Kondisi Rheannon sulit memungkinkannya untuk berkemah. Udara di luar saat malam hari terlalu dingin, selain itu tempat tidurnya juga tidak nyaman. Namun di satu sisi, rombongan Hadrian tidak mungkin menginap di penginapan setiap malam, bisa-bisa mereka sampai di Paiton sebulan lagi. Maka dari itu, dalam perjalanan kali ini, meski hanya beberapa kali saja, mereka akan berkemah.
Sejauh ini keadaannya baik-baik saja, batin Hadrian saat memeriksa Rheannon. Setelah perkemahan yang kedua, suhu tubuhnya stabil dan tidak ada batuk-batuk lagi.
"Tolong bersabar sedikit lagi. Sore ini kita akan sampai di penginapan," kata Hadrian pada Rheannon. "Apakah kau merasakan sesuatu di tubuhmu?"
Rheannon menggeleng sebagai jawaban.
Hadrian sekali lagi memeriksa suhu tubuh Rheannon. Normal, telapak tangannya hangat merasakan tubuh hangat manusiawi di dahi Rheannon. Tidak ada keringat dingin juga.
"Saya baik," ucap Rheannon meyakinkan.
Masalahnya untuk ukuran orang sakit Rheannon jarang mengeluh. Tidak. Rheannon bahkan belum mengeluh sama sekali. Hadrian takut kalau Rheannon ternyata sedang menahan diri.
"Tenanglah, Marquis," kata Rheannon. Dia melepas tangan Hadrian dari dahinya dan menggenggamnya. "Saya tidak… akan mati… semudah itu."
"Ya," gumam Hadrian. "Segera bilang kalau membutuhkan sesuatu."
"Tentu."
Dengan berat hati Hadrian pun meninggalkan Rheannon di kereta kudanya. Masih ada hal lain yang harus diperiksanya agar perjalanan ini nyaman dan aman bagi istrinya.
***
"Di luar dugaan, ayah Tuan Muda berdedikasi juga sebagai suami baru," kata Ichabod yang memperhatikan Hadrian keluar dari kereta kuda Rheannon.
"Ayah?" ulang Desmond tak yakin.
"Ya, ayah Tuan Muda, kan? Marquis Hadrian," jelas Ichabod. "Secara hukum Marquis Hadrian sudah menjadi ayah Tuan Muda dan Tuan Muda adalah anak Marquis Hadrian." Melihat ekspresi tak yakin Desmond, Ichabod menambahkan, "Jangan bilang Tuan Muda masih memanggil Marquis dengan sebutan 'paman'."
"Ya… memang benar Marquis Hadrian adalah paman saya."
Ichabod menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan. Desmond jadi salah tingkah.
"Saya salah, ya?" tanya Desmond ragu.
"Ya, salah besar, Tuan Muda," jawab Ichabod tanpa keraguan, membuat Desmond syok mendengarnya. "Tapi yang lebih salah lagi adalah ayah Tuan Muda. Hah, sepertinya Marquis tidak mengikuti saran saya."
"Apa maksud Sir Ichabod?"
"Begini, Tuan Muda." Ichabod merendahkan dirinya sampai setinggi Desmond. "Marquis Hadrian sekarang sudah menikah, sudah memiliki seorang istri. Tuan Muda adalah anak Marquis Hadrian. Jadi sekarang Anda sudah memiliki…?"
"Eh? Orang tua?" jawab Desmond ragu. Ichabod menatapnya serius, meminta jawaban lain. "Err–ayah dan… ibu?"
Ichabod tersenyum lebar. "Tepat sekali," katanya. "Yang saya herankan adalah Tuan Muda masih memanggil Marquis dengan 'paman'. Lalu Marquis mengaku pada saya jika beliau memanggil Marchiones dengan nama lengkap atau 'Anda'. Saya memang terdengar terlalu ikut campur, hanya saja kalian sudah memiliki keluarga utuh saat ini, dan rasanya aneh sekali mendengar sebutan itu."
"Keluarga…" ulang Desmond pelan. Wajahnya memerah malu.
"Iya, keluarga," ucap Ichabod hangat. "Dengan menggunakan panggilan yang akrab, kalian bisa menjadi lebih dekat dalam banyak hal walau kalian tidak memiliki hubungan darah. Kedengarannya sesuatu yang baik, kan?"
Desmond mengangguk-angguk. "Jadi… itu artinya saya harus mulai memanggil dengan 'ayah' dan 'ibu'?"
"Seharusnya memang seperti itu, tapi Tuan Muda tidak perlu memaksakan diri," kata Ichabod. "Ada baiknya kalau Marquis yang memulai perubahan kecil ini. Memanggil Nyonya Rheannon dengan 'istriku' atau 'sayang' atau panggilan nama yang akrab, misalnya."
Desmond terlihat tidak bisa membayangkan Hadrian menggunakan panggilan yang akrab dan manis seperti itu pada orang lain.
Bukan berarti Hadrian orang yang ketus dan dingin. Hadrian adalah orang yang baik dan ramah, hanya sedikit pendiam saja. Selain itu Hadrian selalu terkesan menjaga jarak dengan orang lain. Dia seakan tidak ingin terlibat hubungan emosional dengan apa pun itu.
"Tidak apa-apa. Biar saya yang mengawalinya," tekad Desmond.
