Chapter 25 - Diteror

"Ada, tuan didalam, bersama ibu tuan." ucap salah satu dari mereka. Nara pun segera melangkahkan dirinya memasuki gerbang.

Di hadapannya kini berdiri sebuah istana yang sangat megah dan luas. Ia masuk ke dalamnya, langkah demi langkah ia berjalan, siapapun yang menemuinya lantas bersimpuh atau membungkuk. Entah itu pelayan, penjaga ataupun prajurit.

Setelah melewati banyak ruang dan luasnya istana, akhirnya ia pun sampai ke depan singgasana.

Disana terduduk dua orang paling penting di kerajaan tersebut, itu adalah Pangeran Surya kencana dan Dewi arum sari yang merupakan ibu dan ayah kandungnya.

Nara membungkuk sebentar pada mereka berdua. "Ibu, ayah. Aku pulang." ucap Nara.

"Apa hal yang membuatmu begitu lama berada di dunia sana? Apa sesuatu sudah menarik hatimu hingga membuatmu berlama-lama?" tanya Dewi.

"Aku ingin menikahi seorang manusia, Ibu." ucap Nara. Kedua orang tuanya langsung tersentak setelah mendengarnya.

"Apa?!" tanya Surya kencana tidak percaya.

"Apa mungkin itu wanita manusia yang dijanjikan 25 tahun yang lalu anakku? Kamu benar-benar ingin mengambil janji itu?" tanya Dewi.

"Benar, ibu. Itu dia. Dan aku berniat untuk mengambil janji mereka itu." ucap Nara.

Surya kencana dan Dewi arum saling melihat satu sama lain.

Dan tampak khawatir dengan hal ini. Salah satu dari mereka pun berbicara padanya yaitu Surya kencana.

"Itu adalah janji yang sudah lama sekali terjadi dan tidak mungkin manusia seperti mereka akan mengingatnya. Apa kamu sudah yakin dengan pilihanmu itu? Pernikahan bukanlah sesuatu hal yang harus dipikirkan buru-buru. Pikirkanlah kembali Nak." ucap Surya kencana.

"Kenapa ayah melarang sendiri anaknya, sedangkan ayah sendiri pernah mengalami hal seperti ini dulu?" tanya Nara heran.

Surya kencana terdiam, ia serasa dicecar dengan perkataan menyudutkan itu. Ia hanya terdiam serba salah, tidak menjawab apapun. Dewi arum ikut angkat bicara.

"Tapi ini situasinya berbeda dengan keadaan kami dulu, dia manusia biasa yang tidak memiliki pertahanan apapun ketika bahaya menyerang. Kamu tahu sendiri kalau sudah terikat kontrak, pasti dia akan terbuka mata batinnya. Dia akan terus berhubungan dengan makhluk seperti kita, padahal tidak semua dari jenis kita itu baik." ucap Dewi arum.

Nara seakan tersentil dengan perkataan tersebut, maksudnya adalah Nara sengaja membuat Putri ke dalam jurang permasalahan kalau seperti ini.

Disitu Nara sedikit goyah. Tapi dibanding itu, didalam hatinya masih banyak keyakinan yang tersimpan.

"Aku... Sudah melakukan kontrak dengan dia." ucap Nara, kedua orang tuanya pun kaget bukan kepalang. "Ya ampun."

"Astaga. Apa kamu tidak memikirkan nasib dia ke depannya? Itu artinya sekarang dia sudah terbuka mata batinnya?!" tanya Surya kencana.

"I-iya." ucap Nara sedikit dicecar. Surya kencana tampak sangat marah ketika itu.

"Astaga. Kamu! Dan sekarang kamu membiarkannya saja tanpa pengawalan apapun?! Dari bahaya yang kapanpun bisa mengancamnya?!" tanya Surya kencana.

"Tenang saja ayah, saya sudah sebentar lagi akan kembali kesana." ucap Nara.

"Batalkan kontrak itu! Atau kamu akan menanggung akibatnya." ancam Surya kencana.

Nara mendecih.

"Apa akibat yang harus aku tanggung, Yah?" tanya Nara.

"Kamu sangat jauh berbeda dengannya, ayah enggak mau nanti kamu mengalami hal buruk seperti yang ayah alami dulu. Terlebih nanti anakmu juga akan mengalami hal yang sama sepertimu, memiliki darah setengah manusia dan jin!" ucap Surya kencana.

"Bukankah ayah pernah bilang ada cara untuk menjadikanku manusia seutuhnya?" tanya Nara.

Surya kencana tersentak.

"Apa kamu gila?! Kalau kamu ingin menjadi manusia seutuhnya, itu artinya kamu akan melupakan kita semua yang ada disini! Kamu berniat meninggalkan kami yang sudah membesarkanmu sejak kecil demi wanita itu?!" tanya Surya kencana tidak menyangka.

