Chereads / kuraih cinta diatas sajadah / Chapter 3 - 3. Secara Kebetulan

Chapter 3 - 3. Secara Kebetulan

Jam mengajar pun tiba, aku melewati beberapa kelas untuk sampai pada kelas tujuan yaitu kelas Xl-B. Proses belajar mengajar berlangsung selama satu jam. Bel tanda istirahat telah berbunyi, menandakan waktunya jam istirahat dan proses belajar pun harus di akhiri. Aku kembali ke ruangan guru untuk meletakkan buku-buku kemudian melangkah keluar lagi.

"Mau kemana pak Athar?" tanya pak Indra.

"Ke mushola pak, mau bareng?" jawabku.

"Nanti saya nyusul pak, mau ada perlu sama bapak kepala sekolah dulu" jawabnya.

"Oh iya... kalau gitu saya duluan pak, "Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Aku memang sudah terbiasa kalau jam istirahat sering menggunakannya untuk sholat dhuha di mushola. Sesampainya di mushola, ternyata ada pak Maman yang lebih dulu sholat di sana, aku menyusul sholat disampingnya. Disetiap sujudku aku pun berdoa agar diampuni segala dosa-dosaku, disengaja maupun tidak. Mendoakan orang-orang yang aku sayangi agar mereka diberikan kesehatan dan umur yang panjang, terutama untuk ibu. Tak jarang disetiap doaku pun aku meneteskan air mata. Teringat belum apa-apa aku melakukan hal untuk membalas ataupun sekedar menyenangkan hati ibu.

Selesai sholat, aku memakai sepatu di samping pak Maman, kemudian pak Maman berkata:

"Pak Athar ini sudah ganteng, sholeh, dan juga telah mapan, kok ya belum nikah. Punya pacar belum sih pak? Apa perlu tak carikan?" tanya pak Maman sambil terkekeh.

"Walah pak... saya nggak berani pacaran pak, takut ditolak sama wanita, takut kecewa" jawabku sambil terkekeh juga.

"Pak Athar ini bisa aja, kalau pak Athar mau siapapun di sekolah ini ditunjuk buat jadi pacar sama ya pasti mau, wong mereka banyak yang kesengsem sama guru muda nan tampan gini. Apa bu Melisa aja, nanti biar saya yang sampaikan" tegasnya.

"Tidak usah pak, saya belum mantep rasanya. Selama ini belum ada yang cocok dihati saya. Doakan saja saya segera menemukan jodoh saya ya pak" jawabku sambil tersenyum.

"Ya sudah bapak doakan semoga pak Athar segera dipertemukan dengan jodohnya" jawab pak Maman.

"Aamiin".

Usiaku saat ini sudah 30 tahun. Usia yang sudah tidak lagi muda. Usia yang sudah matang untuk membina rumah tangga. Dalam hal ekonomi pun sudah terbilang cukup, dan siap untuk menikah. Hari-hariku hanya aku habiskan untuk mengajar dan membantu ibu mengurusi toko. Jarang sekali aku main keluar bersama teman. Ibu juga sudah beberapa kali menawari untuk dijodohkan dengan anak temannya, tapi aku menolaknya dengan alasan belum siap. Nanti ketika aku sudah siap, aku sendiri yang akan membawanya kepada ibu. Entahlah... apa karena belum bertemu dengan sang pujaan hati yang namanya telah tercatat di Lauhul mahfudz. Makanya hati ini merasa belum siap.

Jadwalku mengajar ada di kelas Xll-A. Aku mulai masuk ke kelas. Ketika aku masuk ada salah satu murid wanita yang sedang menangis dan ditenangkan oleh temannya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarrakatuh".

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarrakatuh" jawab para siswa.

"Ada apa ya dengan Santi? Apa masih bisa mengikuti pelajaran?" tanyaku sambil melihat ke arahnya.

Tidak ada siswa yang menjawab. Santi pun seperti hanya tertunduk.

"Kalau sekiranya Santi tidak bisa mengikuti pelajaran, silahkan diantar ke UKS saja supaya tenang. Dan tolong ditemani satu orang temannya".

Santi dan temannya pun berjalan dan berkata "terimakasih pak". Akupun mengiyakannya.

Setelah mereka berlalu, pelajaran pun dimulai.

Jam telah menunjukkan pukul 11.55 yang artinya sebentar lagi jam istirahat kedua.

Akupun bersiap menyudahi pelajaran.

Adzan pun berkumandang, berbarengan dengan bel jam istirahat kedua.

Aku kembali ke ruang guru meletakkan buku-buku di atas meja dan bergegas menuju mushola untuk sholat dzuhur berjama'ah.

Setelah melepaskan sepatu, aku pun mengambil air wudhu kemudian aku sholat sunah. Aku merasa senang melihat banyak murid laki-laki maupun perempuan banyak yang ikut sholat di mushola dan sudah berjejer di shaf nya. Pak Amir yang biasa jadi imam pun menyegerakan sholat jama'ahnya.

