Adzan subuh berkumandang, aku pun terbangun dan bergegas bersiap untuk sholat subuh berjama'ah di mushola. Jarak rumah kami ke mushola memang lumayan dekat hanya sekitar 50 meter. Sepulang dari mushola ibu menyiapkan makanan untuk kami sarapan, sedangkan aku melakukan olahraga di depan rumah sambil menyiapkan serta mengecek semua keadaan mobil untuk kami pakai nanti ke luar kota.
Pagi itu ibu berpamitan mau ke acara nikahan dulu sebelum kami berangkat.
Jam menunjukkan 08.30 ibu pulang dan kami pun segera berangkat ke Malang. Aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang karena ibu takut mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dalam perjalanan ibu membahas tentang pernikahan kepadaku.
"Le... ibu ini sudah bertambah tua, ibu pengen sekali melihat kamu, anak satu-satunya yang ibu miliki bisa menikah, membina keluarga dan mempunyai anak. Apa kamu sudah memiliki calon untuk kamu bawa pada ibu?" tanya ibu.
"belum ada bu..." jawabku.
"Jangan terlalu menutup diri Le. Ya sudah... biar ibu yang carikan saja ya. Ibu tau seperti apa yang kamu inginkan untuk jadi istri kamu. InsyaAllah ibu bakal cari yang terbaik untuk kamu nanti" tambah ibu.
"Iya bu... aku nurut ibu aja. Kalau menurut ibu orangnya baik, aku siap".
"Insyaallah ya" kata ibu sambil mengelus pundakku.
Perjalanan pun kami tempuh selama 4 jam karena ada beberapa titik daerah yang macet. Kami pun berhenti di mushola untuk sholat zhuhur terlebih dahulu. Selesai sholat ibu menghubungi teman-temannya untuk memastikan. Selang beberapa menit teman-teman ibu beserta rombongannya menghampiri kami di mushola dan diajak bareng berangkat bersama mereka. Aku mengikuti mobil mereka dari belakang. Kami pun tiba dirumah duka. Rombongan kami hanya aku dan pak sopir yang laki-laki, selebihnya para wanita. Aku bersama pak sopir dan beberapa kerabat yang punya rumah berada di teras sedangkan ibu dan teman-teman yang lain berada di dalam rumah.
Setelah beberapa saat, kami pun berpamitan untuk pulang. Ketika menuju mobil teman-teman ibu mengajak mampir dan bersantai dulu dirumah makan. Aku dan ibu pun mengiyakan. Sesampainya dirumah makan, aku berpamitan pada ibu mau ada keperluan sebentar karena kebetulan aku melihat di maps posisi rumah makan dan alamat rumah yang punya dompet itu lumayan dekat, hanya beda kecamatan.
Aku berangkat mencari alamat rumah yang ada di dalam dompet tersebut. Setelah mengikuti arah maps dan tanya sana-sini ke orang di pinggir jalan akhirnya ketemu juga alamatnya dan aku berhenti tepat di depan rumahnya. Rumah bercat biru dengan pagar berwarna hitam dan silver adalah rumah yang aku tuju, rumah dari pemilik dompet ini. Akupun menghentikan mobilku dan turun untuk masuk ke halaman rumah itu. Aku sudah sampai didepan pintu dengan pintu rumah yang sedikit terbuka, aku mulai mengetuknya.
"Assalamualaikum" sapa ku tapi tak ada jawaban.
"ku mengulanginya sampai 3x sambil terus mengetuk pintunya.
Dan akhirnya ada jawaban dari dalam rumah itu.
"Waalaikumsalam" dan pintu pun terbuka. Perempuan seumuran dengan ibuku menyapa " Iya ada apa mas? Mau cari siapa?" tanya nya.
"Maaf bu... saya mau mengembalikan dompet ini. Kemarin saya menemukannya ditengah jalan ketika yang punya mau naik bis, saya belum sempet untuk memberitahu pemiliknya tapi bis nya sudah jalan" jawabku sambil aku menyodorkan dompet itu.
Ibu itu pun menerima dan membuka dompet itu. "Oh... Alhamdulillah terimakasih banyak ya mas. Ini punya anak saya. Afifah.... sini ndok". Panggil ibu itu.
