Pada pukul enam sore, Dinda baru pulang bekerja. Dia menepati janjinya kalau hari ini dia akan pulang lebih awal, mengingat Luna ada di rumah sendirian itu membuat Dinda tidak dapat meninggalkannya seorang diri.
"Eh, Luna. Kamu sedang apa di sini?" tanya Dinda dengan nada yang terdengar ceria, melihat Luna duduk di teras depan sembari menatap ke arah jalan dengan tatapan kosong membuat Dinda langsung tahu jika putrinya itu tengah menunggu dirinya kembali.
"Aku menunggu, Ibu," kata Luna dengan senyuman simpul. Dia memikirkannya sejak tadi, meski pun dia masih ragu Dinda adalah ibu kandungnya. Tapu, wanita paruh baya itu tidak ragu kalau Luna tidak putrinya dan dia selalu bersikap baik pada Luna.
Itu membuat Luna merasa tidak enak untuk bersikap tidak baik, dia hanya perlu membalas kebaikan Dinda sebisa dirinya. Dinda hanya menganggapnya sebagai putri dan menyayangi Luna sebagai putrinya. Karena itu Luna harus berbaik pada Dinda.