Sesudah putusan hakim dan permohonan cerai di terima dan telah diputuskan itu semua membuat Sekar jadi lega, bersyukur. Tetapi pihak Martin sekarang lagi berusaha untuk banding dan meminta hak asuh anak jatuh padanya karena menurutnya Sekar tidak pernah sempat mengurus anak dan pertumbuhan anak tidak pernah Sekar perhatikan itu menurutnya, Tapi Sekar tidak bergeming sedikitpun, Martin mau banding kemanapun Sekar layani.
Setelah bandingnya ditolak, lalu Martin sering datang kerumah untuk bernain dengan Chandra, dalam hati Sekar kemarin kemana saja, baru ingat sekarang punya anak. Dan penampilan Martin sekarang tidak sehebat dahulu, sangat jauh berbeda dan sekarang lebih kusut dan kumal sebab tidak punya pekerjaan dan tidak punya uang terus harus memberi nafkah anak dan istrinya, karena istrinya tidak bekerja, dahulu untuk menafkahi istrinya minta uang dari Sekar dengan berbohong padanya. Sekarang Sekar hanya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, telah disadarkan sebelum terlambat jauh. Dan hidupnya jauh lebih baik daripada dahulu, hidupnya tenang, bekerja juga tidak ada yang menghantui agar Sekar dipecat, ingin pergi kemana saja dengan Chandra beserta asisten rumah tangga juga bisa. Dan sekarang, keinginan Sekar ialah memiliki rumah sendiri dan tidak mengontrak, Uang yang dahulu sering Sekar berikan untuk Martin foya-foya dengan perempuannya, sekarang Sekar kumpulkan sedikit demi sedikit untuk membeli rumah. Sekarang ini Sekar lagi rindu dengan Herman, karena sejak putusan sidang perceraian Herman tidak pernah terlihat lagi seperti dahulu yang bolak balik selalu ada dihadapannya dan gaya bicara kocaknya Sekar sangat rindu padanya.
Beberapa waktu kemudian Sekar mendapat promosi jabatan, yang selama ini selalu Sekar mimpikan sewaktu Sekar masih menjadi sekretaris president direktur, sekarang Sekar menduduki jabatan sebagai kepala cabang perusahaan di daerah Jawa Timur, daerah ini sama sekali Sekar tidak kenal dan disini tidak mengenal siapapun. Kepindahannya ke daerah sebenarnya Sekar sangat senang karena dapat melupakan masa lalu yang kelabu. Dan kepindahannya juga tidak ada yang tahu Sekar pindah kedaerah mana, yang diberitahu hanya Papanya seorang, karena Papanya sangat mendukung kepindahannya. Di daerah yang baru ini Sekar akan menata hati dan mencurahkan seluruh hidupnya untuk anaknya Chandra demi masa depannya, karena Chandra anaknya merupakan prioritas utama. Mengenai pekerjaan, itu juga merupakan superioritas yang akan mendukung secara finansial. Di daerah yang baru mereka tinggal di rumah dinas milik perusahaan, karena Sekar belum sempat mencari rumah kontrakan akan tetapi atasannya yang di Jakarta mengatakan, "Kamu, tinggal di rumah dinas saja, karena kami telah menyediakannya." Tetapi tetap saja Sekar nanti jika sudah mengetahui seluk beluk daerah ini, rencana Sekar tetap ingin punya rumah di daerah ini dan tinggal menetap disini. Ketika Sekar sedang berpikir dan sambil membereskan pakaian, tiba-tiba Papa datang dan tahu rumah dinas yang Sekar tempati, disini bahagianya bertambah karena ada Papanya, memang Papanya itu the best. Kemudian saat sarapan pagi Papa mengatakan, "Sekar, sekarang ini semuanya kita ambil hikmahnya saja dan tidak perlu disesali lagi." "Aku tidak menyesal Pa, ku ambil hikmahnya saja dan pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa. Aku disini senang dan bahagia sekali, jabatan ini merupakan hadiah yang sangat indah dalam hidupku."
