Suara deru mobil yang berasal dari luar menarik perhatian Sania yang awalnya duduk kontan bangkit berlari mendekati pintu, dia membuka pintu dengan cepat cepat sebab dia tahu siapa yang datang itu.
Dan, begitu matanya menangkap sosok yang memang sudah dia tunggu sejak tadi. Langsung saja Sania menahan senyumnya, sebab tak ingin membuat Ekal semakin kesal sebab Sania tersenyum di saat Ekal tengah menahan emosinya di ubun ubun.
Ekal turun dari mobil dengan cepat, bersama langkahnya yang lebar dia sampai di depan pintu.
Mata ke duanya bertemu, manik Ekal tampak berapi api siap untuk membakar siapa pun yang ia tatap. Sania bahkan sampai mengalihkan pandangannya sebab tak tahan melihat mata setajam itu.
"Di mana dokter sialan itu?" tanya Ekal dengan geram, matanya melirik lantai atas.
Sania refleks menggeserkan dirinya sedikit ke samping untuk memberikan akses bagi Ekal masuk ke dalam, Sania menunjuk kamar Ekal dan Luna tanpa suara dengan kepala yang terus tertunduk.