Theo menuntun Luna dengan penuh kehati-hatian, memperlakukan Luna layaknya kaca retak yang hampir pecah.
Sedikit saja Theo melakukan kesalahan maka Luna akan pecah. Theo tak akan membiarkan itu, tentunya itu hanya ada di dalam imajinasinya saja.
Setelah kejadian mengerikan tadi, Luna sudah boleh pulang diantarkan oleh Theo.
Bi Inem yang melihat majikannya dituntun tampak khawatir, dia langsung mendekati Luna dan Theo yang sudah duduk di ruang tengah.
"Bu Luna, kenapa? Kenapa jalannya dituntun begitu? Apakah, Bu Luna sakit?" tanya Bi Inem cepat.
"Saya tidak apa-apa, Bi," kilah Luna melirik sedikit ke arah bi Inem, namun. Tak benar-benar menatap mata wanita tua itu, tentu saja Luna tak akan melakukan hal bodoh seperti itu.
Bi Inem memajukan tubuhnya, ingin melihat Luna lebih jelas apakah benar yang dikatakan Luna jika dia sungguh tak apa-apa.
Padahal kelihatannya tak baik-baik saja.
"Bi, bisa tolong bawakan air putih? Dan handuk basah, ya," pinta Theo menatap bi Inem.