gimana kalo tiba-tiba hantunya cilukba gitu dari belakang pintu?" tanya Putri sangat ketakutan.
"Hehe... Enggak, tenang aja. Kalau dia nyerang, akan saya serang balik." ucap Nara.
Langkah demi langkah mereka memasuki kamar, dalam hitungan satu... Dua... dan tiga seiring langkah kaki terus berjalan... Mereka pun akhirnya sampai didalam kamar tersebut.
Dan sontak saja Putri langsung menutup kedua matanya saat itu juga, merasa sangat takut, memeluk bahu Nara kuat.
Tapi anehnya Nara hanya terdiam ketika itu, tidak ada apapun yang ia lakukan. Apakah mungkin hantunya...
Putri pun segera membuka kedua matanya lalu ia lihat kamar megah yang tidak ada apapun kecuali selimut yang berantakan dan menjuntai ke bawah. Tidak ada hantu, kuntilanak atau apapun di kamar itu.
Putri terheran."K-kok enggak ada apa-apa Nar?" tanya Putri.
"Sepertinya dia sudah pergi." ucap Nara.
"Beneran nih udah pergi? Nanti tiba-tiba muncul lagi?" tanya Putri masih takut.
Nara pun inisiatif berkeliling mata mencari hantu itu, ia lihat ke sekitar di tiap sudut ruang-ruang itu. Sembari itu dia berkata.
"Hey kamu dimana? Keluarlah cepat! Saya ingin berbicara sama kamu!" ucap Nara dengan nada tinggi.
Akan tetapi sayangnya ia tidak dijawab atau direspon apapun. Hantu itu benar-benar tidak ada.
Meski begitu Nara masih tetap mengajaknya berbicara.
"Ayo tunjukkan dirimu! Hadapi saya kalau berani! Kamu pikir dengan bersembunyi seperti itu bisa membuatmu lepas dariku hmm?" tanya Nara.
Masih tidak ada yang menjawabnya. Nara pun terdiam sejenak, ia kemudian beralih pada lemari maupun kamar mandi yang ada di dalam kamar itu, ia buka. Akan tetapi masih tidak ditemukan hantu itu.
Putri mendekatinya. "Kayaknya memang udah pergi hantunya Nar." ucap Putri. Nara menimbang perkataannya, ia sepenuhnya masih belum yakin dengan perkataan itu.
"Udah deh kita balik aja. Nar. Udah pergi hantunya. Udah malem juga." ucap Putri seraya pergi dari sana.
Nara mengikutinya. Mereka berjalan keluar dari kamar, menuruni tangga kembali kemudian menemui Sultan yang berdiri dibawah tangga sana.
"Gimana? Kamu udah mengusir hantu itu?" tanya Sultan antusias, mengira kalau hantu itu sudah diusir oleh Putri.
"Enggak diusir sih Pak. Cuma hantunya hilang sendiri pas saya ke kamar bapak." ucap Putri.
"Hmm gitu ya." ucap Sultan. Putri mendadak merasa sangat kebelet buang air kecil. Bahkan ia merasa jika air kencing itu sudah diujung sekali, ia tidak bisa langsung lari ke rumahnya karena sudah sangat diujung hampir ingin keluar. Ia bisa-bisa pipis di celana!
"D-duh Pak kebelet. Saya ijin ke toilet bentar ya. Di lantai ini ada toilet pak?" tanya Putri.
"Oh, itu disana." unjuk Sultan ke arah toilet berpintu biru di sebelah kanan tangga. "Makasih pak." Putri langsung ngibrit ke toilet detik itu juga. Sultan sedikit terkekeh melihatnya.
Nara memperhatikan Sultan dan kelihatannya Sultan memang sedikit menganggap Putri berbeda, apa hanya perasaannya saja ya?
Nara tidak ikut ke dalam toilet, dirinya hanya terdiam disana menunggu Putri selesai dari toilet.
Putri masuk ke dalam toilet, kunci pintunya lalu buka celananya dan menjongkok.
Ia keluarkan urin yang tak tertahan itu cukup banyak. Setelah itu pun ia guyur dan bersihkan, ia kancingkan kembali celananya, tapi tiba-tiba saja ia merasa jika ada yang memperhatikan didepannya.
Ia pun menoleh ke depan, kuntilanak berdaster itu muncul tepat dihadapannya. Ia melotot kaget dan langsung menjerit sekencang-kencangnya ketika itu. "HWAAAA!"
Nara dan Sultan yang mendengarnya pun langsung berlari dengan panik menuju arah kamar mandi. Dan gedor-gedor pintu yang terkunci itu. "Putri?!"