Nara menunduk terdiam. Ia sejujurnya masih belum kepikiran kalau dampaknya menjadi manusia adalah akan mengakibatkan dirinya kehilangan kontak dengan kedua orang tuanya. Ia pun lantas dirundung kebingungan ketika itu.

"Pikirkan lagi dengan baik. Masalahnya bukan karena kisah kalian sama atau tidak dengan kami. Tapi masa depan kalian nanti. Tentu hal ini juga akan ditentang oleh berbagai pihak. Bahkan cepat atau lambat setelah kontrak itu terjadi, calon istrimu itu pasti akan sering diincar oleh makhluk halus. Hidupnya tidak akan tenang." ucap Surya kencana.

Nara semakin terdiam menunduk. Terdapat dua hal berlawanan didalam hatinya saat itu. Keinginan ayahnya dan keinginan hati terdalamnya.

Ia bingung harus memilih yang mana.

Di jam makan siang, semua karyawan banyak yang sudah keluar dari ruangan masing-masing. Terkecuali Putri yang sudah ditinggal ketiga temannya.

Ia masih tetap berada di ruangannya mengerjakan pekerjaan didepan komputernya. Tiba-tiba ia merasakan seluruh ruangan itu gelap. Lampu secara serentak mati.

Putri mulai merasakan keanehan, apalagi ketika pintu ruangan itu menutup sendiri padahal tidak ada siapapun. Ia merasakan dirinya seakan dikurung didalam ruangan itu.

Ia mulai ketakutan, ia mulai berpikir aneh-aneh tentang itu. Ditambah tidak ada Nara disampingnya. Ia sesegera mungkin bangkit dari kursinya, berlari menuju pintu yang tertutup itu.

Sayangnya terkunci, ia coba berkali-kali menggedornya, berteriak kencang akan tetapi tidak ada yang datang, tidak ada jawaban.

Seakan yang berada diluar sana tidak ada yang bisa mendengar suaranya.

Ia masih berkali-kali menggedor pintunya dan meneriaki hal yang sama. Bersamaan dengan itu bulu kuduknya mulai berdiri, ia mulai merasakan di ujung sana aura hitam pekat mulai mendekat, menghitamkan seluruh ruangan tersebut dan semakin mengincarnya.

Dari balik asap hitam tersebut tiba-tiba menurunkan sesosok makhluk berwajah menyeramkan, berkaki delapan dan berambut panjang.

Ia merangkak dengan kakinya layaknya laba-laba, berjalan cepat hingga akhirnya tepat berada dihadapan Putri.

Sontak saja Putri langsung memekik kencang, ia reflek melempar kursi ke arah makhluk itu hingga dirinya terpelanting menubruk meja.

Putri sesegera mungkin berlari menjauhinya. Akan tetapi juluran rambut makhluk itu justru meluncur lurus mengejarnya hingga menarik kaki kanan Putri, yang kontan mengakibatkan dirinya terjatuh dan terus tertarik ke belakang, ke arah makhluk tersebut.

Putri merasa sangat ketakutan, ia panik bukan main. Apalagi ketika dirinya terus diseret seperti itu oleh rambut panjangnya.

Putri berkali-kali coba melepas kakinya dari rambut itu tapi sangat sulit, ia guncang-guncangkan kakinya atau sampai lempar makhluk itu dengan berbagai barang disekitarnya maupun kursi, tapi tetap saja tidak bisa membuat makhluk itu melepas kakinya.

Putri mau tak mau pun terus terseret, disaat seretannya semakin cepat, Putri menarik apapun yang ada di jangkauannya.

Kebetulan ada meja cukup besar dan juga berat, ia berpegangan pada meja itu, coba menahan diri dari tarikan rambutnya.

Putri begitu ketakutan, ia hampir ingin menangis, ia berteriak meminta tolong berkali-kali.

Akan tetapi tidak ada yang mendengar suaranya, seakan dirinya sedang berada di dunia terpisah ketika itu, di dalam dunia yang tidak bisa didengar oleh manusia manapun.

Rambut makhluk itu terus menarik kaki Putri. Sedangkan Putri terus-terusan bertumpu pada meja yang dipegangnya. Ia terus ditarik, bahkan meja yang terus dipegangnya kini semakin bergeser ke arah si makhluk menyeramkan itu. Putri terus merengek ketakutan.

"Ibu.... Tolongin Putri Bu!! Huwaaa... Putri belum kawin Bu... Putri belum naikin ibu haji, Putri juga masih banyak dosa. Tolongin Putri Bu... Putri masih mau hidup sama makan seblak Bu. Ibuuuu!!" rengek Putri ketika mejanya terus terseret ke arah makhluk itu, ia benar-benar dibuat ketakutan parah.

Lebih panik lagi saat mejanya semakin mendekat ke arah makhluk tersebut, Putri semakin kencang rengekannya.

Akan tetapi rengekannya mendadak terhenti saat dirinya melihat gunting yang ada di atas meja terjatuh. Ia langsung memiliki ide!