Putri maupun Aisyah deg-degan. Bagaimanapun mereka takut berurusan dengan direktur perusahaan itu. Meski begitu Putri coba memberanikan diri menoleh takut-takut.
"I-iya Pak?" tanya Putri.
"Kamu tunggu disini. saya ingin bicara sama kamu. Dan kamu bisa tolong tunggu diluar?" pinta pria itu pada Aisyah.
Aisyah pun mengangguk takut. Ia segera pergi dari sana, Putri merasa seperti seorang anak yang ditinggal emaknya. Saat Aisyah pergi ia hanya bisa meratapi kepergiannya.
Hal yang perlu Putri ketahui kalau orang yang ada dihadapannya saat ini adalah Sultan. Pria yang menabrak sekaligus membawa Putri ke rumah sakit.
Itulah alasan kenapa Sultan sejak tadi terlihat tidak percaya saat melihat Putri ada di perusahaannya. Ternyata dia adalah karyawan di perusahaan yang baru-baru ini ia pimpin.
Putri terlihat ketakutan, khawatir jika dirinya ditanya apa-apa oleh orang itu.
Apakah dia berniat mewawancarai dirinya terkait banyaknya cuti yang ia ambil belakangan ini?! Itu pikir Putri.
"Kamu... Putri Maharani?" tanya Sultan memastikan. Putri tersentak. Ia langsung membatin. "Dia bahkan tahu siapa nama gue! Dia pasti bakal motong gaji gue sekarang!"
"I-iya Pak, saya." jawab Putri terbata.
"Apa kamu tidak ingat siapa saya?" tanya Sultan.
Putri langsung tersentak. "Eh?"
"M,maksud Bapak?" tanya Putri.
"S-saya... Adalah orang yang menabrak kamu waktu itu." ucap Sultan. Putri sepintas kaget.
"E,eh? Bapak yang nabrak saya? Yang kemarin itu?" tanya Putri mencoba memastikan. Sultan tersenyum tipis.
"Iya.. Saya ingin mengucapkan permohonan maaf sebelumnya karena saya sudah menabrak kamu dan tidak lagi menjenguk kamu setelahnya sampai kamu sadar. Tapi kemarin saya sempat pergi ke rumah sakit untuk menjenguk kamu, tapi sayangnya kamu sudah pulang. Saya memohon maaf sekali lagi. Kalau kamu masih merasakan sakit atau apapun, kamu bisa bilang ke saya biar saya antar kamu kembali ke rumah sakit. Atau kamu kalau ingin libur lagi boleh, saya akan mengijinkan." ucap Sultan tidak enak.
Putri menolak. "E-enggak Pak, saya udah sehat kok Pak. Makasih atas tawarannya hehe." ucap Putri. Sekaligus ia membatin.
"Dia nanyain inget gue apa kagak, ya mana gue inget... Dianya aja nongol pas gue koma." batin Putri.
Di ujung sana tampak Nara muncul melihat mereka dari kejauhan. Ia cukup penasaran dengan apa yang mereka bicarakan saat itu.
Ia pun mencoba mendekati mereka hingga sampai berada disamping Putri ketika itu. Putri sedikit kaget melihat ada Nara disana.
Sultan sepintas langsung teringat dengan kejadian aneh yang terjadi ketika dirinya menjenguk Putri waktu di hari pertamanya ia dirawat di rumah sakit.
Semenjak saat itu dirinya selalu bertanya-tanya apakah penyebab dirinya mengalami hal aneh itu dikarenakan dosa besarnya yang telah menabrak Putri? Ia terus dirundung rasa bersalah semenjak saat itu.
Putri merasa jika dirinya terus ditatap oleh Sultan.
"Sepertinya dia mulai menyukai kamu." ucap Nara melipat kedua tangannya di dada, apakah ia cemburu?
"Saya permisi dulu ya Pak. Mau makan siang. Keburu waktunya habis." ucap Putri berpamitan.
"Oh, iya. Silahkan." ucap Sultan mengijinkannya pergi begitu saja.
Beberapa saat kemudian, di kantin. Putri dan Aisyah melihat Panji serta Doni sedang makan di kursi ujung sana.
Mereka segera mendekati dua teman lelakinya itu dengan membawa masing-masing makanan. Mereka berdua duduk berhadapan, lalu salah satu dari mereka berkata. Doni.
