Chereads / Unexpected Husband! / Chapter 6 - Pulang

Chapter 6 - Pulang

Kyo maupun Ayaka, mereka saling membelakangi satu sama lain. Perasaan berdebar-debar itu masih membekas di hati Ayaka. Apalagi buktinya masih ada, bibirnya menjadi panas dan sedikit memerah karena ciuman yang terlalu ganas itu.

"Kau tidak mau mengusapnya?" tanya Kyo dengan seringainya. Meskipun aslinya dia teramat sangat malu karena telah gagal menahan dirinya.

Ayaka hanya bisa terdiam sambil menyentuh bibirnya sendiri yang masih sedikit basah. "Kenapa kau mengambilnya. Kau kurang ajar sekali!" lirihnya menahan tangis.

Air mata Ayaka kembali menetes. Perasaannya sungguh kesal. Padahal dirinya sudah menjaga dengan baik untuk calon suaminya nanti. Tetapi, semuanya sudah hancur karena Kyo. Ayaka membalikkan tubuh Kyo dan menamparnya.

Tidak!

Tangan Ayaka yang ingin menampar pria itu ditahan oleh Kyo.

Kyo yang sudah tidak tahan dengan omelan Ayaka pun mendorong gadis itu ke dinding dan kembali menciumnya dengan lebih lembut. Suara kecupan itu terdengar sangat halus dan teratur. Tanpa sadar, Ayaka terbuai oleh permainan pria itu.

Kyo melepas pagutannya secara tiba-tiba. "Tuh, 'kan. Kau saja menikmatinya!" sindirnya cukup dalam.

Ayaka tersadar akan ulahnya. Ia pun menunduk sangat dalam dan kedua tangannya meremas piyamanya sambil menutup mata. Benar, dia benar-benar merasa sangat murahan sekarang.

Kyo melirik ke kiri sambil tersenyum. Pikiran kotor yang merasukinya perlahan diganti dengan perasaan gemas dan sayang. "Kau tahu kenapa aku melakukannya?"

Masih menunduk, Ayaka menggeleng pasrah.

"Itu karena, dia yang akan mendapatkan bagian intinya."

"Maksudnya?" tanya Ayaka tidak paham.

"Ck, aku kesal karena dia yang akan mendapatkan basahnya vagxxxmu, apa sudah paham?" Kyo mengusap kepala Ayaka dengan perasaan kesal dan gemas.

"Aaahhh, kenapa kau sangat blak-blakan?!" bentak Ayaka memukul dada Kyo. Perasaan malu yang luar biasa menjalar ke seluruh tubuhnya. Debaran jantungnya berdetak lebih cepat daripada sebelumnya.

Kyo menutup wajah dengan satu tangannya. "Di depanmu, kenapa aku jadi serba salah, sial!" Dirinya kembali menatap Ayaka yang diam - cemberut karena ulahnya.

'Huft, untunglah aku tidak punya adik perempuan. Kenapa semua keluarga Hashimoto tidak bisa melahirkan gadis yang cantiknya seperti dia?' pikirnya.

Menatap tajam wajah polos Ayaka, pria itu sepertinya tidak tahan lagi untuk melakukan sesuatu lebih jauh. Dia dengan santai mendorong tubuh Ayaka hingga gadis itu terjatuh ke ranjang.

"Kyo-kun ... sekarang apa lagi. Jangan coba-coba melukaiku!" bentak Ayaka dengan hati yang berdebar-debar.

Dirinya sangat ketakutan melihat wajah datar Kyo semakin mendekatinya. Belum lagi cara berjalannya seperti seorang penjahat yang akan segera menghabisi nyawanya. Ayaka belum siap untuk mati.

Kyo mulai membuka jaket dan menjatuhkannya asal. Lalu, membuka kancing bagian atas kemeja lengan pendeknya. Nafas pria itu terdengar cukup jelas di telinga Ayaka. Gadis itu semakin deg-degan.

Menelan salivanya, Kyo akhirnya bisa meraih kedua tangan Ayaka dan merubuhkan tubuhnya menindih gadis itu dengan kedua tangan dipaksa naik ke atas memperlihatkan dadanya yang masih tertutup piyama.

Namun, bagi Kyo, dia sudah bisa melihat dengan jelas. Bagaimana bra-nya tercetak dan apa warnanya. Pria itu kembali menelan salivanya. Dengan suara bergetar dan hawa panas yang menyebar di sekitar mereka. Kyo mulai memiringkan kepalanya.

"Sudah cukup!" ucap suara yang sangat tegas.

Itu adalah suara milik Kei.

"Tu— tuan bertopeng!"

