Chereads / Unexpected Husband! / Chapter 5 - Hukuman Manis

Chapter 5 - Hukuman Manis

"Kyo-kun ... apakah saya punya kesalahan pada anda?" Wajah Ayaka merah padam akibat ditatap terlalu dekat oleh oria bermata abu-abu itu.

Ayaka merasa salah tingkah, apalagi gadis itu menyukai bulu mata lentik milik pria mesum itu. "Pertama, bisakah kita berbicara informal. Saya dan anda, kau itu seperti sedang bicara dengan mitra bisnis, tau!" gemas Kyo memukul pelan kepala Ayaka dengan kepalan tangannya.

"Aduh," beo Ayaka. Itu tidaklah sakit, hanya saja dirinya sangat terkejut mendapatkan sentuhan-sentuhan usil dari Kyo yang seperti sedang memainkan kucing saja. "Kyo-kun, jika anda tidak mau pergi, saya bisa— ...."

"Bisa apa, hem. Di sini kedap suara, Ayaka. Hanya aku yang bisa mendengar suaramu, just me ... only me!" goda Kyo terus menerus. Ia merasa terhibur melihat Ayaka yang meresponnya dengan tingkah yang lucu.

Kesal, inilah kenapa Ayaka sangat beruntung memiliki kakak perempuan. Dia tidak bisa mengatasi godaan seorang pria. Apalagi seperti Kyo, yang sifatnya seperti serigala lapar.

Pria itu tidak juga pergi dari hadapannya dan tetap berada 5 cm di depan wajahnya. "Kyo-kun, apa salahku?"

"Kau tidak punya salah apapun, hanya saja ... kupikir rasanya akan lebih ringan jika kau masuk ke kehidupan keluarga Nakamura!" Kyo menyandarkan tubuhnya di samping Ayaka. Dirinya bahkan tidak ragu untuk tiduran di atas kaki Ayaka yang tertutupi selimut tebal.

Ayaka sedikit terkejut dengan penuturan Kyo. "Bagaimana bisa?"

"Tentu saja, melihat sifatmu yang begini ... rasanya siapapun pria yang mendapatkanmu akan sangat beruntung!" gumam Kyo, pelan disertai senyum miring yang sangat menawan.

"Kyo-kun, berhenti menggodaku!" kesal Ayaka ingin sekali menendang kepala Kyo yang terus tidur di atas kakinya.

"Nah, kan. Akhirnya kau bisa bicara non-formal!" Kyo bangkit dan menatap wajah Ayaka cukup intens. "Ayaka, bisakah kau berikan bantalmu padaku. Aku tidak bisa tiduran di kakimu yang kurus itu!"

Ayaka melotot tajam. Lagi-lagi dirinya mendengar ungkapan blak-blakan dari Kyo yang sangat tidak patut untuk ditiru.

"Kyo-kun, keluar dari ruangan ini. Kita tidak boleh berduaan di dalam ruangan yang sama!"

"Kenapa, aku juga tidak menyerangmu!?" ujar Kyo dengan santainya.

"Bukan begitu, Kyo-kun!" bentak Ayaka yang tidak sabar lagi dengan sifat Kyo yang serampangan. Gadis itu memukul Kyo dengan bantal hingga pria itu rubuh ke belakang.

"Aahh, enak dan nyaman sekali ruangan ini. Ruang tidur CEO memang berbeda!" sindir Kyo entah untuk siapa. Tetapi Ayaka tidak bodoh untuk mengartikannya. Dirinya masih ingat jika Kei meminta Kyo untuk membawanya ke rumah, yang artinya adalah rumahnya.

"Kyo-kun, apa kau masih hidup?" tanya Ayaka merasa janggal karena sudah tidak ada lagi suara dari pria berisik itu. Ayaka yang penasaran beringsut untuk melihat kondisi Kyo. Benar saja, pria itu ternyata sudah menutup mata.

Merasa ada kesempatan; Ayaka bergerak menjauh ke pinggir ranjang, berdiri, lalu berjalan menuju pintu. Namun, baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba saja lengan kirinya ditarik dari arah belakang dan ia pun limbung.

Tubuhnya roboh ke samping dan untunglah Kyo menangkap tubuh kurus itu. "Tubuhmu itu kurus sekali, apa aku harus menyuntikmu supaya bisa gemuk?" tanya Kyo, rendah menggoda.

"Apa maksudmu, jika ingin gemuk cukup maka yang banyak. Tidak perlu suntikan, itu mahal!" ujar Ayaka dengan raut wajah cemberut.

Kyo menghela nafas panjang. Kemudian, dengan cepat pria itu membalikkan tubuh Ayaka dan memeluknya dengan erat. "Kau ini menyebalkan sekali!" Kesal, Kyo bernafas di area telinga Ayaka hingga membuat pemiliknya merinding ketakutan.