"Berjuanglah, Tuan Muda!"
Sementara itu dari kejauhan, Hadrian mencium adanya konspirasi di balik sok akrabnya Ichabod dengan Desmond.
"Pasti dia merencanakan sesuatu," gumam Hadrian.
***
Prediksi Hadrian tidak meleset, rombongannya sampai di penginapan sebelum matahari tenggelam. Segera saja dia menyuruh orang-orangnya mengangkut keperluan pribadi mereka ke penginapan. Lalu segeralah mandi dan beristirahat jika perlu. Obati apa pun itu yang terasa sakit dan perbaiki apa pun itu yang rusak dan mengganggu. Mereka akan dipanggil jika makan malam sudah siap.
"Ayo, kamarmu ada di atas," ajak Hadrian pada Rheannon.
Rheannon keluar dari kereta kuda dengan bantuan seorang kesatria dan Hadrian. "Kamar saya?"
"Karena kamarnya terbatas, Anda tidur dengan Yana," jelas Hadrian sambil mengangguk pada pelayan yang tugaskannya untuk Rheannon. "Lalu saya dengan Desmond."
"Tapi kata Sir Ichabod kita bertiga akan satu kamar," kata Desmond.
"Tidak, Desmond. Paman sudah melihat kasurnya dan itu terlalu sempit untuk–ehm–Nona Rheannon yang sedang sakit." Hadrian merapikan jubah dan rambut Rheannon, lalu ganti membantu Desmond turun. "Kasihan Nona Rheannon jika harus tidur berdesakan dengan kita."
"Tapi, Ayah–"
Semua orang yang mendengar panggilan barusan yang ditujukan pada Hadrian menoleh ke arah Desmond. Desmond sendiri langsung menutup mulutnya, tidak melanjutkan kalimatnya. Wajahnya berubah menjadi merah malu.
Tidak hanya Desmond saja, entah mengapa Hadrian juga merasa wajahnya memanas. Dampak panggilan itu ternyata luar biasa sekali, hampir membuat jantungnya copot. Siapa yang mengajari Desmond?
"Tidak apa-apa," ucap Rheannon bijak sambil menepuk pundak Desmond. "Nanti kita… bertemu lagi."
"I-iya," gumam Desmond gugup. "Kalau begitu… saya masuk dulu," pamitnya. Dia berlari masuk ke penginapan begitu saja.
"Desmond, barang-barangmu!" panggil Hadrian. Namun Desmond tidak memedulikan panggilan tersebut.
Rheannon dan Yana tertawa kecil.
"Dari mana Tuan Muda Desmond belajar sikap yang seperti barusan?" tanya seorang kesatria yang ikut mendengar dengan nada heran sendiri.
Sudah pasti Ichabod, batin Hadrian.
"Suamiku." Kali ini Rheannon yang memanggil Hadrian dengan panggilan tak terduga. Semua orang jadi memperhatikannya. "Ayo kita masuk."
"Tidak kau juga, Rheannon," desah Hadrian tak habis pikir.
Mereka berdua pun masuk ke dalam penginapan sambil diperhatikan oleh banyak pasang mata.
***
Karena kejadian tadi sore, Desmond terus menghindari Hadrian. Hadrian pun tidak berusaha mendekati Desmond, sengaja memberinya ruang untuk berpikir.
Selain itu Hadrian juga butuh waktu sendiri untuk membaca laporan tentang Axelle.
[Pangeran Axelle sampai di Kota Suci Zion dengan selamat. Dua kesatria pribadi beliau ikut serta, Elias tidak. Tidak ada orang dari Duke Colton maupun Istana yang mengikuti Pangeran lagi. Putri Marioline belum membuat kontak dengan Pangeran.]
Hadrian mengembuskan napasnya dengan lega. Sekarang dia bisa fokus dengan perjalanannya sendiri.
Apa aku perlu memberitahu Rheannon soal Pangeran? pikir Hadrian. Rheannon kelihatannya menyimpan perasaan khusus pada Axelle, sama halnya dengan Hadrian sendiri. Rheannon pasti penasaran dengan keadaan malaikat penolongnya itu.
"Malaikat penolong," dengus Hadrian sambil melepas ikat rambut merahnya.
Pintu kamar inap Hadrian diketuk. Hadrian mempersilakannya masuk. Desmond berdiri di ambang pintu dengan malu-malu.
"Dokter sudah datang," beritahu Desmond.
"Dokter?"
"Dokter yang A-ayah panggil untuk memeriksa… Ibu."
Tadi Hadrian memang minta dipanggilkan dokter untuk memeriksa keadaan Rheannon. Tapi bukan itu masalahnya sekarang. "Desmond, kamu tidak perlu memaksakan diri," katanya lembut.
"Sama sekali tidak, kok," balas Desmond keras kepala.
Akhirnya datang juga masa di mana anak (angkat)nya ini merengek sambil menginginkan sesuatu. "Baiklah. Kalau begitu mari kita temui Dokter dan ibumu."
Desmond menatap Hadrian kaget. Sedetik kemudian matanya berbinar senang. "Ayo!" ajaknya riang.
Yah, kedengarannya ini tidak buruk juga.
Setelah hampir sepuluh tahun, akhirnya Hadrian memiliki orang-orang yang benar-benar bisa dipanggilnya sebagai keluarga.