Bahtera rumah tangga Sekar yang baru berjalan dua tahun mulai goyah, disebabkan berbagai hal seperti suaminya yang mulanya baik sekarang sangat berubah 360 derajat dan ketahuan aslinya yang tidak bisa Sekar tolerir lagi, Sekar ini wanita yang bekerja dan selalu sibuk dengan perkerjaan di kantor terkadang bawa pulang pekerjaan ke rumah, dan suaminya Martin sibuk juga pergi yang Sekar pikir pergi bekerja.
Sekar, semakin tenggelam dalam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam berumah tangga dan bayar kontrakkan rumah, karena suaminya tidak pernah mencukupi biaya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Perasaan Sekar, suaminya semakin lama semakin jauh dan juga jadi jarang pulang ke rumah, mereka, mulai bertengkar dalam hal sekecil apapun jadi sumber pertengkaran tetapi Sekar masih waras dan sadar dalam pikirannya ini mungkin bumbunya dalam berumah tangga, pertengkaran demi pertengkaran sering terjadi, tetapi disini Sekar selalu mengalah.
Suatu hari suaminya Martin minta uang padanya, "Ma, aku minta uang untuk beli bensin mau pergi ke Bandung ada pekerjaan." Dan Sekar percaya saja, "Berapa," kata Sekar, mungkin karena sibuk bekerja nanti suaminya tidak sering memancing pertengkaran dengannya. "200 ribu saja, untuk bensin saja, kalau makan aku sudah dibayari teman,." katanya. Lalu Sekar beri uang Martin 300 ribu dan Martin berkata, "Ma, ini lebih aku minta cuma 200 ribu saja, kenapa kamu beri aku 300 ribu." "Ya, sudah tidak apa-apa masa dompetmu kosong," jawab Sekar. Kemudian Sekar bersiap untuk pergi ke kantor. Sambil mengendarai mobil Sekar berpikir apa mungkin suaminya itu bekerja di Bandung karena di perhatikan selalu pulang pergi ke Bandung dan terkadang tidak pulang sampai beberapa hari, tetapi Sekar berpikiran positif saja, terkadang hatinya tidak bisa dibohongi dan perasaan curiga itu tetap ada.
Dan Sekar sebagai istri perasaannya selalu berkata bahwa suaminya itu tidak jujur, karena perasaan seorang istri lebih tajam dari pisau pernah suatu waktu Sekar bertanya, "Pa, aku boleh ikut ke Bandung, aku mau tahu tempat kerja kamu dan bergerak di bidang apa ?." Lalu Martin jawab dengan sinisnya, "Apa sich kamu, mau ikut-ikut saja seperti istri tidak punya kerjaan saja."
Lalu Sekar menjawab, "Aku hanya ingin tahu saja, dan juga aku belum oernah ke Bandung, Bandung itu seperti apa ?, apa seperti Jakarta ?, karena aku lihat kamu betah di Bandung dan sering tidak pulang berhari-hari, aku memperhatikan kamu lho."
Kemudian pembicaraan Sekar dan suaminya berlanjut dan katanya, "Ma, Bandung itu sama dengan Jakarta hawanya panas dan aku minta kamu jangan curiga terus sebab kecurigaan itu berbahaya bagi rumah tangga kita mengerti kamu." "Aku mengerti, tapi aku lihat sekarang kamu jauh berbeda dan hampir aku tidak kenal siapa kamu dan kamu bukan Martin yang kukenal dulu," jawab Sekar.
Seperti biasa hari-hari setelah bangun di pagi hari sebelum berangkat bekerja Sekar mengerjakan tugas rumah tangga memasak dan menyiapkan makanan untuk anaknya, karena kalau Sekar pergi kerja anaknya makan dari masakannya bukan dari asisten rumah tangga, karena asisten rumah tangganya selain mengasuh anak tugasnya hanya membersihkan rumah dan mencuci pakaian saja. Sesudah selesai pekerjaan rumah tangga dan menyiapkan makan anaknya lalu Sekar pergi kerja dengan tenang.
Di perjalanan menuju kantor sambil mengemudi Sekar berpikir, kenapa sekarang sesudah berumah tangga hidupnya jadi tambah susah dan pusing, banyak yang dipikirkan. Sewaktu Sekar pulang kerja dan hari telah larut malam, asisten rumah tangganya mengatakan, "Bu, Chandra tadi siang buang-buang air dan badannya panas sekali dan saya bawa berobat ke Puskesmas, maaf ya bu, saya lancang karena saya khawatir." "Oh, Chandra sakit, pantas tadi waktu aku pegang agak hangat, terima kasih mbok," jawabnya. Sekar senang mempunyai asisten rumah tangga walau sudah tua tapi dia sangat rajin dan menganggapnya sebagai anak dan Chandra sebagai cucunya.