"Lama banget sih kesininya? Tidur dulu? Atau pup dulu?" tanya Doni.
"Kagak, itu si Putri abis diinterogasi sama pak direktur, jadinya ngaret deh." ucap AIsyah. Doni terheran.
"Direktur yang baru itu? Kok bisa?" tanya Doni, Panji ikut penasaran meski sembari itu mereka terus memakan makanannya.
"Tau tuh Putri, nanyain apa sih dia? Pake segala enggak ngasih tahu lagi. Kalian pacaran ya Put?" tanya Aisyah.
"Jangan ngaco deh, mana ada gue pacaran sama dia. Bukan apa-apa kok, dia cuma nanyain apa pekerjaan gue udah kelar apa belom, gitu doang. Dan nanyain kenapa gue cuti lama, ya gue cerita kalo gue berturut-turut kecelakaan, terus dia manggut aja." ucap Putri sedikit merekayasa cerita.
Ia hanya tidak mau ketiga temannya itu curiga apalagi memberitahu kalau Sultan yang menabraknya sampai koma.
Bisa-bisa.... Ribud!
Tahu sendiri yang namanya Doni sama Panji itu paling suka cari keributan kalau salah satu teman kerjanya terluka.
Meski itu cukup baik, solidaritas yang tinggi ya memang bagus. Putri pun jujur sangat senang berteman dengan mereka.
Mereka kini saling terdiam setelah mendengar penjelasan Putri barusan, saling sibuk memakan makanan masing-masing, terlebih Panji dan Doni yang kini sudah menghabiskan makanannya hingga salah satu dari mereka sibuk mengorek gigi.
"Ngomong-ngomong kalian mau nanya apa tadi?" tanya Putri kembali mengingatkan pembicaraan tadi di kantor.
Menyangkut perkataan Doni yang katanya tadi ingin bertanya padanya. Doni pun bersuara.
"Ini mengenai perjodohan, lo udah dikasih tahu kan sama orang tua lo?" tanya Doni.
"I-iya." balas Putri gugup. Bersamaan dengan itu Nara tiba-tiba muncul dan duduk disebelah kiri Putri. Mengikuti pembicaraan mereka.
"Gimana? Lo kepikiran mau nikahin Panji?" tanya Doni diselingi tawa.
Putri merasa sedikit tidak enak mau menjawabnya bagaimana soalnya orang yang sedang dibicarakan ada di depannya. Ingin menolak tapi gimana.
Tapi tetap Putri memberanikan diri untuk keluar dari kegugupannya itu.
"U-udahlah ngapain sih segala ributin masalah pernikahan gue. Gue itu pasti bakal nikah kok tapi ya nanti-nanti sampe gue ketemu sama orang yang pas." ucap Putri.
"Jadi Panji bukan orang yang pas buat lu?" tanya Doni masih tertawa.
"Ya enggak gitu. Gue cuma enggak mau nikah atas dasar paksaan, dan belum tentu juga Panji mau sama gue. Gue tahu jelas lah kalo Panji punya orang yang dia suka, gue enggak bakal ganggu gugat hal macam begituan. Panji juga, lu mau aja lagi disuruh nikah-nikahan gini." ucap Putri.
"Gue enggak disuruh nikah sama orang tua lo, tapi gue pengen nikahin lo karena keinginan gue sendiri." ucap Panji, mereka langsung tersentak. Doni jadi tertawa, Aisyah mencie-ciekan mereka sedangkan Putri tercengang.
"Tuh kan, udah deh kalian nikah aja hahaha." ucap Doni.
"Wah kesempatan tuh Put. Kawin gih." ucap Aisyah.
"Tunggu, lo mau nikahin gue atas apa sih sebenarnya? Mau jadiin gue bini kedua lo gitu? Melissa yang pertama?" tanya Putri, yang karena kepolosannya itu tak pelak langsung menghadirkan tawa Doni maupun Aisyah.
Meski Panji sendiri agak sebal dikatakan seperti itu. "Kagak lah apaan sih." ucap Panji.
"Ya terus karena apa?" tanya Putri mencecar.
"Y-ya karena... Pengen nikahin lo." ucap Panji.
"Aneh banget sih, orang mau nikahin tuh karena cinta, lah ini... Masa enggak ada alesannya? Oh! Atau lo mau nikahin gue karena merasa kasihan doang? Iya kan?" tanya Putri kesal.