Chereads / BALAS DENDAM MANTAN ISTRI / Chapter 3 -  Pernikahan  

Chapter 3 -  Pernikahan  

Sekar, sejak lama memang bekerja di bank swasta sebagai Sekretaris Presiden Direktur dan hanya berhubungan dengan karyawan yang berhubungan dengan tugas-tugasnya saja dan Sekar, kurang begitu mengenal karyawan/karyawati yang lain. Dan ada salah satu karyawan yang selalu memperhatikan tanpa Sekar sadari.

Suatu saat ketika sedang makan siang di kantin kantor mereka bertemu dan berkenalan, dia menyapa Sekar lebih dahulu, "Hai, namaku Martin, kamu namanya Sekar bukan." Lalu

Sekar jawab, "Iya, ada apa ya." "Tidak aku hanya ingin kenal saja, biar kalau istirahat makan siang ada temannya makan," jawabnya. Kemudian dia mempersilahkan duduk di depannya sambil menunggu datangnya makanan yang dipesan, ketika makanan sudah datang, tanpa bicara lagi mereka makan dengan cepat, sesudah makanan mereka habis lalu mereka berdua bergegas kembali ke kantor karena takut di tegur atasan kalau terlambat kembali ke ruangan kerja dan disini mereka kerja dengan disiplin yang tinggi seperti waktunya istirahat makan siang. Dan karena volume pekerjaan yang tinggi di kantor itu mereka tidak bisa santai atau ngobrol apalagi main game. Dan ketika pulang kantor mereka semua terburu-buru untuk pulang, kecuali ada pekerjaan sangat mendesak yang mengharuskan mereka lembur.

Seperti biasa tiba waktu istirahat Sekar pergi ke kantin kantor untuk makan siang, dan disini Sekar dapat ber interaksi dengan teman-teman karyawan dari divisi lain, dan di kantin telah menunggu Martin di meja yang kemarin mereka duduki, Martin melihat Sekar lalu berdiri dan melambaikan tangan, "Disini," katanya. Lalu Sekar mendekatinya, "Hai, kamu sudah disini lebih dahulu, memang kerjaan tidak banyak ?," ujar Sekar. Lalu Sekar bertanya, "Sudah pesan makanan belum ?," Lalu dia jawab, "Belumlah aku tunggu kamu, Sekar." "Oh, kalau begitu ayo pesan nanti aku yang bayar," ujar Sekar. Dan kemudian Martin menjawab, "Jangan, aku yang bayar karena aku laki-laki malu kalau makan dibayari perempuan," kata Martin.

Karena intensnya mereka bertemu lama-kelamaan ada perasaan yang aneh kalau bertemu dengan Martin tapi Sekar tidak berani mengutarakan perasaannya karena takut Martin ada yang punya, juga Sekar masih trauma peristiwa dengan Johannes, takut peristiwa lalu terulang kembali. Mereka berhubungan dan bertemu hanya di kantin kantor, Sekar tidak mengizinkan Martin untuk main ke rumah orang tuanya maupun ke kontrakkannya terlebih mengetahui masalah keluarganya. Di kantin kantor tempat mereka biasa bertemu Martin mengatakan nanti sesudah pulang kerja tunggu dia, karena Martin akan membawa Sekar main ke rumahnya, karena kedua orang tuanya mau kenal Sekar. Kemudian setelah usai jam kerja mereka berboncengan naik motor ke rumah orang tuanya dan sesampainya di rumah Martin kedua orang tuanya sangat baik dan ramah dan Sekar dipersilahkan masuk dan mamanya yang selalu mengajak Sekar bicara dan disini Sekar merasa sangat nyaman seperti mendapat orang tua kedua. Beberapa bulan kemudian Martin bertanya pada Sekar, apakah Sekar mau menikah dengannya, disini Sekar tidak bisa langsung menjawab karena Sekar bimbang dengan peraturan kantor bahwa mereka sesama karyawan tidak boleh ada hubungan pernikahan atau suami istri harus keluar salah satu atau satunya pindah ke cabang lain ini merupakan dilema bagi Sekar. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Martin yang akan keluar dari perusahaan, kalau Sekar oleh atasannya dilarang keluar dan menurutnya biar Martin yang keluar karena dia kedudukannya lebih rendah darinya.

