Dengan mata yang sembab Luna duduk di dalam taksi, entah ke mana dia akan pergi. Luna tak memiliki tujuan pasti.
Setelah tadi Ekal dengan berani melayangkan tamparan padanya, Luna langsung pergi tanpa peduli Ekal yang memohon maaf berkali-kali.
Dalam keadaan sakit hati sehebat itu pun Luna masih mempertahankan sandiwaranya, dan tentu dia meninggalkan rumah dengan usaha yang besar.
Sudah lebih tiga puluh menit Luna hanya mutar-mutar tak jelas dibawa oleh sopir taksi, sopir taksi pun tak memiliki keberanian untuk menanyai ke mana tujuan Luna. Jadilah dia membawa penumpangnya yang tampak menyedihkan keliling tak jelas.
Sejak pertama masuk ke dalam taksi, Luna hanya menangis dalam diam. Dan, dia berhenti menangis saat merasa matanya tak kuasa lagi untuk menumpahkan air mata dan menyisakan mata bengkak dan memerah di sana.
Melihat penumpangnya sudah jauh lebih tenang, sopir taksi melirik Luna dari kaca spion dalam ingin memastikan jika wanita itu benar-benar sudah tenang.
