Di lorong sepi dengan penerangan yang remang-remang, ke dua pria itu berdiri dengan mata yang tak henti saling tatap seakan bicara dari mata masing-masing.
Lima menit ke duanya hanya sibuk melakukan hal yang sama, sampai pada akhirnya. Evans yang lebih dulu membuang muka, dia merasa geli terus bersitatap dengan sesama jenis.
Oh, ayolah. Evans pria yang normal, wajar dia akan merasa geli.
"Langsung saja, apa yang sebenarnya, Anda. Inginkan dari Luna?" tanya Evans, terkesan menyudutkan Theo yang kini berwajah datar.
Beberapa detik ke depan, Theo tak menggubris. Membuat Evans yang tadinya sibuk memandangi hal lain, kontan mengalihkan atensinya kembali pada Theo.
"Kenapa tidak menjawab?"
"Lalu, kenapa saya harus menjawab?" balas Theo kontan membuat Evans tersenyum miring, dia mulai muak sebab percakapan mereka sejak tadi hanya berputar-putar tanpa tampak titik terang.