Chereads / BALAS DENDAM MANTAN ISTRI / Chapter 8 - Perpisahan Membuat Bahagia.

Chapter 8 - Perpisahan Membuat Bahagia.

Tiba waktunya untuk mereka mediasi, Martin hadir di dampingi kedua orang tua dan istri mudanya dan ketika Sekar melihat kedua mertua lalu Sekar menghampiri untuk memberi salam, tetapi mereka hanya diam saja tidak mau menyambut salamnya, lalu Sekar pergi tetapi tidak kecewa. Sekar datang didampingi Papanya tercinta dan sahabatnya Herman yang selalu setia. Kemudian mereka dipanggil masuk ke ruang mediasi, lalu mereka memasuki ruang mediasi, sesudah mediasi gagal karena pada intinya Martin tidak mau menceraikan Sekar sedangkan Sekar ingin cepat bercerai, karena Sekar sudah tidak kuat lagi. Sesudah mediasi gagal, kemudian oleh panitera pengadilan di jadwalkan kapan akan mulai sidang, sesudah mereka masing-masing mengetahui jadwal persidangan dari panitera kemudian mereka pergi dari pengadilan dengan arah yang berbeda, dan Sekar diantar Herman menuju kantor karena hari itu Sekar memang minta izin hanya sebentar kepada atasannya, yaitu menghadiri agenda mediasi saja, sesudah mengantar Sekar kekantor lalu Herman mengantar Papanya Sekar pulang ke rumah, memang di akui Herman ini sangat loyal pada keluarga Sekar. Karena Herman sudah dianggap seperti anak sendiri oleh orang tuanya Sekar. Dan yang membawa Mamanya Sekar ke Psikiater juga Herman, karena Herman pandai membujuk dan merayu Mama. Dan sekarang Mama sudah mulai sembuh walaupun belum sembuh total.

Ketika kantor telah usai seperti biasa, Herman sudah menunggu di lobby kantor dan Herman tidak melihat Sekar karena sedang sibuk dengan gadgetnya, lalu Sekar menghampirinya kemudian Herman berkata, "Sebentar Sekar, aku baru saja terima order." Lalu Sekar hanya mengangguk dan lalu duduk disampingnya sambil bermain game online. Dan beberapa saat kemudian, Herman menepuk bahunya dan mengatakan, "Sekar, sudah selesai ? mari kita pulang." Dan seperti kebiasaan Herman selalu menggandeng tangannya dengan mesra dan itu yang Sekar suka dari Herman sahabat setianya. Dan ketika sampai dirumah hari masih sore menjelang senja, dan kemudian Herman mengajak Chandra bermain sedangkan Sekar membersihkan diri untuk berganti pakaian dan tiba-tiba Herman mengajak Sekar dan anaknya pergi keluar untuk jalan-jalan, Chandra senang sekali dalam pelukan Herman karena selama ini Martin tidak pernah menggendong atau mengajak Chandra jalan-jalan dan ketika sudah puas bermain di taman maka mereka pulang kerumah dengan diantar Herman dan langsung pulang juga. Dan ketika Sekar baru saja merebahkan diri di tempat tidur handphonenya berbunyi dan ketika dilihat siapa yang menelepon malam-malam tidak tahunya Herman memberitahu, Besok sidang perceraian yang pertama jangan lupa minta izin kantor bahwa hari ini kamu tidak bisa masuk kerja," dia mengingatkan. Dan Sekar jawab, "Iya, aku ingat dan terima kasih sudah diingatkan."

