Dua hari telah berlalu setelah aku dan ibu ke Malang tempo hari.
Kini pagi telah menyapa. Selesai sholat subuh tadi aku menyiapkan bahan untuk nanti mengajar karena hari ini ada ulangan harian. Jadwalku hari ini hanya ada 2 kelas. Selesai bersiap aku menuju meja makan dan ibu sudah menungguku untuk sarapan.
"Le... nanti ibu bareng kamu aja ya, mau ke toko ada urusan sama paman mu" ucap ibu.
Aku yang makan sambil melamun tidak menjawab ketika ibu berbicara.
"Le... ada apa? kamu baik-baik aja?" tanya ibu sambil memegang tanganku.
"oh... iya bu ada apa? aku baik-baik aja kok" suara ibu membuyarkan lamunanku. Kupikir aku tidak perlu menceritakan kegelisahan hatiku dengan seseorang hanya aku temui sekilas.
"jangan banyak melamun, kalau mau menikah nanti ibu carikan" jawab ibu sambil senyum-senyum.
"ah... ibu ini. kelihatannya ibu yang ngebet banget pengen punya menantu. hehehe..." jawabku
"emang" hihihi. jawab ibu sambil terkekeh.
Aku berangkat bersama ibu. Dalam perjalanan aku berbicara dengan ibu,
"ibu ada urusan apa dengan paman? apa perlu bantuan ku juga?
"nanti kamu juga bakal tau sendiri Le..." hanya itu yang ibu jawab.
Setelah menurunkan ibu di toko bersama paman, aku segera berangkat menuju sekolah. Sesampainya di sekolah aku segera masuk ke kelas untuk mengajar. Jam pelajaran berlangsung selama 1 jam setelah itu aku pindah di kelas lain.
Tiba-tiba ada pesan masuk dari ibu.
"Le... selesai ngajar mampir ke toko dulu ya. Ada kepentingan sedikit". segera ku balas "Siap bu". Setelah keluar dari kelas aku bertemu dengan Melisa yang sama-sama keluar dari kelas.
"Sudah selesai mengajarnya pak?" tanya Melisa.
"Sudah bu" jawabku.
"Oh iya awal bulan depan ada seminar para guru untuk membahas sistem pembelajaran baru. Dari sekolah kita diwakilkan 3 guru. Apa pak Athar mau ikut?" ucapnya.
"Kalau saya memang diminta mewakili, saya mau ikut bu, tapi kalau tidak ya tidak apa-apa mengajak yang lain". jawabku.
"Nanti saya konfirmasi sama bapak kepala sekolah dulu ya pak. Nanti saya kabarin" jawab melisa. Aku hanya mengangguk.
"Pak Athar nanti pulangnya jam berapa? Rencana nya saya mau bareng, kita kan jalannya searah. Soalnya tadi berangkat saya dianter adik saya" tanya Melisa.
"Maaf bu, saya sekarang sudah selesai mengajarnya dan ini saya mau ada urusan sama ibu dan paman saya".
"Oh ya sudah kalau begitu, lain kali mungkin ya pak" jawabnya. Aku hanya tersenyum sambil berpamitan.
Melisa memang terbilang cantik dan sexy. Setidaknya itu kata temanku. Tapi entahlah aku kurang begitu 'sreg' dengannya.
Pukul 11 aku sudah selesai mengajar dan aku segera pulang ke toko. Sesampainya di toko ada ibu, paman dan pak Rohim.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam" jawab mereka bertiga berbarengan. "Alhamdulillah yang ditunggu akhirnya datang juga" ucap paman.
"Kok tumben rame-rame begini ada acara apa paman?" sambil aku menyalami ibu, paman dan pak Rohim.
"Begini Le... ibu dan paman berniat mau menjodohkan kamu dengan keponakan pak Rohim ini. Dan nanti rencananya minggu ini kita akan ke sana untuk menemuinya. Gimana menurutmu?" ucap ibu.
"Iya Nak Athar... nanti saya dan istri akan ikut juga bersama kalian. Ya siapa tahu cocok, tidak ada salahnya kan mengenal dulu. Ayah dari wanita ini juga kepengen anaknya cepat nikah, sudah umur 24 tahun dan sudah kerja sebagai guru SD juga soalnya". ucap pak Rohim.
Saya terdiam sejenak, melihat ibu dan paman yang penuh harap akan perjodohan ini. Serta pak Rohim yang juga sangat bersemangat menjodohkan keponakannya dengan saya.