Kyo meremas sprai menahan emosinya. "Oh, kau datang ternyata. Kenapa tidak jadi pergi ke kediaman tetua?"

"Bagaimana bisa aku ke sana jika ada serigala lapar di rumahku?" ketusnya menarik tubuh Kyo ke belakang. "Dan kau juga, kenapa pakaianmu begitu. Apa kau sedang menggoda adikku?"

"Hah?!" pekik Ayaka tidak percaya dengan tuduhan itu. Sangat tidak nyaman sekali mendengarnya. Sungguh, apakah memang keluarga Nakamura tidak diajarkan sopan - santun. Kenapa mulut mereka pedas sekali.

"Aku tidak—."

"Kalau memang tidak, ganti bajumu sekarang juga!" desis Kei menahan amarah yang memuncak.

Kyo sendiri yang masih dipegang Kei hanya tersenyum kecut. 'Jadi begini raut wajahnya jika terganggu. Kasihan!' Pria itu melepaskan diri dengan paksa. "Baiklah, sepertinya aku harus pulang. Dah, Ayaka ... yang tadi itu manis sekali."

Ayaka yang sedang beranjak dari ranjang pun hanya bisa pasrah mendengar kata-kata kotor Kyo. Ia pun menunduk saat bertemu mata dengan Kei.

Melihat Ayaka sudah berdiri, darah dalam tubuh Kei sedikit berdesir melihat dada Ayaka yang terbungkus bra tercetak jelas. 'Ah, ini ... pantas saja!' gumam hatinya merasa panas. "Kyo, bagaimana. Sudah puas?" tanya Kei tiba-tiba.

Terdiam membeku, Ayaka yag tadinya ingin berjalan ke kamar mandi malah berhenti seperti patung. Menyadari hal itu, Kei tersenyum miring. "Apa dia semurahan itu, sudah sejauh mana. Apa dia menerima sentuhanmu dengan bergairah?"

"Kei, apa maksudmu. Dia calon istrimu!" bentak Kyo mengepalkan tangannya.

"Dia calonku, memang benar. Tapi, dengan kau menyentuhnya ... bukankah ini termasuk perselingkuhan?" tanya Kei tajam.

Mendengarnya, Ayaka menoleh ke arah Kei dengan tatapan mata yang terluka. Jadi seperti ini calon suaminya. Berhati sedingin gunung es di Antartika. Sangat dingin hingga ia ingin mati membeku.

"Tapi kau mengizinkanku!"

"Aku mengizinkanmu karena ingin melihat responnya. Apakah sama seperti kakaknya yang bodoh itu. Sama, ya. Ah ... sama saja, yaa!" Kei menatap tajam Ayaka yang mulai meneteskan air mata. Lalu pergi begitu saja. "Ikut aku, Kyo!" Pria itu menarik adiknya keluar kamar meninggalkan Ayaka sendirian.

Kenapa malah jadi begini. Ternyata ini semua sudah direncanakan agar dirinya terlihat murahan. Apakah selicik itu keluarga Nakamura. Ayaka tidak bisa menahan tangisnya dan memilih menangis dalam diam.

"Ibu," lirih Ayaka merasa malu luar biasa.

Andai saja dirinya menolak Kyo saat itu, mungkin saja sekarang dia memiliki kesempatan untuk menghajar orang itu, yaa ... orang bernama Kei yang mulutnya setajam stalaktit.

Dirinya merasa sangat bersalah juga sebenarnya. Tetapi, apakah harus dengan kata-kata setajam itu. Apakah memang sebenarnya pernikahan ini hanyalah pernikahan yang dipaksakan.

Apa salah Ayaka?

Kenapa hal sekejam ini yang harusnya menjadi tanggung jawab Izumi malah dipindahkan ke hidupnya. "Nakamura-san ... kenapa kau sekejam itu padaku?" Ayaka terus-menerus menyeka air mata yang terus berjatuhan di pipinya.

***

Di depan pintu, Kei menatap tajam wajah Kyo yang juga tak kalah tajamnya. "Sebenarnya apa yang kau pikirkan. Menggunakanku untuk menyalahkannya, sejak kapan kau sepicik ini?"

"Kau tidak akan mengerti sampai kau punya wanita yang sudah kau percaya berselingkuh di depan matamu sendiri!" desis Kei dengan kedua mata yang sudah memerah dan mengembun. "Dengar, aku tidak sedang menghinanya. Aku juga tahu kebodohan seperti apa yang dimiliki gadis itu!"

"Kalau kau tahu kenapa kau menyakitinya?" tabya Kyo dengan nada tinggi.

Kei tersenyum kecut. "Aku sedang mengujinya!"

To be continued...