Keesokan harinya, Sekar sudah siap-siap akan berangkat ke pengadilan untuk menghadiri sidang pertama perceraian dengan Martin. Dan seperti biasa Herman sudah menunggu didepan rumah dan berteriak, "Sekar, jangan bawa mobil biar aku yang antar, disini sudah ada Papa," katanya. Sekar terkejut mendengar perkataannya bahwa Papanya sudah dijemput, tetapi Papa tidak turun dari mobil hanya melihat saja, dan lalu Sekar bergegas menuju mobilnya Herman. Kemudian mereka meluncur menuju pengadilan dan biasa Herman di tengah perjalanan mengajak mereka sarapan karena Herman belum sarapan, kemudian Papa berkata, "Nak, kamu belum sarapan, memang dirumah tidak ada yang menyiapkan sarapan ?." Lalu jawab Herman, "Pa, aku ini belum beristri jadi tidak ada yang urus aku, jadinya aku makan di warung tenda tepi jalan." "Oh, begitu, pantas saja, dan Papa pikir selama ini kamu selalu antar jemput dan jalan dengan Sekar istri kamu tidak marah, rupanya kamu belum beristri," ujar Papanya Sekar. "Belum ada yang cocok Pa, Yang cocok sudah milik orang coba bagaimana itu," celetuknya. Kemudian mereka tertawa bersama. Dan tanpa terasa mereka sudah sampai di pengadilan kemudian Sekar masuk ke ruang panitera pengadilan untuk mengatakan bahwa mereka sudah hadir dan meurut panitera pengadilan mereka sidang pukul 10.00 wib, jadi waktu mereka istirahat cuma 30 menit sambil menunggu Martin datang. Dan ketika tiba waktunya sidang Martin tidak hadir tanpa ada kabar dan ditelepon oleh Hermanpun tidak diangkat, maka sidang pertama kami gagal karena ketidak hadirannya, aku senang, semakin dia tidak hadir semakin cepat jatuh putusan cerai. Kemudian Sekar datang ke ruang panitera mengambil undangan untuk Martin kapan persidangan kedua mereka di jadwalkan. Ketika mereka keluar dari kantor pengadilan hari sudah siang dan waktunya untuk makan siang, karena Sekar sudah sangat lapar, kemudian seperti biasa Herman mencari tempat untuk makan, lalu berhenti di restaurant dan kemudian Sekar berkata, "Tidak biasanya, makan di restaurant, biasanya kita makan di warung tenda pinggir jalan." Lalu jawab Herman, "Sekar, kalau makan di warung tenda pinggir jalan itu kita berdua, tapi sekarang ada Papa, tidak mungkin kita makan di warung tenda pinggir jalan." Sesudah memesan makanan dan makanan yang dipesan tiba maka mereka menyantapnya dengan lahap karena nereka sudah sangat lapar. Sesudah mereka selesai makan, maka mereka segera menuju mobil untuk kembali pulang. Keesokan harinya kembali Sekar seperti biasa mengerjakan rutinitas rumah tangga dan berangkat untuk bekerja. Begitupun sesudah sampai di kantor kembali Sekar mengerjakan rutinitas pekerjaan kantor. Tidak terasa sudah satu minggu berlalu dan kembali Herman mengingatkan bahwa hari itu Sekar harus menghadiri sidang kedua perceraian, Dan paginya Sekar berangkat pengadilan dengan didampingi Papanya dan Herman sahabat setia. Dan kali ini Martin hadir dalam persidangan kedua ini dan tidak menoleh atau memberi salam kepada Papanya Sekar, Sekar atau Herman, dan wajahnya menunjukkan ketidak senangannya kepada mereka dan dalam persidangan kedua, Sekar memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya tanpa ada yang ditutupi sedikitpun, mendengar semua keterangan Sekar pada majelis hakim Martin sangat terkejut karena Sekar telah mengetahui semua tindak-tanduknya di luar rumah dan memberi makan istri mudanya menggunakan uang Sekar dengan cara berbohong dan semua itu sudah terinci dengan jelas. Kemudian sesudah itu Martin diberi kesempatan intuk membela diri dan dia berkata, "Semua, itu tidak benar dan dia perempuan kerjanya cuma selingkuh tuduhnya padaku." Dan sidang kedua selesai seperti biasanya, kemudian sidang-sidang selanjutnya sampai persidangan ke enam mereka belum ada putusan cerai, sidang ke tujuh mereka masing-masing membawa saksi dan saksi dari Sekar yaitu Papa dan Herman, dan ketika Papa jadi saksi maka disitu dibuka semua oleh Papa juga kesaksian Herman memberatkan Martin, karena Herman yang mendengar dan menyaksikan sendiri semua perbuatan Martin pada Sekar. Dan kemudian kesaksian dari pihak Martin yaitu kedua orang tuanya dan juga istri mudanyapun jadi saksi. Setelah mendengar kesaksian semuanya maka sidang putusan akan dibacakan pada sidang kedelapan. Tibalah sidang kedelapan yaitu pembacaan putusan hasil dari beberapa kali persidangan dan kemudian hakim memberikan putusan bahwa permohonan cerai Sekar di terima. Dan Sekar sangat bahagia karena akhir perjuangannya tidak sia-sia dan Sekar terlepas dari neraka dunia dan anak menurut hasil sidang ada padanya karena Chandra masih dibawah lima tahun jadi masih dalam perlindungan ibunya. Akhirnya Sekar menang kemudian memeluk Papa dan Herman juga.