Jadi walaupun Sekar punya suami tetapi seperti wanita tidak bersuami, karena di rumah hanya bertiga saja yaitu dengan anak dan asisten rumah tangga dan suaminya Martin entah dimana Sekar sudah malas untuk bertanya atau bertengkar dengannya. Pada pokoknya kalau Martin pulang suaminya kalau tidak pulang ya bukan suaminya. Suatu saat pada waktu itu malam hari suaminya pulang ke rumah dan langsung membersihkan diri mandi, dia langsung taruh bajunya di mesin cuci, Sekar hanya memperhatikan saja, karena jika Sekar tegur pasti akan terjadi pertengkaran besar disebabkan Martin masih lelah dan panas dari jalan.
Ketika di tempat tidur, Sekar bertanya, "Pa, bagaimana pekerjaan kamu sukses." "Sudah jangan tanya terus aku lelah mau tidur," tukasnya. Setelah itu Sekar terdiam lalu membelakangi Martin dengan perasaan ingin tahu dan kesal karena pertanyaannya di jawab begitu. Keesokan paginya ketika Sekar sudah bersiap berangkat kerja suaminya masih tertidur dan Sekar pergi saja tanpa pamit, karena kelihatannya Martin sangat lelah sekali.
Suatu ketika Sekar tidak sengaja mendengar pembicaraan Martin dengan temannya berbicara di handphone sambil tersenyum-senyum kadang tertawa terbahak-bahak disitu kecurigaan semakin jelas dan Sekar mau marah tapi belum ada bukti. Terus Sekar ikuti permainan suaminya secara diam-diam dan Martin tidak menyadari semua itu. Sekar perhatikan beberapa hari ini suaminya tidak pergi-pergi ke Bandung kemudian Sekar bertanya, "Pa, akhir-akhir ini kamu ada di rumah terus, pekerjaan kamu di Bandung bagaimana." Dan Martin tidak menjawab pertanyaan Sekar dan terus saja matanya menatap handphone tidak berkedip, seperti ada yang dipikirkan. Kemudian sekali lagi Sekar bertanya dengan pertanyaan yang sama, dan Martin menjawab, "Cerewet kamu Ma, aku pergi kamu curigai, aku di rumah saja kamu tanya terus, maunya kamu apa ?." Terus Sekar jawab, "Aku, hanya tanya begitu marah, dasar stres kamu."
Sejak saat itu Sekar tidak mau ambil pusing dengan suaminya, tapi didalam hati Sekarsudah mengancam apabila sudah ada bukti jelas, tidak ada ampun lagi, karena selama ini Sekar sudah lelah menghadapi suami macam itu.
Suatu saat Martin hendak pergi ke Bandung dan dengan iseng Sekar mengatakan, "Pa, nanti pulangnya bawa tape Bandung ya, sebab tape Bandung itu enak kalau dimakan begitu saja atau digoreng." Lalu jawabnya, " Ya, mana duitnya," "Pakai uang kamu lah," kata Sekar, "Aku tidak punya duit tahu," jawabnya. Lalu Sekar jawab lagi, "Ya, sudah kalau tidak punya duit."
Lalu Martin pergi ke Bandung dan mengatakan akan beberapa hari di Bandung jadi jangan mengharapkan pulang dan Sekar hanya terdiam tidak menjawab sepatah katapun.
Benar saja suaminya tidak pulang sampai hampir tiga minggu dan Martin tidak memberi kabar apapun ke rumah, kecurigaan semakin kuat bahwa suaminya punya istri lagi di Bandung dan Sekar sedang menyelidikinya. Dan dengan tidak sengaja Sekar bertemu dengan temannya waktu di Sekolah Menengah Dulu yang bernama Herman , dan dia menegur," Hai, Sekar apa kabar." Dan Sekar menoleh sambil menjawab, "Baik, dan kamu bagaimana ?." "Baik, juga," jawabnya. Lalu perbincangan berlanjut dan pada akhirnya Herman mengatakan pernah bertemu dengan Martin di Bandung dan di sampingnya berdiri perempuan muda Martin bilang bahwa ini istrinya, Herman kaget tapi diam saja, karena Martin tidak kenal bahwa Herman adalah teman sekolahnya Sekar istrinya dan dengan Herman, Martin hanya rekan bisnis semata.