Chereads / Kekasihku Penghuni Gunung Keramat / Chapter 26 - Cinta buta?

Chapter 26 - Cinta buta?

Putri sesegera mungkin mengambil guntingnya, ia melepas tangannya dari meja dan selagi ia terus terseret, ia gunting rambut makhluk itu dari kakinya, secepat mungkin dirinya terus menggunting hingga pada akhirnya rambut itu pun terpotong semua dari kakinya.

Putri yang saat itu berada sangat dekat dengan sang makhluk langsung saja ngibrit secepat mungkin darinya.

Ia berlari sejauh mungkin, akan tetapi makhluk itu tampaknya tidak mau melepas Putri begitu saja. Makhluk itu mengejar Putri secepat kilat.

Putri coba cari jalan keluar, tapi dirinya tidak menemukan pintu keluar manapun, ia pada akhirnya pun masuk ke dalam ruang kerja Sultan yang kosong.

Putri menutup pintu itu dan menguncinya dari dalam. Akan tetapi pintu itu berhasil didobrak bahkan sampai jatuh ke atas lantai. Putri tersontak kaget, ia bingung harus kemana lagi.

Bahkan ia bisa melihat makhluk itu kini tersenyum menyeringai, memperlihatkan gigi taringnya dan air liurnya yang menyecas. Putri menangis, ia pasrah.

Ia menjatuhkan dirinya ke lantai seiring makhluk itu semakin mendekatinya hingga pada akhirnya berada tepat dihadapan Putri, kepalanya diatas kepala Putri dengan mulutnya yang terbuka lebar bersiap akan melahap kepala Putri.

Tapi, baru akan melahapnya tiba-tiba makhluk itu mematung. Berhenti bergerak sama sekali. Putri pun merasa aneh, hingga pada akhirnya Putri melihat makhluk itu terjatuh ke lantai dan hilang jadi debu.

Putri tersontak saat melihat Nara ada dihadapannya dengan tangan memegang keris yang terhunus.

Jadi ternyata Nara baru saja menghunus makhluk itu dengan keris. Putri merasa sangat lega dan bersyukur sampai dirinya menangis terharu karena itu.

Nara memeluknya yang tampak sangat rapuh itu dan mengusap-usap punggungnya, coba menenangkan.

Putri terus menangis, tubuhnya gemetar. Nara memahami jelas apa yang sedang kekasihnya rasakan saat itu.

"Sudah, jangan menangis lagi. Ada saya disini."

Kehadiran Nara saat itu benar-benar membuat Putri merasa tenang dan lega.

Ngomong-ngomong kemana saja dia baru datang saat ini?! Tiba-tiba menghilang lalu kemudian datang lagi disaat paling dirinya butuhkan!

Putri segera melepas pelukannya lalu berkata.

"Kemana aja sih?! Dari kemarin hilang baru nongol sekarang. Gue yakin lo niat mau ngeduain gue kan di dunia sana? Atau lo cemburu terus niat ninggalin gue gitu kan?!" tanya Putri kesal.

Nara tersenyum lalu mencubit pipinya. Putri merintih kesakitan.

"Kamu pikir saya akan semudah itu meninggalkan wanita yang sudah saya tunggu sejak lama?" tanya Nara.

"T-terus kenapa tiba-tiba ngilang?" tanya Putri heran.

"Saya habis dari dunia asal saya." ucap Nara. Putri tersentak. "N-ngapain?"

"Menemui ibu dan ayah saya. Sekaligus memberitahu tentang keinginan saya untuk mempersunting kamu." ucap Nara.

Putri terbelalak bahkan saking kagetnya hingga sampai batuk-batuk, entah dia keselek atau apa.

"T-terus gimana hasilnya?" tanya Putri. Nara terlihat lesu saat itu, ia cenderung memalingkan wajahnya ke arah lain. Seakan ada yang dihindari.

"Apa Nar?" tanya Putri semakin memojokkannya.

Nara kembali melihatnya.

"Hasilnya tidak bagus. Sepertinya bukan sekarang-sekarang kita melangkah ke arah itu. Atau bisa jadi juga cara penyampaian saya tadi salah, mungkin lain waktu ya." ucap Nara tersenyum tipis.

"O,oh gitu." ucap Putri, entah kenapa ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak sepenuhnya keluar dari mulut Nara.

Seakan masih ada yang disembunyikan oleh lelaki ini. Kenapa ya dia memilih untuk bungkam?

Tapi jujur Putri merasa begitu senang bisa melihat kesungguhan Nara, ingin mengenalkan dirinya pada kedua orang tuanya.

Meski pada nyatanya Putri pun tahu, kalau mereka sebangsa makhluk tak kasat mata.