Selesai sholat dzuhur aku berjalan menuju ruang guru dan bel tanda masuk pelajaran pun berbunyi. Pada saat aku melewati UKS aku teringat dengan Sinta, murid yang tadi menangis dikelas. Akupun memasuki ruangan UKS karena kebetulan jam mengajarku hari ini sudah selesai.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam" jawab Sinta dan temannya.

"Bagaimana keadaanmu? sudah mendingan?" tanyaku.

Bukannya dijawab Sinta malah kembali menangis.

"Sebenarnya apa yang terjadi Sinta? bolehkah saya tau?"tanyaku.

Mereka berdua pun hanya saling pandang dan terdiam.

"Ya sudah kalau kalian tidak berkenan saya tau. Mungkin kalian canggung dengan saya, tidak apa-apa. Saya hanya mau memberikan pesan. Seberat apapun masalah kalian, mintalah pertolongan hanya kepada Allah, dekatkan diri kepada Allah, ambilah air wudhu lalu sholat lah. InsyaAllah kalian akan menemukan ketenangan disana. Karena hanya Allah tempat berlindung, tempat berkeluh kesah. Jangan terlalu berharap sama manusia. Berharap lah hanya kepada Allah. Hanya Allah yang tidak pernah mengecewakan kalian. Bahkan ketika kalian lupa dengan-Nya, Allah tetap sayang pada kalian. Memberikan kalian kesempatan untuk terus memperbaiki diri dan ingat kembali kepada-Nya. Bacalah Al-qur'an sebagai tuntunan hidup kalian".

Mereka terdiam sejenak mendengar apa yang ku katakan.

"Saya merasa malu setelah mendengar apa yang pak Athar katakan tadi. Seharusnya saya memang tidak berharap sama manusia. Saya merasa malu pak sampai nangis dilihat teman-teman yang lain". jawab Sinta sambil menunduk.

"Alhamdulillah kalau kamu sudah menyadarinya. Kalian masih terlalu muda, masih labil, masih banyak hal yang dapat kalian capai. cita-cita kalian, keinginan kalian, harapan orang tua. Jangan hanya menuruti hawa nafsu kalian. Jadilah orang yang bisa dibanggakan oleh orang tua kalian. Kalian memang tidak bisa membalas apa yang telah orang tua kalian lakukan, tapi setidaknya kalian bisa membuat mereka bangga dengan pencapaian kalian. Apalagi kalian wanita, jangan mau diajak pacaran. laki-laki yang serius pasti ngajaknya nikah, bukan pacaran. Sekarang tugas kalian belajar dan belajar. Berteman boleh dengan siapa saja tapi harus selalu ingat batasan antara laki-laki dan perempuan. Kasian kan kan orang tua kalian yang sudah susah payah menyekolahkan dengan harapan anaknya mempunyai masa depan bagus, tapi kalian tidak bersungguh-sungguh menjaga amanahnya. Ya sudah...saya pergi dulu. Semoga masalah kalian segera terselesaikan". kataku.

"Terimakasih banyak atas nasehatnya pak...".

Aku tersenyum sambil mengangguk. "Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam" jawab mereka berbarengan.

Akupun keluar menuju ruang guru, karena aku sudah tidak ada jam untuk mengajar lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 13.00, sebentar lagi jam pulang. Sambil menunggu jam pulang aku membuka hp, iseng-iseng aku membuka facebook yang aku punya sejak aku kuliah dulu. Melihat kabar teman- yang sudah lama tak jumpa, kami pun saling menyapa. Diantara mereka banyak yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.

Bel tanda pulang pun berbunyi, akupun segera berkemas untuk pulang. Sampainya diparkiran aku menelpon ibu untuk pamit kalau aku mampir dulu ke toko.

Di tengah-tengah perjalanan aku menjumpai orang mengendarai motor, bapak ibu serta kedua anaknya yang besar laki-laki sekitar umur 7 tahunan dan yang kecil perempuan sekitar umur 2 tahun dibelakang digendong ibunya tersenyum melihat kearahku yang berada tepat dibelakang motornya sambil melambaikan tangan. Nyeeesss..... Rasa tersentuh dan adem sekali liat malaikat kecil itu tersenyum ke arahku. Melihat pemandangan ini terbesit keinginan untuk segera menunaikan sunah-Nya untuk menikah. Ah... teman dekat wanita saja aku tidak punya, bagaimana keinginan menikah akan segera terwujud. Tapi semua aku kembalikan kepada Allah SWT, jodoh rejeki maut itu semua kuasa sang illahi Robbi.

Ku pacu motorku dengan kecepatan sedang menuju toko. Sesampainya di sana ku parkirkan motorku didepan toko.

Segera aku memberikan buku pada paman dan aku membantu paman untuk merekap semua pengeluaran dan pemasukan bulan ini, serta melihat sisa-sisa stok kain yang ada.

Sejak ayah meninggal dunia, memang paman lah yang membantu semuanya di toko.

"Paman.. toko yang di Surabaya masih aman stoknya?" tanyaku.

"Masih Le... justru mas Toni yang selalu mengingatkan stok kita yang disini untuk selalu diperhatikan".

