Pria itu dengan setelan kantornya berjalan melenggang dengan santainya, bahkan sesekali dia melirik jam tangannya. Ini hari di mana dia akan membawa istrinya pulang dari rumah sakit, ya. Dia Ekal, belum tahu tentang kejadian kemarin yang membuat Luna hampir kehilangan nyawanya karena Sania, kekasihnya.
Saat Ekal sudah masuk ke dalam ruangan inap Luna, ekspresi berbinarnya kontan pudar kala melihat sosok yang tak dia suka duduk di samping kasur Luna.
Tanpa banyak basa-basi, Ekal mendekati mereka. Ekal tampak tenang walau dia kesal, langkah sepatu pantofelnya bergema di ruangan yang sunyi itu menarik perhatian Evans yang awalnya hanya fokus memandangi wajah Luna.
Ya, lagi-lagi Evans harus rela bergadang dan duduk di samping kasur Luna semalaman demi mengontrol wanita itu, serta menjaga Luna jikalau Sania kembali berbuat ulah.
Evans bangkit kala sadar jika Ekal berdiri di belakangnya, Evans berbalik hanya untuk sekedar melihat wajah suami yang gagal itu.
"Kenapa, Anda. Ke mari?"