Tiba saatnya hari yang Sekar nanti-nantikan yaitu kedua orang tua Martin datang melamar dan yang menerima dan menyambut tamu cuma papa, karena papa senang anaknya yang bernama Sekar dilamar orang. Karena dilingkungan rumah Sekar perempuan seumur Sekar sudah mempunyai anak tiga. Lalu Mamanya Martin menanyakan keberadaan mamanya Sekar dan lalu Sekar masuk ke kamar minta mama untuk keluar karena mamanya Martin ingin kenal. Dan dengan berat hati mamanya keluar dari kamar dan mau menemui mamanya Martin, kemudian Sekar sibuk membuat minuman untuk calon mertuanya. Setelah berbasa-basi kemudian kedua orang tua Martin pamit dan ini hanya silaturahmi perkenalan dan sekaligus melamar Sekar untuk Martin dan nanti akan datang lagi untuk menentukan hari pernikahan. Dan kembali mereka disibukkan dengan rutinitas kerja, tetapi sekarang Sekar pulang selalu diantar Martin, rupanya kalau mau menikah itu pusing banyak yang dipikirkan dari mulai yang besar-besar sampai tetek bengek yang kecil-kecil.

Dan tibalah saatnya hari bahagia itu datang yaitu hari pernikahan Sekar, teman-teman kantor semuanya Sekar undang dan datang semua, di hari pernikahannya keluarga Martin membawa hantaran pernikahan tetapi mamanya Sekar tidak suka dengan berbagai hantaran itu menurutnya tidak cocok semuanya entah apa yang ada dalam pikiran mamanya Sekar. Disini Sekar jadi tidak enak pada orang tuanya Martin karena perkataan mama yang pedas terdengan oleh mereka dan mama Martin bertanya pada Sekar, "Sayang, apa ada yang membuat mamamu tidak suka." Jawab Sekar, "Itu sudah biasa ma, mama memang orangnya begitu." "Oh, begitu," sambil menghela nafas mama Martin tersenyum.

Kemudian setelah resepsi selesai mamanya Sekar langsung masuk kamar dan tidak mau menemui mamanya Martin yang pamit pulang. Kemudian setelah menikah Sekar belum pulang ke kontrakkannya karena masih belum boleh pindah oleh papanya, tetapi mereka jadi sengsara karena bangun kesiangan saja mamanya Sekar marah dengan perkataan yang pedas selalu menyindir mereka berdua, lama-lama telinga Sekar panas tidak kuat dengan ke pedasan perkataan mamanya itu, tapi yang Sekar suka dari Martin dia selalu tersenyum tidak menanggapi sindiran mama. Dan akhirnya mereka pindah ke kontrakkan, mereka mulai hidup yang baru dengan segala keterbatasan, mereka mau hidup mandiri tanpa bantuan orang tua. Di tempat pekerjaan surat pengunduran diri Martin telah diterima atasannya, dan mengatakan mulai bulan depan Martin sudah tidak bekerja lagi di perusahaan . Sesampainya di rumah Sekar mengatakan, "Mas, mau cari pekerjaan dimana ?." Jawab suaminya, "Tenang saja pekerjaan banyak." "Dan yang penting sabar," tukasnya. Setelah itu suaminya dapat pekerjaan di Perusahaan Expedisi Jasa Pengantar Barang sebagai kurir pengantar barang, tetapi Sekar tidak malu, pekerjaan itu halal dan suaminya senang menjalaninya, karena jaman sekarang mencari pekerjaan susah, kalau tidak punya skill, kemauan dan kemampuan kita akan kelaparan.

Sekar suka dengan pekerjaan suaminya daripada menganggur, tetapi mamanya tidak suka katanya tidak ada pekerjaan lain, Sekar menjawab, "Mama yang penting suamiku kerja daripada jadi begal atau perampok, bagus dia mau jadi kurir, itu hanya batu loncatan saja."

Tetapi pembicaraan dengan mama tidak Sekar ceritakan ke suaminya, karena tkutnya jadi tersinggung. Dan ketika kandungannya sudah menginjak sembilan bulan Sekar kembali ke rumah orang tuanya karena ingin melahirkan disana, waktu itu sudah sore dan suaminya bilang mau pergi ke Bandung karena ada perusahaan yang menerima dia bekerja disana, kemudian Sekar ijinkan pergi lalu suaminya pergi. Tengah malam tiba-tiba perutnya sakit akan melahirkan, Sekar minta tolong papanya untuk antar ke rumah sakit, papanya bergegas antar Sekar ke rumah sakit, tapi yang Sekar heran, mamanya tidak peduli, cuma mengumpat dan mendoakan yang jelek-jelek, dan akhirnya Sekar melahirkan anak laki-laki dengan sehat dan selamat. Mendengar itu suaminya yang sedang di Bandung bergegas pulang karena mendengar Sekar sudah melahirkan dengan selamat dan kemudian anaknya diberi nama Chandra oleh adik-adiknya Sekar

.