"Akhh Putriii!! Cinta macam apaan yang membuat lo jadi buta begini?! Gue bahkan paham betul kalo Nara itu bukan manusia, tapi cowok kayak dia benar-benar langka!! Gue musti gimana!!" teriak Putri dalam hati.

Beberapa saat kemudian, Putri kembali bekerja. Di jam kerja itu, dirinya saling mengobrol dengan Nara yang saat itu duduk disebelahnya.

Meski bicaranya agak ia pelankan karena khawatir ketahuan beberapa orang disekitarnya.

"Tadi itu makhluk apa sih? Kok tiba-tiba nyerang gue sampe segitunya? Gila nyeremin banget sumpah." bisik Putri sembari mengetik sesuatu di komputernya.

"Itu tadi siluman jahat. Biasanya orang yang mata batinnya sudah terbuka seperti kamu akan menjadi sasaran banyak makhluk jahat seperti dia." ucap Nara.

Putri kaget. "S-sasaran? T-terus gimana... Apa gue bisa mati kalau dimakan sama dia?" tanya Putri cemas.

"Bukan tubuh kamu yang mati, tapi roh kamu yang dimakan sama dia. Kalau roh kamu dimakan, otomatis tubuh kamu juga akan mati cepat atau lambat." ucap Nara.

Putri merasa ngeri. Ia mengusap wajahnya.

"Sama aja itu."

"Terus gue harus gimana dong? Gue masih belum mau mati." tanya Putri ketakutan.

"Apa sekarang kamu berniat ingin memutuskan kontrak kita?" tanya Nara. Putri terdiam berpikir, bimbang.

"E-emang enggak ada cara lain?" tanya Putri.

"Ada cara lain untuk menghindari serangan mereka." ucap Nara.

"Apa?"

"Ada dua cara, pertama kamu harus mempelajari teknik perlindungan atau cara kedua saya harus selalu ada disampingmu. Melindungi kamu." ucap Nara.

"Hah? Gue belajar teknik perlindungan? Kayak gimana tuh?" tanya Putri yang langsung tersadar kalau beberapa orang termasuk ketiga temannya terheran dengan keberisikannya. Aisyah berkata.

"Lo ngomong sama siapa Put?" tanya Aisyah heran.

Putri cengengesan. "Eh hehe enggak. La-lagi belajar akting sama lalet. Hehe." ucap Putri, kembali menoleh ke arah Nara. Meneruskan obrolannya dengan Nara.

Tidak sadar jika didepan sana Sultan terus memperhatikan Putri, ia terlihat begitu curiga dengan sikap Putri yang seolah sedang berbicara dengan seseorang.

Seakan ada yang ia pikirkan begitu rumit didalam kepalanya saat itu. Dan semua kerumitan itu ia pendam seorang diri.

Ternyata disaat yang sama juga ada Panji yang terus memperhatikan Putri dari meja kerjanya, ia juga kelihatan heran melihat Putri berbicara sendiri seperti itu.

Tepatnya ia masih ingat dengan kejadian beberapa waktu lalu dimana Putri seakan mengajak seseorang untuk pergi dari kantin, padahal tidak ada yang sedang berbicara dengannya ketika itu.

Panji mulai berpikiran aneh-aneh mengenai ini. Apakah Putri bisa berbicara dengan makhluk tak kasat mata?

Atau dia hanya berhalusinasi karena terlalu banyak pikiran mengenai perjodohannya?!

Hal ini tentu yang harus Panji selidiki sesegera mungkin.

Sore harinya waktu pulang tiba. Banyak karyawan sudah keluar dari ruangannya dengan membawa masing-masing tas.

Berbeda halnya dengan Panji yang masih tampak menunggu seseorang didepan sana. Melissa melihat Panji, ia pun mendekatinya seraya membawa tasnya.

"Kamu ngapain Pan?" tanya Melissa yang agak menurunkan intonasinya agar tidak terkesan terlalu sok dekat atau sok akrab.

"Oh elo Mel, gue lagi nunggu orang." ucap Panji. "Siapa?" tanyanya heran.

"O-orang sih hehe." ucap Panji terkesan menyembunyikan.

"Ya orang, siapa bilang kambing?" tanya Melissa merasa aneh.

Panji mencoba alihkan perhatian. "Elo sendiri enggak pulang?" tanya Panji.

"Enggak, oh iya Pan. Gue mau ngomong soal waktu itu." ucap Melissa tapi perkataannya itu langsung diabaikan pleh Panji karena pria itu lebih fokus ke arah Putri yang ada dibelakang sana.

Panji memanggil Putri yang saat itu berniat akan pulang juga. "Put!" panggilnya.