"Kyo-kun, apa kau ... kau tidak ... vampir, 'kan?" lirih Ayaka khawatir lehernya akan di makan.

'Gadis polos ini, aahh ... benar-benar menyebalkan. Haha ... aneh juga, sejak kapan seleraku berubah?' batin Kyo melihat hatinya yang tertawa bodoh.

"Ayaka," panggil Kyo, lembut.

Ayaka hanya berdehem. Tubuhnya hampir seperti patung karena tidak bisa digerakan sama sekali.

"Maukah kau jadi istriku saja?"

"Hah?"

"Haha, bercanda!" Kyo melepaskan pelukannya.

DEG.

Tubuh Ayaka benar-benar seperti patung kali ini. Mungkin bagi Kyo itu semua hanyalah gurauan, tapi Ayaka ... kalimat itu harusnya menjadi kalimat yang manis untuknya. Itulah hal yang diinginkannya saat dirinya akan menikah nanti.

Tetapi, mungkin itu hanya akan menjadi mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan. Fakta bukan, dirinya saja saat ini akan segera memiliki suami tanpa cinta, tanpa ada ucapan "Will You Marry Me?"

Hati kecilnya sungguh ingin mendapatkan empat kata itu dari pria yang dicintainya. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Entah apa yang sedang direncanakan Tuhan untuknya. Dia hanya bisa menunggu dengan perasaan dongkol.

Seketika perasaan Ayaka kembali terluka. Teringat bagaimana dirinya dengan berat hati menerima tandatangan surat nikah yang diberikan Kei.

Ah, sampai saat ini Ayaka juga belum tahu siapa nama asli calon suaminya itu. Hatinya merasa sesak.

"Ayaka, kau kenapa?" tanya Kyo tidak peka.

'Tentu saja karena kata-katamu. Kenapa kau harus mengatakan hal seindah itu jika hanya untuk gurauan!?' batin Ayaka kesal bukan main. Mungkin terlihat seperti anak kecil. Tapi dia memang masih anak-anak, 'kan?

Ayaka yang sudah 17 tahun ini belum bisa dewasa.

"Tidak ada," ketus Ayaka pelan.

Kyo tersenyum menggoda. "Jika melihatmu begini, aku malah ingin mengadopsimu menjadi peliharaanku!" ucapnya tanpa dosa. Lalu, senyuman itu berubah menjadi tawa yang menyenangkan mata dan hati setiap orang.

'Lucu juga pria mesum ini!' gumam hati Ayaka. Dirinya menatap Kyo yang masih tertawa terbahak-bahak sambil berkhayal bahwa Kyo adalah jelmaan kucing hitam yang manis.

"Huft, sudah lama sekali aku tidak tertawa selepas ini. Ayaka," gumam Kyo menatap Ayaka sambil tersenyum seperti telah terbebas dari suatu belenggu yang tidak bisa dijelaskan. "Ayaka, obati lukaku!" titahnya tiba-tiba, pria itu langsung mengubah nada bicaranya menjadi lebih datar.

Pria itu dengan santai membawa kakinya pada paha Ayaka yang tertutup bantal. "Gunakan ini!" sodor Kyo sebuah plester yang berwarna mirip kulit manusia.

Ayaka menghela nafasnya, tidak percaya pria ini akan meminta sesuatu yang sebenarnya dia bisa melakukannya sendiri karena saking mudahnya. Bahkan balita pun bisa melakukannya. Namun, gadis itu memilih untuk bersabar menghadapi Kyo. Mungkin pria itu hanya butuh perhatian sesaat.

"Baiklah, Kyo-kun. Nah, sudah, 'kan. Yeee ... semoga cepat sembuh. Puk puk puk!" Ayaka berbicara dengan bahasa yang sangat imut seperti anak kecil.

Tak lupa senyumnya yang sangat menarik karena gigi-giginya yang kecil dan tertata rapi, juga terlihat sehat. Kyo menahan dirinya lagi untuk tidak menyerang bibir pink yang menggoda iman itu.

Dirinya mendongakkan wajahnya seraya menutup mata. 'Cepat nikahi dia sebelum aku benar-benar tertarik dengan mahluk satu ini, Nii-san!' erangnya.

Ayaka yang tidak waspada sangat terkejut saat Kyo menarik tubuhnya dan mencium paksa gadis mungil itu. Tentu saja gadis itu sangat terkejut.

Dadanya berdebar-debar apalagi saat Kyo dengan berani membelai pipi dan tengkuk Ayaka seperti mencium seorang kekasih. Tubuh Ayaka membeku karena serangan tiba-tiba itu.

"Ini hukumanmu, karena sudah berani menendang kakiku, Aya-ka!" bisik Kyo menggetarkan hati ringkih Ayaka.

To be continued...