"Kenzi!" tegur Theo tak santai, pria itu ikut bangkit.
Kenzi tersenyum masam, dia tahu Theo akan begini jika dirinya bicara pada Luna. Sebenarnya sikap Theo ini menghalangi jalannya penyelidikan.
"Jangan ganggu aku, aku akan bertanya pada nyonya Luna secara baik-baik," balas Kenzi tak ingin menyerah, dia masih setia menatap wajah Luna yang perlahan tampak panik.
Ya, walau tak begitu kentara. Kenzi tahu ada sedikit ketakutan di manik wanita itu yang saat ini hanya menatap rumput, keningnya turut berkeringat, bahkan hembusan napasnya tak teratur.
Ini sudah jelas ciri-ciri seseorang yang takut ketahuan.
"Anda, panik? Takut? Atau apa?" tambah Kenzi terus menyudutkan Luna dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjerumus.
"Kenzi, hentikan!" tegur Theo lagi masih sabar, dengan hanya berdiri di belakang pria yang keras kepala itu.
"Nyonya Luna, saya bertanya. Apakah, Anda. Sungguh buta? Tidak bisa melihat saya saat ini? Huh?"