Pak Toni adalah teman almarhum ayah merintis usaha. Pak Toni juga yang mengurus eksport import kain keluar negeri sedangkan almarhum ayah dulu yang mengurusi semua keuangan, baik yang berada disini maupun di luar kota. Dengan menangani masing-masing bagiannya, kami menerapkan sistem bagi hasil antara pak Toni dan ayah. Setelah ayah tiada, ibu dan aku yang menggantikan ayah, serta dibantu oleh paman.

Jam menunjukkan pukul 15.30, adzan ashar pun mulai terdengar, aku dan paman segera menutup toko untuk bergegas menuju mushola terdekat di samping toko yang hanya berjarak 100 meter. Saat selesai sholat, aku dan paman hendak pulang ketika ada seseorang menepuk pundakku.

"Nak Athar, apa kabar? sudah lama tidak bertemu" sapa pak Rohim.

Pak Rohim adalah salah satu teman ayah yang rumahnya tidak jauh dari toko. Beliau baru pulang dari Kalimantan setelah 3 tahun di sana untuk bekerja.

"Alhamdulillah baik pak. Sejak kapan pulang pak?" tanyaku.

"Baru 2 hari kemarin, ini saya lagi cuti. Alhamdulillah izin cuti dikasih 5 bulan jadi bisa agak lama dikampung halaman. Gimana nak Athar sudah menikah?".

"Belum pak" jawabku.

"Lhoo kenapa kok nggak segera nikah. Buruan nikah... nikah itu ladang ibadah lho. Mau ngapain aja sama istri asalkan ikhlas dan ridho, dapat pahala. Jangankan hal-hal yang besar, pegangan tangan sama istri saja sudah dapat pahala" kata pak Rohim.

"Maunya ya segera pak, tapi apalah daya jodohnya belum dateng pak. hehehe. Doakan saya segera menemukan jodoh saya pak". jawabku.

"Aamiin. Semoga Allah mengabulkan. Mari main kerumah saya". kata pak Rohim.

"Terimakasih pak... InsyaAllah lain kali saya mampir. Saya sudah ditunggu paman saya ditoko. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam".

Jam menunjukkan pukul 17.00 aku bergegas mengambil tas untuk pulang. Setelah berpamitan dengan paman, aku pun segera melajukan motorku.

Dalam perjalanan pulang aku teringat dompet yang aku temukan tadi. Pasti yang punya sudah kebingungan mencarinya. Apalagi dalam dompet itu selain uang tunai yang lumayan banyak, juga ada barang-barang penting, seperti KTP, SIM, ATM dan ada beberapa surat-surat yang sepertinya masih dibutuhkan. "Gimana aku ngembaliin ini dompet. Ekspedisi sudah tutup, sedangkan sebentar lagi malam dan perjalanan ke kota itu memakan waktu 3 jam lebih. Besok ajalah aku kirim lewat ekspedisi, jadi tidak perlu jauh-jauh" pikirku.

Sesampainya dirumah aku segera membersihkan diri dan bersiap dikamar untuk sholat maghrib. Sayup-sayup ku dengar suara ibu ketika mengaji. Adem rasanya mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an dikumandangkan. Adzan Maghrib pun berkumandang, aku dan ibu melaksanakan sholat maghrib berjama'ah dirumah.

Selesai sholat aku mengambil bekal yang dibawakan ibu tadi pagi yang lupa aku makan.

"Bu... maaf ini bekalnya lupa aku makan soalnya tadi lupa pas ditoko bantuin paman".

"Kamu ini kebiasaan ya... selalu lupa makan. Jaga kesehatan dong. Kasian itu cacing pasti pada kurus diperut kamu" jawab ibu.

Akupun tertawa mendengar ibu berkata seperti itu.

"Ya berarti aku sekarang harus makan yang banyak dong biar mereka nggak ngamuk" kataku sambil tertawa, ibupun ikut tertawa.

Setelah makan kami pun sholat isya' dan aku lanjutkan untuk mengaji.

Ketika aku mulai memejamkan mata, ibu mengetok pintu.

"Athar, besok kamu ngajarnya liburkan?".

"iya bu, emangnya kenapa?".

"Anterin ibu ke Malang besok ya... Ibu mau takziah ke teman ibu. Sebenernya banyak temen dari sini, tapi mereka berangkatnya besok jam 6 karena mereka mau mampir dulu di salah satu temennya untuk diajak bareng-bareng kesana nya. Sedangkan ibu jam 8 pagi masih harus menghadiri acara nikahan di desa tetangga. Nggak enak kalau datengnya lambat, sering ketemu juga soalnya".

"Siap ibuku tersayang". jawabku.

"Ya sudah ibu mau tidur dulu, kamu juga cepet tidur".

Aku mengiyakannya dan ibu kembali ke kamarnya.

Oh iya... dompet itu kan alamatnya di Malang. Kebetulan banget, besok mau kesana sekalian nganterin dompetnya lah. Pikirku.

Oke, besok mau ada perjalanan yang lumayan jauh, jadi sekarang waktunya aku istirahat sambil mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an di speaker kecil, membuat hati menjadi tenang dan nyaman sehingga membuatku tertidur.