"Sebentar ya mas. Silahkan duduk". Ibu itu mempersilahkan aku duduk di kursi teras kemudian dia pun masuk kedalam rumahnya. Samar-samar ku dengar dari luar ibu itu berbicara dengan seseorang, mungkin yang punya dompet. Ibu itu pun keluar sambil membawa segelas teh bersama dengan seorang wanita yang kira-kira umur 22-24 tahun, sama-sama berjilbab seperti ibunya. Akupun terpana melihatnya. Cantik seperti di foto tanda pengenalnya. Astaghfirullah aku segera mengalihkan pandanganku. "Terimakasih banyak ya mas, saya Afifah pemilik dompet ini. Saya pikir sudah hilang kemarin". ucap wanita itu sambil menangkupkan kedua tangannya di dada pertanda dia seorang muslimah yang baik karena dia tidak mau bersentuhan dengan lawan jenis.
"Sama-sama".
"Ini silahkan diminum teh nya mas". Kata ibu itu.
"Iya bu, terimakasih. Akupun meminum teh nya.
"Kalau boleh tau mas namanya siapa? Dan asalnya dari mana?" tanya wanita itu.
Akupun menjawab, "Saya Athar dari Kediri dan kemarin pas berhenti di lampu merah dompet ini jatuh, saya belum sempet bilang tapi bis nya keburu jalan".
"Masyaallah... jadi mas ini dari Kediri? Repot-repot jauh mengantarkan dompet kesini. Terimakasih banyak lho mas. Kata ibu itu.
"Iya bu... kebetulan saya sedang mengantar ibu saya ada keperluan juga di sini jadi sekalian mengantarkannya juga. Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu. Nanti takutnya ibu saya kelamaan nunggu nya". Kata ku.
"Oh... iya mas. Sekali lagi terimakasih banyak ya mas" ucap wanita itu.
Akupun mengangguk.
"Assalamualaikum" ucapku.
"Waalaikumsalam" jawab wanita itu berbarengan dengan ibunya.
Aku berjalan menuju mobil. Dijalan aku masih terbayang-bayang dengan wanita itu dan sempat berfikir, kenapa tadi tidak minta nomer handphone nya, untuk sekedar basa-basi atau apa gitu. Ah... aku memang pemalu dan tidak berani untuk mendahului mengenal wanita.
Aku telah sampai dirumah makan tempat ibu dan teman-temannya. Ibu telah memesankan makanan untukku. Setelah makan, adzan ashar pun berkumandang dan kami pun sholat berjama'ah di mushola yang berada di samping rumah makan tersebut. Setelah selesai kamipun melanjutkan perjalanan lagi untuk pulang. Dalam perjalanan ibu membahas soal tadi di tempat ta'ziah ada beberapa teman ibu yang membicarakan aku dan mau menjodohkan aku dengan anaknya ataupun keponakannya. Katanya sudah tampan dan mapan siapa sih yang nolak untuk anaknya di nikahi. Diantara mereka ada yang kelihatannya serius dengan perjodohan ku dengan keponakannya. Ibu pun menjawab kalau memang berkenan diatur saja jadwal pertemuan kami. Akupun ngikut aja apa kata ibu. Toh, aku sendiri juga tidak berani mendekati wanita sendiri secara langsung, pikirku.
Kami sholat maghrib dan Isya' dijalan dan sampai dirumah pukul 20.30. Setibanya dirumah aku segera membersihkan diri dan masuk ke kamar untuk merebahkan badan. Alhamdulillah... perjalanan pergi sampai pulang dengan selamat dan lancar tanpa halangan apapun. Akupun tertidur sambil mendengarkan lantunan ayat suci Al - Qur'an.
Dalam tidurku, aku bermimpi bertemu dengan wanita itu. Afifah Hilya Nafisah. Wanita yang kutemui untuk mengembalikan dompet tadi. Dia memakai baju bercorak putih biru dengan jilbab biru sedang melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum ke arahku. Sangat menawan. Tiba-tiba aku terbangun saat pukul 02.00 ditengah mimpiku sambil mengucapkan istighfar berkali-kali. Sebelumnya aku tidak pernah memimpikan seorang wanita mana pun selain ibuku. Tapi apakah ini? Hatiku merasa gemetar. Aku segera mengambil air wudhu untuk melakukan sholat tahajud. Memohon ampun dan meminta petunjuk kepada Allah, pertanda apakah ini karena baru kali ini seorang wanita hadir di mimpiku yang baru aku kenal dan aku lihat sekilas saja. Entahlah... baru pertama kali aku merasakan seperti ini. Memikirkan bahkan bermimpi bertemu dengan seorang wanita. Aku menyerahkan semuanya hanya kepada Allah. Hanya Allah lah yang bisa membolak-balikkan hati manusia. Ditengah-tengah kegelisahan hatiku aku bersujud kepada-Mu Ya Allah Ya Robbi. Aku berserah hanya kepada-Mu. Aku bersimpuh di hadapan-Mu untuk memohon ampun kepada-Mu Ya Allah Ya Tuhanku.