Sepulang dari kantor, Papanya sedang bermain dengan Chandra anaknya Sekar sedangkan asisten rumah tangga sedang membersihkan rumah, karena belum bersih benar juga karena mereka baru saja pindah jadi belum rapi. Dan kemudian Sekar masak untuk makan malam, ketika sudah siap lalu Sekar memanggil Papanya dan asisten rumah tangga untuk makan malam bersama, disini asisten rumah tangga sudah Sekar anggap sebagai keluarganya sendiri jadi tidak pernah Sekar bedakan. Sesudah makan malam, ketika mereka sedang menonton televisi Papanya bertanya, "Sekar, Papa sekarang baru ada kesempataan untuk bertanya karena heran dengan Martin, dahulu waktu Papa kenal dia itu anak yang berbudi bahasa baik dan sopan santun, terus kenapa sekarang berubah 360 derajat itu yang membuat Papa kaget dan Papa pikir apa salah menghitung waktu kamu mau menikah dahulu." Lalu Sekar menjawab, "Aku, baru ingat Pa, sewaktu aku mau menikah dahulu, aku sedang berjalan berdua dengan Martin lalu melintas didepanku seekor ular besar dan berhenti didepanku dan wajah ular dan matanya merah menatapku aku kaget dan berhenti tidak bergerak sama sekali begitu pun Martin karena dia kaget sewaktu aku berteriak ada ular." Dan Papanya Sekar kaget mendengar cerita Sekar tadi, lalu Papa mengatakan, "Kenapa, pada waktu itu kamu tidak cerita ke Papa, kalau kamu cerita pernikahan harus dibatalkan, tidak harus dilanjutkan, karena itu sudah pertanda tidak baik." "Iya, Pa, pada waktu itu aku tidak mengerti, aku pikir itu biasa," jawab Sekar. Sesudah pembicaraan selesai dan mereka masuk ke kamar masing-masing untuk tidur. Seperti biasa ketika waktu subuh adalah ketika mereka semua bangun untuk mengerjakan segala macam pekerjaan rumah tangga karena nanti pada pukul 06.30 WIB, Sekar sudah berangkat ke kantor. Dan di kantor cabang yang baru ini Sekar memimpin karyawan kurang lebih 40 orang semuanya profesional dan hanya sekali-kali saja bertanya pada Sekar itu juga yang menyangkut laporan ke Kantor Pusat Jakarta. Pekerjaan ini sangat menyenangkan, dan pada jam-jam istirahat mereka patuh dan masuk kerja juga mereka tepat waktu pada intinya mereka karyawan-karyawan yang sangat disiplin.
Pada hari minggu, setelah dua minggu Sekar menempati rumah dinas, Sekar keluar rumah untuk keliling daerah tersebut bersama Papanya, Chandra tetapi asisten rumah tangga tidak mau ikut dengan katanya mau membersihkan rumah, ketika Sekar dan Papanya berkeliling, Sekar melihat rumah yang letaknya sangat strategis tidak terlalu jauh dengan kantornya dan jika hendak berangkat ke kantor lancar tidak ada kendala.
Dan tidak terasa sudah enam bulan Sekar sebagai kepala cabang kantor dan tinggal di daerah yang tidak dikenal ini, tetapi sekarang Sekar sudah sangat mengenal daerah sekeliling dan rencana untuk tinggal menetap dan membeli rumah semakin menggebu dalam hatinya karena Sekar sudah merasa betah untuk tinggal dan menetap disini. Dan ketika Sekar sudah mendapatkan rumah yang di idamkan maka Sekar berkonsultasi dengan Papanya, karena Papanya sekarang sedang ada di rumahnya dan bila Papanya tidak setuju maka Sekar tidak jadi membelinya. Tetapi untuk rumah yang ini Papanya setuju karena ada kebun dibelakangnya dan halamannyapun sangat luas dan Sekar juga setuju hanya harga rumah itu yang Sekar belum tahu, dan menurut orang yang menunggu rumah itu, orangnya ada di Jakarta sedang bekerja dan sudah di telepon untuk datang, karena untuk harga hanya dia yang bisa memutuskan, sedangkan yang menunggu rumah hanya tahunya rumah itu mau dijual.
Kemudian setelah beberapa bulan Sekar menunggu akhirnya dihubungi oleh penunggu rumah yang hendak Sekar beli mengatakan bahwa pemilik rumah besok akan datang dan Sekar mengatakan, "Iya, aku akan datang bila beliau sudah datang." Hatinya sangat senang padahal rumah itu belum Sekar bayar karena belum tahu harganya, dan semua kabar itu Sekar beritahukan ke Papanya agar pada saat pembayaran ada Papa disampingnya sebagai saksi pembelian dan Papanya mengatakan, "Iya Sekar, Papa akan datang untuk mendampingi kamu, karena kamu sendirian disana, walaupun anak Papa mandiri tetap saja Papa merasa khawatir, karena anak Papa cuma kamu yang berani merantau dan jauh dari orang tua."