"Baiklah...saya ngikutin ibu aja. Kalau ibu saya cocok, saya juga cocok" jawabku.
"InsyaAllah" jawab mereka hampir bersamaan.
Kami pun berbincang-bincang membahas pertemuan minggu besok dan yang lainnya sampai adzan zhuhur berkumandang. Kami bergegas untuk sholat berjama'ah di mushola dekat toko. Selesai sholat aku dan ibu segera kembali ke toko.
Hari sudah mulai sore, aku dan ibu segera berpamitan dengan paman untuk segera pulang karena langit mulai mendung, takutnya nanti keburu hujan kasian ibu.
Ditengah perjalanan hujan turun disertai dengan angin kencang, aku pun berteduh di halte yang hanya sedikit orang nya sedangkan disampingnya ada banyak orang yang berteduh di emperan toko yang tutup. Mataku tertuju pada sepasang muda mudi yang sedang bermesra'an ditengah banyak orang yang sedang berteduh. Mereka duduk di atas motor dengan posisi wanita didepan dan yang laki-laki dibelakang melingkarkan tangan di perut si wanita sambil dagu si laki-laki dipundaknya si wanita. Terlihat si wanita itu sangat enjoy dan tidak merasa risih diperlakukan laki-laki seperti itu. Entahlah... mereka sudah menikah atau belum, tapi menurut saya sekalipun mereka sudah menjadi suami istri rasanya tidak baik kalau mempertontonkan seperti itu ditempat umum. Apalagi ditengah-tengah orang yang sedang berteduh tanpa mereka malu dilihat banyak orang yang berada di sampingnya. Astaghfirullah. Begitulah pemandangan dua insan yang sedang terlena dalam asmara. Tak peduli dimana pun dan kapanpun tempatnya tetap melakukan hal yang kurang baik, menurutku.
Hujan mulai reda, aku bersama ibu melanjutkan perjalanan pulang. Sampai dirumah aku duduk bersantai di kamar sambil bermain Handphone. Ada inbox di situs facebook ku. "Hai Athar... no.hp kamu berapa? Ada undangan nikah nih dari temen kita dulu, si Amir" sapa temanku Angga.
Angga adalah teman kuliahku dulu. Aku segera membalas inbox nya dengan memberinya nomer handphone ku. Akupun ketiduran sampai terdengar ibu suara ibu membangunkan ku ini.
"Le...Athar... bangun dulu nak waktu Ashar sudah hampir habis, ayo sholat dulu". Aku terbangun dan segera membersihkan diri.
Setelah selesai sholat aku melanjutkannya dengan mengaji ditempat sholat sambil menunggu adzan Maghrib. Tiba-tiba hp ku berbunyi dari nomer asing yang belum aku save dan segera ku angkat. "Hallo Assalamualaikum".
"Walaikumsalam... Athar ini aku Angga". jawabnya.
"Oh...kamu ngga... iya apa kabar?".
"Alhamdulillah baik... ada undangan nih dari Amir temen kita dulu nikah, acaranya besok. Maaf mendadak, aku lupa mau bilang ke kamu". ucapnya.
"Iya nggak apa-apa santai aja. Kamu nanti dateng sama siapa? Barengan ya besok" kataku.
"Ya sama anak istriku bro... Kebetulan istriku kenal juga sama istrinya Amir. Kamu juga ajak dong pacar atau temen deket gitu, biar keliatan ada pasangan. hehehe" jawabnya sambil terkekeh.
"hmmmm.... terus aja ngledekin".
"hahahahahahaha" dia makin kenceng ketawanya. "Ya udah nanti kalau mau berangkat ke acara aku kabarin deh, ok"
"Siap Ngga"
"Ya udah kalau gitu nanti disambung lagi ya, Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam" jawabku.
Semua teman-temanku memang sudah tau kalau aku tidak pernah punya teman dekat wanita. Teman-temanku banyak yang menilai aku dengan berbagai spekulasi, ada yang menilai aku sombong, pendiam, kurang pergaulan, dan sok jual mahal. Tapi tak apa, aku menanggapinya dengan santai karena mereka tidak mengenalku lebih dalam. Dengan bersikap seperti ini setidaknya aku tidak ikut terjerumus kedalam lembah maksiat yang penuh dosa. Saat hanya tinggal ibu yang mengasuhku, sejak saat itu aku dituntut untuk selalu bersikap dewasa dan aku telah bertekad untuk tidak akan membuat ibu susah ataupun malu dengan kelakuanku.