Tempat bertemunya Theo dan sang pelantara seseorang yang memiliki identitas sangat tertutup.
Theo yang sudah sampai sejak sepuluh menit tadi mulai merasa jenuh sementara orang-orang di taman sibuk bermesraan dengan pasangan mereka membuat Theo yang jomblo merasa sangat ngenes berada di sana hanya planga-plongo seperti orang bodoh.
"Ck, apa maunya orang-orang ini. Sudahlah sangat misterius, suka telat pula. Menjengkelkan, apa mereka pikir. Aku ini pengangguran yang dengan senang hati melakukan hal bodoh ini?" gerutu Theo merasa kesal dengan orang yang belum pernah Theo temui sebelumnya.
Theo melirik jam tangan yang melingkar indah di pergelangannya, dia menghembuskan napas kasar. Theo yang awalnya menunggu sambil duduk, kini beralih berdiri. Berniat untuk pergi saja.
Namun, belum sempat Theo mengambil jarak. Sepasang sepatu pantofel mengkilap berada di depannya membuat akses untuk dirinya beranjak dari sana terhalang.