Luna termenung di bangku taman, ditemani oleh Theo dan Evans yang duduk di sisi kiri dan kanannya.
Wanita itu bertopang dagu dengan satu tangannya, Luna enggan untuk bicara pada dua pria tampan yang menemani dirinya. Luna bahkan tak menganggap mereka ada di sisinya, Luna tidak suka dengan apa yang sudah Evans dan Theo lakukan di belakang dia.
"Ini semua demi kamu," kata Theo membuka suara, guna memperjelas keadaan yang sudah terlanjur runyam.
Luna tak menggubris, dia masih enggan untuk membuka suara. Meski pun apa yang mereka lakukan hanya demi dirinya, tetap saja Luna pikir itu bukanlah tindakan yang tepat.
Siapa orang waras yang mau mengorbankan dirinya hanya demi orang asing? Ingat, orang asing! Tidak ada, dan jika ada mungkin hanya Evans. Entah dari mana datangnya pria itu, sejak awal dia sudah memberikan segala tawaran bantuan untuk Luna tanpa peduli apa yang harus dia lakukan untuk Luna.
